22

7K 654 20
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo dikarenakan aku tidak sempat membaca ulang dan mengedit seluruh part ini. Kalau kalian liat ada kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Setelah beberapa bulan lalu menjadi bulan-bulan tersulit yang pernah Naresh alami sepanjang 18 tahun hidupnya, hari ini ia bisa merasa sedikit lega. Besok adalah hari kelulusannya, sekaligus hari terakhirnya menyembunyikan kehamilannya dari publik. Berita kehamilannya tentu bukan berita yang baik bagi sebagian orang, dan berdasarkan peraturan yang ada, Naresh bisa dikenakan sanksi berupa drop out dari sekolah jika diketahui hamil semasa dirinya menjadi pelajar. Maka dari itu, sebelumnya Naresh memang menyembunyikan fakta bahwa ia hamil dari orang lain, terkecuali orang terdekat dan Reza, satu-satunya teman yang tau tentang fakta ini.

"Udah rapih belum?"

Naresh menoleh ke belakang begitu mendengar suara pintu terbuka. Pria itu sedang bersiap untuk pergi bersama Jeno. Hari ini mereka sudah memiliki rencana untuk mengambil suit pesanan Naresh yang akan ia pakai besok di hari kelulusannya. Naresh sengaja membuat suitnya sendiri daripada membeli yang sudah jadi demi menyesuaikan ukuran badannya.

"Udah kok." Naresh memakai oversized outer berwarna lavender, kemudian menyelempangkan sling bag miliknya.

Jeno masuk menghampiri Naresh, memandangi kekasihnya yang terlihat lucu dengan baby bumb nya menyembul dari balik luaran yang pria itu kenakan. Tangan Jeno bergerak merapikan poni Naresh yang sudah menutupi setengah matanya. Ia selipkan poni itu ke samping telinga pemiliknya.

"Nanti abis ambil baju kita ke salon, mau? Udah mulai panjang ini rambut kamu bisa kecolok matanya, biar dipotong dikit nanti."

Bola mata Naresh naik ke atas ingin melirik poninya yang dikomentari Jeno, meski nyata nya benda itu tidak sampai di pandangannya.

"Jangaan, aku emang sengaja panjangin rambutnya." Tolak Naresh, bibirnya melengkung ke bawah.

"Enggak ganggu emangnya?

Naresh menggeleng membuat rambutnya yang tebal bergoyang lucu, "Enggak kok, nanti kalo ganggu baru aku potong."

Jeno terkekeh melihat pujaan hatinya yang begitu gemas dimatanya. "Yaudah gak usah dipotong kalo kamu sukanya begitu. Yuk jalan sekarang." Jeno menggandeng tangan Naresh.

Mereka berpamitan pada mami dan papi Jeno. Darma, kepala rumah tangga itu sudah berada di Jakarta sejak 2 hari lalu dan akan berada disini selama satu minggu ke depan untuk ikut serta dalam hari kelulusan sang calon menantu. Pria 47 tahun itu juga telah menyelesaikan pekerjaannya di kota Malang dan tidak lama lagi akan kembali menetap di kota tinggalnya sesunggunya, Jakarta.

"Hati-hati ya, jangan pulang kesorean loh kalian, besok Naresh harus berangkat pagi soalnya." Ivani mengantar kedua anaknya sampai ke teras, sampai sepasang pria itu masuk ke dalam mobil.

Mengikuti nasihat maminya, Jeno mengendarai mobil yang ia pinjam dari papi dengan hati-hati. Lagipula sekarang masih pukul 11 siang, masih ada banyak waktu sebelum janji temu mereka dengan perancang busana yang mereka pakai jasanya. Toko dimana Naresh memesan baju berada di sebuah mall besar yang tidak jauh dari daerah tempat tinggal Jeno, namun butuh waktu 30 menit untuk mereka sampai di tujuan karena padatnya jalanan ibu kota pagi ini.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang