WB 1

27 1 0
                                    

Tringg!
Tringgg!
Tringgggg!

Alarm berbunyi nyaring, seorang perempuan bertubuh gempal menggeliat dia tempat tidurnya. Dengan cepat tangannya bergerak mematikan alarm yang ia pasang suapaya tak membangunkan penghuni lain yang masih tertidur nyenyak.

Menjalankan runitas paginya, seperti biasa ia akan membangunkan bibinya untuk pergi kepasar atau sekedar berbelanja di depan rumah.

"bi" panggil nya pelan

"bibi"

"bibi!" suaranya sedikit nyaring berhasil membangunkan bibinya.

"udah pagi Rei?"

"Iya bi, aku mau nyapu dulu" jawabnya setelah itu pergi meninggalkan sang bibi yang masih mengumpulkan semua nyawanya.

Reilyna, adalah nama yang melekati perempuan itu. Iya, hanya Reilyna tak ada yang lain. Nama itu disematkan oleh sang kakek padanya, ayah dan ibunya mengacuhkannya semenjak ia terlahir. Sebenarnya ia memiliki nama belakang keluarganya 'Dirgantara'tapi nama itu dihapus semenjak kakeknya meninggalkannya sendiri dirumah ini.

Kini ia berada di kelas 1 semester dua Smk di usianya yang masih menginjak umur 16 tahun, lingkungan sekolahnya tak menyedihkan lingkungan keluarganya. Ia memiliki teman yang sangat setia Ria namanya.

Namanya memang hampir mirip begitu juga wajahnya, mereka sudah berteman semenjak Rei pindah hingga saat ini. Jika pertama kali melihat mereka pasti mengira mereka kembar, yang membedakan hanya tubuh besar Rei yang lebih tinggi dari pada Ria. Ria tak begitu gemuk seperti Rei tapi tingginya hanya sampai hidung Rei saja.

Ria adalah tetangga Rei didepan rumah, semenjak Tk sampai sekarang mereka selalu 1 sekolah. Jika sekelas pasti duduk berdua, jika tidak Ria pasti menangis.

Setiap liburan pasti Rei akan bermain dirumahnya setelah pekerjaan rumahnya selesai, tapi tidak untuk saat ini. Rei diharuskan untuk Treaning oleh sekolahnya, jurusan yang ia pilih berbeda dengan Ria.

Ria jurusan Fashion dan Rei Perhotelan. Sejujurnya ini sulit untuk Ria ataupun Rei. Ria ingin satu jurusan dengan Rei, tapi ia benar-benar buruk dalam bahasa. Sedangkan Rei ingin sekali mengambil jurusan khusus gambar tapi itu sangat sulit. Jadi dia hanya memilih jurusan yang bisa menghasilkan uang dengan cepat.

Di perhotelan seperti saat ini, ia pasti mendapatkan upah per hari serta Tip dari tamu yang ia layani, dan jumlahnya tak sedikit. Yah, cukup untuk makan besok.

Rutinitas paginya adalah menyapu halaman lalu memasak untuk semua orang. Setelah itu baru ia bisa bersiap untuk berangkat ke tempat Treaning nya.

"sepatu! sepatu! sepatu mana!?" ujarnya panik, kini ia sedikit terlambat karena perutnya. Salahkan Ria yang mengajaknya makan Mie iblis di warung sebelah!.

"di dekat payung!!" teriak bibi yang sedang menyiram tanaman

setelah melihat sepatunya dia kembali mengumpat
"ini kaos kaki mana lagi?!"

Yah seperti itulah kira-kira gambaran pagi Rei, bibinya memang sedikit dingin tapi dia tek benar-benar membencinya seperti neneknya.

"bawak uang yang banyak, jangan tau menumpang aja" sinis neneknya yang sedang duduk meniknati pagi harinya.

Rei mengangguk mantap dan melambaikan tangannya, menyalakan motornya dan pergi darisana.

"pasti nek! Aku usahakan!" teriaknya

****

Turun dari motornya Rei terus melihat kearah jam nya dan menggumamkan kata 'jangan terlambat' dan berlari ketempat finger print untuk mengabsen kehadiran tepat waktu.

Cahaya Yang Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang