28

6.6K 567 21
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo dikarenakan aku tidak sempat membaca ulang dan mengedit seluruh part ini. Kalau kalian liat ada kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~

Seharian ini Naresh yang hanya berdua dengan Jeno di rumah agak kewalahan mengurus Nara yang lebih rewel dari biasanya. Mami dan Papi pergi sejak pagi ke acara yang penting bagi mereka berdua. Sejak kemarin, bayi itu banyak menangis dan tidak mau jauh dari ibunya. Semalam juga Nara sempat demam karena efek dari imunisasi, bersyukur pagi tadi sudah mereda berkat Naresh dan Jeno yang terjaga semalam merawat si bayi, tentunya dibantu juga oleh Mami Ivani.

Bayi itu kini sudah berusia satu bulan lebih 15 hari. Rambutnya tumbuh semakin lebat dengan warna hitam legam. Pipi bayi itu juga semakin berisi.

"Sayang.. Ini buna disini, nak." Sudah 10 menit Naresh terus menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri, sambil kakinya naik turun guna menenangkan bayinya. Ibu jarinya berkali-kali mengusap pipi gembil Nara yang basah dan sedikit memerah karena terlalu banyak menangis. Beberapa menit yang lalu Naresh turun ke bawah karena teman-teman Jeno ingin berpamitan pulang. Beberapa teman kekasihnya itu datang menjenguknya sejak siang tadi, tapi sayang mereka tidak bisa berlama-lama bertemu Naresh dan Nara karena si bayi yang sangat rewel yang sedang sensitif saat berada di sekitar orang lain. Kebetulan Nara sedang tertidur begitu Jeno naik ke kamar dan memberitahu kalau temannya akan berpamitan pulang. Karena itu Naresh berani turun ke bawah. Namun baru berapa menit Naresh berada di bawah, suara tangisan Nara kembali terdengar. Bayi itu pasti mencari ibunya, Naresh yang khawatir langsung berlari ke atas untuk menyusuli anaknya.

"Maaf yaa, tadi buna ke bawah sebentar waktu Nara tidur. Nara kaget yaa gak ada buna di kamar.." Pertanyaan satu arah Naresh lontarkan pada anak semata wayangnya. Meski tau ucapannya tidak akan dibalas, tapi menurut pengetahuannya sangat penting mengajak bayi berbicara karena banyak manfaatnya.

Naresh mengusap kepala anaknya, menyingkirkan poni pendek Nara yang basah. Bayi itu menangis sampai berkeringat, padahal kamar mereka menggunakan pendingin ruangan yang disetel dengan suhu cukup rendah. "Kasian anaknya buna nangis terus. Masih sakit ya nak bekas disuntik kemarin," Naresh mengipasi bayi satu bulan itu dengan buku yang ada di meja belajar milik Jeno. "Itu namanya imunisasi, biar Nara sehat."

Setelah dirasa Nara sudah kembali tenang, Naresh menurunkan bayi itu ke kasur. Pria itu berniat menidurkan anaknya karena jujur saja ia juga butuh tidur, matanya sepertinya sudah tidak kuat lagi menahan kantuk akibat begadang semalaman dan belum benar-benar beristiahat sampai saat ini.

"Sayang," Jeno tiba-tiba muncul dari balik pintu. Suaranya sangat kecil mungkin karena takut menganggu anaknya.

"Ada tamu di bawah, turun yuk." Ajak Jeno. Naresh yang sudah mengambil posisi tiduran di sebelah Nara tidak langsung menggerakkan badannya. "Siapa? Aku ke bawah nanti boleh gak? Mau istirahat dulu sebentar." Jujur Naresh tidak memiliki tenaga lagi untuk berinteraksi dengan orang, dirinya perlu istirahat.

Jeno masuk ke dalam kamar, pria itu menutup pintu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan banyak suara. "Capek banget ya? Tamunya mau ketemu kamu." Jeno duduk di pinggir kasur, menyusap kepala Naresh lembut. "Tapi kalo kamu mau tidur aku bilangin deh." Sambungnya.

Dahi Naresh mengernyit bingung, siapa kiranya tamu yang mau bertemu dengannya. Kalau ayah, sudah pasti Jeno langsung memberitahunya.

"Siapa yang mau ketemu aku?" Naresh penasaran.

"Nanti kamu juga tau. Mau nemuin sekarang atau nanti aja? Gapapa kalo mau istirahat dulu."

Naresh merubah posisinya menjadi duduk. "Sekarang aja gapapa, gak enak kalo di nanti nanti."

Ain't Larch [NOMIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang