Di kelas benar-benar kosong, tidak ada seseorang satu pun. Zora mulai mencari Lyla di setiap lorong sekolah dan di setiap sudut sekolah. Tiba-tiba, ada seseorang yang memegang pundak sebelah kanan Zora dari belakang. Saat ia berbalik badan...
Plakkkkk.
Lyla yang memegang pundak Zora dengan ekspresi yang begitu kesal lalu menampar pipi sebelah kiri Zora dengan begitu keras.
"Zora, maksud kamu apaan? Ngomong tentang hidupku ke wali kelas?"
Lyla bertanya serta menggenggam erat pergelangan tangan Zora dan membawa Zora pergi ke arah belakang sekolah.
"Lyla, orang yang paling deket sama kamu, ya cuman aku! Disaat orang lain menganggap kamu sampah, di situ aku berusaha keras untuk meyakinkan mereka bahwa kamu bukanlah sampah, tetapi kamu berperilaku seperti itu karena ada sebabnya! Kalo mereka ga tau sebabnya, gimana caranya mereka berhenti menganggap hal buruk tentangmu??!!"
Dengan nada bicaranya yang tinggi, Zora mencoba menjelaskan maksud yang telah ia lakukan pasca pergi ke kantor guru tadi pagi.
"Aku ga butuh kamu Zora!" Teriak Lyla.
Zora merasa bahwa segala hal yang telah ia dan keluarganya lakukan terhadap Lyla tidak ada artinya sama sekali bagi Lyla. Zora pun terdiam dan pergi meninggalkan Lyla.
Saat di kelas dan mulai memasuki ke mata pelajaran terakhir, Zora tak melihat adanya Lyla di dalam kelas. Ia khawatir jika terjadi sesuatu terhadap Lyla. Tetapi ia sadar...
Lyla tidak membutuhkannya lagi.
Hari ke hari berlalu dengan begitu cepat, tidak ada lagi komunikasi antara Zora dan Lyla. Yang awalnya bermain, tertawa, belanja, belajar, sedih, mereka lakukan bersama-sama. Kini tidak lagi. Hubungan persahabatan mereka mulai renggang. Bahkan, menurut Zora ini sudah hancur.
Sebentar lagi ujian kelulusan akan tiba, Zora khawatir Lyla tidak akan bisa melewati ini semua sendirian. Zora tahu betul, bahwa Lyla ingin belajar hanya saat bersamanya saja.
Tapi Zora sudah mulai tidak memperdulikan Lyla lagi.
Buat apa beduli kepada orang yang tidak peduli dengan perasaan orang lain?
Saat sejuknya angin malam datang, Zora selalu belajar untuk persiapan ujian kelulusan. Tapi mengapa hari ini ia merasa bahwa hidupnya sangat hampa dan semangat pun mulai memudar. Hari-harinya hanyalah belajar dan bermain sendirian, tanpa adanya Lyla.
"Apakah Lyla juga merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan saat ini?" Gumam Zora bertanya-tanya pada diri sendiri.
Sejujurnya, aku lelah dengan segala hal tentang "belajar"
Sepatu sekolah warna hitam milik Zora sudah mulai sempit, ia ingin membelinya yang baru bersama Lyla. Tapi hubungan mereka tidak seperti dahulu kala.
"Duhhh." Zora memaksaksan kakinya untuk memasuki sepatu sekolah warna hitam itu yang sudah sempit dengan rasa sedikit kesakitan.
Pagi yang cerah itu diawali dengan mata pelajaran matematika. Zora tahu bahwa Lyla sangat tidak menyukai mata pelajaran matematika. Ia harap, Lyla tetap masuk sekolah walaupun ada mata pelajaran matematika. Zora takut jika Lyla tidak masuk sekolah, karena sebentar lagi ujian kelulusan akan tiba. Biasanya, Lyla mau sekolah dimata pelajaran matematika hanya karena paksaan Zora.
Zora duduk di bangku pinggir gerbang sekolah sembari menunggu lonceng masuk berbunyi. Lyla datang dengan ekspresi biasa saja. Ia rasa, Lyla benar-benar sudah melupakannya.
"Tidak apa-apa, seperti ini akan lebih baik." Gumam Zora.
Ternyata perasaan Zora tentang Lyla yang sudah melupakannya itu salah. Karena, saat selesai mata pelajaran matematika, Lyla menghampiri meja Zora dengan membawa pulpen. Ia rasa, Lyla ingin meminta tolong padanya tentang materi matematika yang tadi diajarkan oleh guru.
"Hai Zora." Lyla menyapa Zora dengan tangan kiri melambai-lambai dan tangan kanan memegang pulpen berwarna biru.
Lyla mendekati meja Zora dengan senyuman yang berseri-seri.
"Aaaaaaaa." Teriakkan Lyla yang begitu kencang membuat seluruh murid menghampirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Renggang
Novela JuvenilPersahabatan seorang dua remaja yang sangat bertolak belakang dalam segi kepribadian dan keahlian. Perbedaan tersebut berpengaruh besar dalam hubungan persahabatan mereka. Hingga pada akhirnya, penyesalan lah yang menjadi hasil dari segala hasil. Ta...