11

6.3K 683 17
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf ya kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo, tapi kalau kalian ngeliat kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Sudah semalaman suara musik terdengar kencang menggema dalam tiap sudut ruang tidur bernuansa putih dan abu gelap itu. Sang pemilik kamar sengaja mengatur speakernya dengan volume penuh, memutar playlist yang sama berulang-ulang. Jika bisa bicara pasti dinding-dinding kamar ini sudah berseru bosan mendengar deretan lagu yang sama tanpa henti, lagu-lagu favorite sang pemilik kamar dengan kekasihnya oh- atau mungkin mantan kekasihnya.

Berbaring dengan bantalan tangan, sambil tangan satunya ditaruh diatas wajah menutupi matanya. Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, namun manusia dalam ruang ini belum sama sekali tidur barang sebentar pun.

ting

Bunyi notifikasi handphone selalu bisa menarik perhatiannya, berharap nama seseorang yang sudah satu minggu ini dalam pikirannya muncul dalam bar notifikasi. Namun nihil, sampai saat ini nama itu tidak kunjung muncul.

Sementara dari balik pintu, kedua orang tua Jeno berdiri, khawatir dengan anak mereka yang terlihat murung seminggu ini. Bukan tidak tau, mereka sudah tau apa yang menyebabkan anaknya sedih karena Jeno sendiri yang bilang pada orang tuanya kalau dia diputusin Naresh.

"Gak usah diganggu deh mi, kalo anaknya lagi tidur nanti malah kebangun lagi." Papi Jeno terlihat tidak menyetujui niat istrinya yang hendek mengecek keadaan Jeno.

"Aku cuma mau ngecek nolan tidur apa engga."

Mami Ivani mendorong pelan lengan suaminya yang berusaha menghalanginya.

Wanita itu membuka pintu kamar sang anak dengan pelan, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara berisik agar tidak mengganggu anaknya.

klek

Suara musik terdengar lebih jelas begitu pintu dibuka, setelah sebelumnya terdengar sama-samar di seisi rumah, sedikit membuat kepala sepasang suami istri itu berdenyut. Meski begitu kedua orang tua itu tidak berniat menegur anaknya, mungkin mereka masih merasa iba dengan kondisi sang anak atau malah tidak berani semakin menambah rusak mood anak lelakinya itu.

Jeno refleks menoleh ketika pintu kamarnya dibuka tiba-tiba, menatap heran kedua orangnya di depan kamar.

"Kenapa mi?" Tanya Jeno, tangannya bergerak mematikan musik dari ponselnya.

"Kamu gak tidur?" Tanya mami, terlihat raut khawatir di wajahnya.

"Udah kok, ini baru bangun." Bohong Jeno, anak itu tidak mau membuat maminya khawatir.

Meski suami istri itu tau anaknya berbohong, mereka tidak ada niatan untuk bertanya lebih jauh.

"Boleh mami sama papi masuk?"

Jeno mengangguk mengizinkan. 

Wanita itu berjalan memasuki kamar putranya diikuti suaminya, duduk di pinggir kasur dengan suaminya yang ikut duduk di kursi komputer sang anak.

"Masih sedih ya?" Ivani mengusap bahu tegap anaknya yang tidak lagi tegap, bahu itu kini merosot. Menatap sedih anaknya yang terlihat berantakan, rambut sedikit kusut, kantung mata menghitam, juga mata dan hidung yang memerah.

"Naresh masih gak bisa dihubungin." Ucap Jeno, suaranya terdengar lemas tidak bertenaga.

"Udah coba ke sekolahnya?" Tanya mami.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang