Rumah hantu

1.2K 246 20
                                    

"Really, kak? Lo bangunin gue pagi-pagi cuman buat outbound?"

Taka terkekeh melihat ekspresi wajah Jena yang terlihat cemberut dengan suara yang lirih. "Kenapa? Kata ayah lo tadi, lo itu jarang olahraga makanya gue ajakin kesini," sahutnya.

Jena menghela nafas panjang, mencoba sabar dengan Taka.

"AYO SEMANGAT DONG!"

Sejujurnya gadis itu masih sangat ngantuk namun apa boleh buat, Jena sudah berjanji untuk memenuhi 3 permintaan Taka. Apalagi tadi ayahnya sendiri yang menyuruhnya untuk pergi, gadis itu jadi penasaran hal apa yang dilakukan Taka sehingga ayahnya memperbolehkan laki-laki itu untuk membawa pergi Jena di hari minggu. Biasanya ayah Jena hanya memperbolehkam anak gadis satu-satunya itu pergi bersama Mino, Hanan, atau Dirga. Selain ketiga nama itu tentu akan sangat sulit mendapat izin.

"Lo mau main apa?" tanya Taka.

"Hm, mau coba itu gak?" Jena menunjuk sebuah wahana jembatan tali.

"Beneran? Lo takut ketinggian gak?"

"Enggak dong! Gue berani," jawab Jena dengan percaya diri.

"Oke, ayo!"

Mereka berdua melangkah menuju jembatan tali tersebut lalu bersiap memakai segala macam peralatan untuk melindungi diri.

Taka melangkah lebih dulu dengan lancar, sementara Jena dibelakangnya melangkah dengan pelan karena hatinya berdebar lebih kencang ketika matanya tak sengaja melihat ke arah bawah. Ternyata kalau dilihat secara dekat wahana ini begitu tinggi, gadis itu menyesal karena terlalu gegabah tadi.

"Jen, cepet dong! Lama banget," seru Taka.

"Bentar kak Taka! Lagian lo kecepetan, buru-buru amat mau kemana sih?" sahut Jena.

"Katanya berani, tapi gitu aja lama."

"Berisik!"

Jena kembali melangkah pelan menyusul Taka yang sudah berada di ujung jembatan. "Rileks Jena, lo bisa. Jangan takut okey!" katanya dalam hati.

Melihat itu Taka terkekeh pelan. Jena itu perempuan yang punya gengsi tinggi, dia gak mau terlihat lemah dan kalah di depan siapa pun, dan hal itu sukses membuat Taka semakin gemas. Apalagi ketika gadis itu menggerutu kala kakinya mencoba untuk melangkah menuju pijakan selanjutnya dan setelah berhasil Jena akan tersenyum senang seolah-olah mendapatkan sebuah jackpot.

"Jena, lo gatau ya kalau hati gue selemah ini."

Akhirnya setelah memakan waktu yang cukup lama Jena sampai di ujung jembatan.

"Gue nungguin lo sampe lumutan gini," kata Taka.

Jena mendengus. "Cuman 10 menit, gak sampe 1 jam, kak. Gausah hiperbola."

"Iya-iya. Next, gimana kalau kita ke rumah hantu?"

Jena melotot. Gadis itu bukannya takut, tapi terakhir kali Jena mengunjungi rumah hantu jantungnya seperti mau copot.

"Mau gak? Atau jangan-jangan lo gak berani ya?"

"Enak aja! Gue berani, kok." Lagi-lagi Jena menjawab dengan percaya diri.

Taka menyeringai. "Oke, let's go!"

Mereka berdua kemudian melangkah menuju rumah hantu yang tidak jauh dari wahana jembatan tali. Kebetulan wahana rumah hantu ini sepi dan hanya mereka berdua yang akan masuk.

"Lo mau masuk duluan atau di belakang gue?" tanya Taka.

"Lo sendiri berani gak? Kalau gak, biar gue aja yang di depan," jawab Jena.

E T H E R E A L  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang