Mereka berenam meneruskan perjalanan tanpa memperdulikan satu sama lain, hanya sesekali terdengar perdebatan di antara Rethan dan Dea yang memang hobi berdebat sejak keduanya bertemu.
Di tengah-tengah mereka mencari jalan keluar, tiba-tiba saja Jann menginjak sebuah tas. Ia mengambil tas tersebut dan menimang-nimangnya.
"sepertinya ada sebuah perkemahan atau desa di sekitar sini. Apa kalian ingin mencarinya?"
"tentu saja, kita bisa mencoba bertanya pada mereka bagaimana cara keluar dari sini"
Mereka terus berjalan selama seharian penuh, namun desa yang mereka tuju belum juga terlihat. Saat itu, tiba-tiba saja mata Dea menangkap sesuatu yang bergerak-gerak di sekitar pepohonan.
"ehh... teman-teman, apa kalian melihat suatu benda yang bergerak-gerak di sekitar sana" tunjuk Dea
"apa itu? ayo coba kita lihat" ujar Carlos
"astaga portal lagi. Portal kedua. Apa yang tertulis di sana?"
"persahabatan"
"persahabatan? Apa ya?"
Rethan yang jenius akhirnya mengambil kesimpulan sendiri.
"ikuti aku" ujarnya sambil menempelkan telapak tangannya pada pintu portal
Mereka pun mengikuti apa yang di lakukan Rethan, tapi pintu belum menunjukan tanda-tanda akan terbuka.
"letak tangan kalian dengan posisi saling menimpa" ujar Rethan lagi tidak menyerah
Mereka kembali mengikutinya. Namun pintu tidak juga membuka.
"apa ini? kenapa sulit sekali membukanya."
Jann merenung dan berusaha mempengaruhi teman-temannya dengan bahasa tubuhnya. Awalnya ia meraih tangan Chris yang berada di sampingnya dan kemudian menggenggamnya, ia juga melakukan hal yang sama pada Dea yang berada di sampingnya. Tidak lama setelahnya, mereka membentuk satu lingkaran sambil berpegangan tangan.
"tempelkan telapak tangan kalian berdua pada portal itu" ujar Jann pada Javina dan Rethan yang berdiri persis di depan portal.
Tidak lama setelahnya, pintu portal terbuka perlahan dan menampakan apa yang terdapat di dalamnya.
Sebuah desa terlihat ramai pada siang itu. Kehadiran keenam orang seakan tidak berarti apa-apa bagi penduduk di sekitar desa, penduduk desa dari golongan tua maupun muda terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, hingga tiba-tiba seorang nenek tua berjalan dan tersandung jatuh tepat di hadapan keenam remaja tadi.
"aduduuuuh!"
"nek, apa nenek baik-baik saja?"
"nenek tidak apa-apa.., hanya lutut nenek sedikit terluka.."
"nah, kalau begitu, serahkan saja padaku, nek!" Chris berjalan maju dan menuntun nenek berjalan menuju sebuah batu yang terletak tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Chris memulai lagi aksinya.
"woww, mujarab sekali! terima kasih anak muda.."
"nenek mau pergi ke mana? Bagaimana kalau kami antar?"
"baiklah, nenek hanya mau pergi ke dekat tempat pedagang itu" ujar nenek sambil menunjuk ke arah pedagang yang dimaksud
Mereka pun mengantar nenek sampai ke tempat pedagang itu. Tampak seorang pedagang muda dan istrinya yang mengenakan pakaian yang bagus dan mahal. Nenek langsung menghampiri pedagang kaya tersebut
"Malin! Anakku!" seru nenek tiba-tiba yang setelahnya disambut dengan pandangan bingung keenam anak remaja tersebut
Malin tampak bingung dengan kedatangan ibunya yang secara tiba-tiba, dan mencoba menghindar dari nenek tersebut
"Malin, siapa nenek tua yang tidak tahu diri itu?" tanya Istri Malin pada suaminya sambil menatap jijik ke arah nenek tua tadi
"dia.., errr..." Malin kebingungan menjawab pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan sang istri padanya
"Malin! Apakah kau sudah melupakan ibumu sendiri??" ujar nenek tadi dengan tatapan sedih menatap Malin
"ibumu?? Nenek tua yang dekil ini??" seru Sang Istri dengan tatapan kecewa dan marah
"istriku..! tentu saja bukan! Nenek tua yang dekil ini tentu saja bukan ibuku! Sekalipun bukan!" bujuk Malin pada istrinya dan berusaha meyakinkan isstrinya bahwa nenek tua itu bukanlah ibunya
"penjaga!! Singkirkan nenek tua ini dari hadapanku! Aku tidak kenal dengan nenek dekil ini!" perintah Malin pada penjaga yang berada di sampingnya dan saat itu juga kedua penjaga menarik nenek tua tadi turun dari atas kapal Malin.
"Malin!! Sudahkah kau lupa, bahwa ibumu lah yang telah membanting tulang mengasuhmu dengan penuh cinta kasih.., sudahkah kau lupa, Malin?!" nenek tua tersebut tampak sangat sedih dan kecewa
"hmph! Ibuku sudah mati bertahun-tahun yang lalu! Aku tidak kenal dengan dirimu!"
"Malin, kau sungguh anak yang durhaka, kukutuk kau menjadi batu!"
Seketika itu juga, langit mendung awan gelap bergulung-gulung, petir menyambar sana-sini sehingga menarik perhatian orang-orang yang tengah sibuk bekerja. Tiba-tiba sebaris kilat terlihat akan menyambar kapal milik Malin, namun...
"ARRGGHHH!!"
Semua orang yang berada di sana terkaget-kaget dengan kejadian barusan, Rethan segera menopang tubuh Chris yang terduduk lemas
"ibuu!!! Maafkan aku atas kekhilafanku, aku sungguh-sungguh khilaf, ibu.." Malin segera bersujud dan memohon ampunan dari ibunya
"yang penting sekarang kamu sudah bertobat anakku.." Sang Ibu terisak pelan dan memeluk anaknya yang bersujud di hadapannya
"bagaimana keadaannya?" tanya Malin sambil menatap cemas ke arah Chris yang lunglai tak sadarkan diri dalam pelukan Rethan
"dia hanya lemas sepertinya. Sudah aku cek denyut nadinya. Dia tidak kenapa-kenapa"
"Chris tidak apa-apa kan?" Jann datang menghampiri Chris sambil berseru panik
"semoga tidak kenapa-kenapa"
"astaga, Chris. Kenapa harus begini sih" ujar Jann cemas sambil berlutut di hadapan Chris
Tidak lama kemudian, Chris tersadar dan segera berdiri dari duduknya seakan tidak terjadi apa-apa.
"aku tidak kenapa-kenapa. Jangan mencemaskanku. Ayo kita lanjutkan perjalanan"
"teman-teman... terima kasih atas bantuan kalian. Aku berhutang nyawa padamu, kawan!" seru Malin dari kejauhan

KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Friendship
AbenteuerLima remaja dengan keahlian berbeda terdampar di sebuah pulau saat akan mengikuti outbond yang diadakan sekolah. Pulau indah dengan hutan-hutan yang mengelilingi serta portal-portal terkutuk di dalamnya. Tidak ketinggalan cerita dibalik semua kejadi...