23

6.8K 670 42
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo dikarenakan aku tidak sempat membaca ulang dan mengedit seluruh part ini. Kalau kalian liat ada kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Pukul 8 Pagi Naresh sudah berada di kursi taman dalam komplek perumahaan Jeno, mengenakan celana jogging khusus orang hamil dengan sweater besar milik Jeno yang tidak mampu menyembunyikan perut besarnya. Pria itu duduk meluruskan kakinya sambil memakan siomay tanpa kecap. Sementara pasangannya masih berlari mengitari jogging track.

Pagi ini Jeno mengajak Naresh untuk olahraga bersama di taman komplek. Tadi sepasang kekasih itu sudah melakukan jalan pagi sebanyak 3 putaran, tapi tiba-tiba Naresh mengeluh lelah dan meminta mereka untuk beristirahat sebentar bertepatan dengan banyaknya tukang jualan yang datang dan membuka lapak mereka di sekitaran taman. Bukannya langsung mencari tempat duduk, pria hamil itu justru melipir ke arah sekumpulan pedagang dan berhenti di depan gerobak siomay.

Setelah putaran ke sepuluh, Jeno memutuskan untuk berhenti dan menghampiri Naresh di tempatnya. Pria itu biasanya bisa lari 30 sampai 50 putaran tanpa henti, karena jogging track yang ada disini bukan lintasan lari yang besar menurut Jeno. Namun kali ini ia harus mengurangi porsi olahraganya karena tidak mau membiarkan Naresh sendirian terlalu lama.

"Perasaan tadi cuma jalan bentar, kok banjir keringet gini sih kamu." Jeno mengambil handuk kecil yang dilampir di bahu Naresh, mengelap keringat di pelipis dan dahi Naresh dengan handuk.

"Siomay aku pedes." Naresh bebicara sambil masih mengunyah siomay dalam mulutnya, pipinya yang besar sebelah karena makanan membuat Jeno gemas sendiri.

"Jangan pedes-pedes makannya, nanti sakit perut." Jeno menyodorkan botol minum yang mereka bawa dari rumah ke depan Naresh. "Minum dulu, dari tadi belum minum kan?" Meski sibuk berlari, mata Jeno tetap fokus pada Naresh mengawasi pergerakan lelaki muda itu.

Naresh menerima uluran Jeno, meminum air di botol dari tangan Jeno langsung. Ia menjauhkan wajahnya perlahan dari lubang botol begitu merasa cukup. "kakak gak mau jajan? Tadi aku liat ada yang jual roti bakar kayanya enak deh." Naresh melirik ke arah tempat para pedagang berkumpul, matanya menuju pada gerobak biru dengan tulisan besar 'Roti Bakar' di sisi gerobaknya.

Jeno cuma senyum-senyum merhatiin Naresh yang lagi fokus ngeliatin roti bakar, "Kamu mau beli roti bakar?" Diluar dugaan, Naresh justru menggeleng menolak tawaran Jeno.

"Aku mau bagi punya kamu aja, aku pengennya sarapan bubur." Jari lentik itu menunjuk ke arah gerobak lain yang sedang ramai dikerubuti orang. Mata Jeno mengikuti arah yang ditunjuk oleh Naresh. Jeno langsung mengiyakan permintaan Naresh dan membawanya ke tempat yang pria kecil itu inginkan. Yang lebih besar mendudukan Naresh di kursi kosong dekat tukang bubur, sementara ia pergi memesan bubur yang sedikit mengantri kemudian membeli roti bakar rasa coklat keju sesuai kesukaan Naresh.

Setelah semua makanan mereka tersedia, mereka makan dengan tenang sambil menikmati udara taman yang lumayan sejuk karena banyaknya pohon rindang.

"Abis makan pulang ya kak." Pinta Naresh, tangannya mencomot potongan terakhir roti bakar di depannya. Karena tidak disediakan meja disini, mereka terpaksa menaruh roti bakar di atas kursi kosong dan memegang sendiri mangkuk bubur masing-masing.

Naresh mengusap perutnya, "Aku kenyang, kak." Ucapnya lagi. Buburnya masih tersisa sekitar beberapa suap yang sepertinya sudah tidak bisa lagi dihabisi tuannya. 

Jeno yang peka langsung mengambil mangkuk di tangan Naresh, menyuap bubur yang tersisa ke mulutnya sendiri. Setelah kedua mangkuk bubur itu kosong, Jeno pergi mengembalikkan mangkuk pada sang penjual dan membayar makanan mereka.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang