WB 6

6 1 0
                                    

Sedangkan orang-orang yang menyebabkan pikiran Rei kalut ikut menjadi gila saat dokter perempuan itu menceritakaan apa yang terjadi mereka semua berteriak tanpa malu seperti orang gila memanggil nama Rei secara terus menerus.

Njir, emang gak di tegor? Teriak-teriak di rumah sakit?. -ya gak lah, udah dibeli dexter soalnya-

Gerry bagian lantai 3 dan rooftop sedangkan Aldrick dilantai 2 dan Twin H dibagian lantai 1 dan area rumah sakit. Mereka membagi daerah menyusuri segala rumah sakit dibantu dengan Sean dan beberapa bawahan mereka yang kebetulan ada disana bersama tuan-tuan mereka.

Harry dibagian lantai bawah matanya menyusuri semua tempat dan terus bertanya pada semua orang yang berpapasan dengannya, sedangkan Henry hampir sama seperti Harry, hanya saja ia lebih heboh lagi.

Aldrick masuk kedalam semua ruangan tanpa permisi mengagetkan seluruh penghuni ruangan yang ia masuki.

Dan Gerry sama seperti Aldrick, tak ada ketukan pintu, tak ada permisi dan langsung keluar begitu saja meninggalkan penghuni ruangan yang mematung karenanya.

Sedangkan Rei, kini sudah tenang. Tangisnya berhenti, jambakan rambut dan garukan di tangannya sudah berhenti. Rei hanya menatap kosong kedepan diikuti sesenggukan tangis yang tersisa.

Pikirannya masih sedikit kalut, pandangannya menatap tumpukan kardus didepannya dan kembali melihat tangannya yang sudah bersimbah darah. Terlihat raut menyesal diwajahnya, diam-diam rei mengumpati dirinya kesal

Kenapa? Kenapa dia terus melakukan ini saat dirinya sedang merasa gelisah dan kesal sekaligus marah? Kenapa dia tidak memikirkan apa yang terjadi jika semua orang melihat kondisinya yang sekarang? Apa ia akan diacuhkan? Apa ia akan dibenci? Kenapa ia harus menerima hinaan wanita jalang itu, kalo ibunya lah yang sebenarnya begitu? Kenapa bapaknya meninggalkannya di lingkungan seperti itu sendiri? Kenapa neneknya sangat membenci dirinya? Apa memang dirinya yang tidak berguna? Apa memang benar dirinya seorang jalang tanpa ia sadar? Apa dirinya menggoda seorang pria tanpa ia sadar? Apa dirinya melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh mereka tanpa sadar? Tapi apa? APA? Kenapa ia tak bisa ingat?!

Makin lama larut dalam pikirannya Rei makin rancu, ia kembali dalam pikiran bodohnya. Dan akhirnya kembali menggaruk dan meraung marah.

Sampai akhirnya ia tiba-tiba terhenti karena suara pintu ruangan yang ia tempati terbuka.

"Rei" seseorang memanggil namanya pelan, Rei terkejut dan makin menyembunyikan tubuh dan wajahnya kedalam kegelapan karena takut.

"Rei? Keluarlah nak" ujar seseorang yang di duga adalah pria dewasa yang ada di ruang rawatnya tadi. Rei yang ingat menjadi makin kesal, ditambah luka ditubuh serta penampilannya sekarang Rei menjadi takut terlihat olehnya.

"Rei, kumohon" ujar Gerry yang sudah benar-benar berantakan karena mencari Rei, wajahnya sudah lelah dan khawatir, jas yang tergantung rapi dengan setelan kemeja dan dasipun sudah tak terbentuk.

Untung ia memiliki penciuman yang tajam tapi juga ia tambah khawatir karena sesuatu yqng ia cium adalah darah Rei yang sempat ia cium sebelumnya.

Srekk!

Suaranya mulai bergetar begitu mendengar sesuatu, menandakan kemunginan besar Rei benar berada disini.

"Rei, aku mohon padamu. Ayo keluar, kau boleh marah pada kami tapi, kumohon ayo sembuhkan lukamu dulu" Rei yang mendengar suara itu makin sembunyi kedalam hingga punggungnya menyentuh dinding dingin dibelakangnya.

"tidak" jawaban terdengar dari ruang gelap didepannya membuat hatinya membuncah senang dan lega.

"Rei, aku mohon" tau Rei benar-benar disana, Gerry mencoba membujuk Rei untuk keluar

Cahaya Yang Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang