Suasana di kantin sangat berisik karena semua murid memiliki topik pembicaraaan yang sama, yaitu topik tentang ujian.
"Guys! Ga papa nilai ujian jelek, yang penting ga jahat sama temen, betul ga?!" Ucap lantang dari Belly. Katanya, Belly adalah seorang gadis yang baru-baru ini dekat dengan Lyla.
"Betul donggg." Sahut serentak dari murid-murid yang berada di kantin.
Mungkin tujuan dari perbincangan itu tidak mengarah pada Zora. Tetapi, Zora merasa bahwa mereka sedang mengucilkan dan menyudutkan Zora.
Hari ke hari berlalu, dan ujian kelulusan berakhir dengan begitu cepat. Senyum para murid terpancar begitu jelas. Tetapi, tawa dan senyuman itu tak bertahan lama saat mereka sadar bahwa surat kelulusan belum dibagikan.
Hari senin dengan cuaca mendung dan langit yang bersih tanpa adanya awan, murid-murid kelas 3 SMP itu berkumpul dan berbaris di bawah kibaran bendera merah putih.
"Assalamu'alaikum, selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Mengetahui bahwa hari ini adalah hari perpisahan kita sekaligus pembagian surat kelulusan, bapak dan para guru memohon maaf bila ada kesalahan. Hidup kalian masih panjang, lakukan yang kali suka dan lakukan yang kalian inginkan. Bapak harap, kalian semua sukses di jalannya masing-masing."
Pidato singkat dari Bapak Kepala Sekolah.
Raut wajah memerah dan tegang. Semua murid kelas 3 SMP telah memegang surat kelulusan.
Apapun hasilnya, itu adalah hasil dari kerja kerasmu. Jangan menyesal dan menyerah. Masih ada hari esok untuk kamu jalani dan kamu hadapi.
Perlahan membuka selembar surat yang mereka genggam. Sebagian tulisan telah terlihat, hingga kalimat "Lulus" yang paling dinanti-nantikan itu muncul.
"Yeayyyyy!!!" Teriak murid kelas 3 SMP dengan kompak.
Selembar kertas yang sepertinya terlihat tidak berguna itu, ternyata dapat membuat hati para murid merasa takut dan panik selama berhari-hari.
"Joraaa, kita lulus! Kamu lanjut sekolah di mana?" Tanya Vicero yang tiba-tiba muncul dan menyenggol pundak Zora.
"Ga tau deh, aku masih bingung" Tatapan kosong Zora tanpa menoleh ke Vicero sedikitpun.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Zora. Disaat teman-temannya tertawa bahagia setelah menerima surat kelulusan, hanya dia yang tampak linglung dan termenung.
"Ya udah, ke kantin aja yok!!" Vicero menggenggam tangan kanan Zora.
Mungkin, teman-teman Zora yang lainnya telah menentukan tempat sekolah untuk selanjutnya. Tetapi, Zora masih saja bingung untuk memilih antara SMA atau SMK. Zora mencoba untuk mencari sekolahan yang bisa menjauhkan dia dari teman-temannya semasa SMP.
Tak lama di sekolah, mereka pulang dengan senyuman bahagia di wajah mereka. Karena tidak adanya pembelajaran, maka murid-murid diperbolehkan untuk pulang lebih cepat.
Pintu rumah Zora terbuka lebar. Biasanya, saat Zora pulang dari sekolah, pintu rumahnya selalu tertutup rapat karena mengingat bahwa terlalu sibuknya Ibu Zora dalam bekerja.
"Assalamu'alaikum" Zora melepas sepatu dan memasuki rumah dengan raut wajah senang bercampur dengan perasaan bingung.
"Wa'alaikumsalam, eh anak Ibu udah pulang. Gimana? Lulus kan?" Tanya Ibu Zora sembari meletakkan mangkuk berisikan sayur asam.
"Lulus dong Bu.." Sahut Zora dengan senyuman manis miliknya.
"Alhamdulillah, hebat anak Ibu"
Bagi sebagian anak, kelulusan adalah hal yang membahagiakan dan menyenangkan. Tetapi menurut Zora, kelulusan adalah momen di mana perasaan bahagia dan sedih bersatu dalam satu kejadian. Kelulusan sekolah menandakan semakin dewasanya kita. Semakin dewasa, rintangan hidup juga semakin bertambah. Siap tak siap harus dihadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renggang
Teen FictionPersahabatan seorang dua remaja yang sangat bertolak belakang dalam segi kepribadian dan keahlian. Perbedaan tersebut berpengaruh besar dalam hubungan persahabatan mereka. Hingga pada akhirnya, penyesalan lah yang menjadi hasil dari segala hasil. Ta...