Thea berdiri terpaku menatap sosok di hadapannya. Ia mendecak sebal. Salahkan sekolahnya yang tidak cukup luas untuknya dirinya bersembunyi sehingga ia harus sering-sering bertemu dengan seseorang yang belakangan ini selalu berusaha ia hindari.
Tidak pernah terlintas dipikiran Thea kalau hubungannya dengan seseorang di hadapannya ini akan menjadi seperti ini. Thea harus mengakui bahwa 90% kesalahan ada pada dirinya, namun ia terlalu gengsi untuk mengakui itu.
Thea melangkahkan kakinya hendak berlalu begitu saja dari hadapan Juan. Tapi tentu saja Juan tidak akan membiarkannya begitu saja.
"Katanya kita putus baik-baik?" Ucapan Juan menghentikan langkah Thea.
Thea menghembuskan napasnya jengah. Lagi? Entah sudah kali keberapa ia menghadapi situasi membosankan ini.
"So?"
"Kenapa ngehindar terus?"
"Gue nggak ngehindar, tuh?"
Juan merasa dadanya semakin sakit mendengar jawaban acuh tak acuh yang Thea berikan.
"Barusan? Kamu mau langsung pergi gitu aja."
Hingga kini hubungan mereka sudah berakhir pun, Juan masih mempertahankan sapaan aku-kamu pada setiap obrolan mereka.
"Terus lo mau gue gimana, Juan?"
"Kenapa jadi begini, sih, The?"
"Gue udah bilang berapa kali? Gue yang salah, sorry kalo perasaan lo sakit karena masih ngarepin gue. Tapi gue nggak. Sorry kalo perasaan gue udah nggak sama."
"Theala..."
"Gue harap ini terakhir kalinya gue ngejelasin ini ke lo ya Juan. Please, lupain gue. Lo sama aja nyiksa gue dengan terus berharap sama gue, Ju."
Juan terdiam cukup lama atas jawaban terakhir yang Thea berikan. Sakit. Hatinya terasa semakin sakit menerima kenyataan, Thea, orang yang masih sangat ia sayangi sudah tidak memiliki rasa yang sama untuknya.
"Udah ya? Malu nih, di sekolah."
Dan Thea berlalu begitu saja setelah rentetan kalimat menusuk yang dilayangkannya pada Juan.
Theala will always being Theala. Penyakitnya sejak dahulu. Suka, pacaran, bosen, tinggalin. Di kamus Theala Zamira Muza, gapapa lo putusin banyak cowo karena alasan apapun, yang penting bukan alasan selingkuh.
Tapi sama aja nggak, sih? Tetep aja nyakitin perasaan orang lain.
Yah, Theala belum cukup dewasa untuk mengerti arti dari kalimat 'karma is real'. Sampai nantinya ia merasakan sendiri.
***
"Satu sekolah sampe bingung sama hubungan lu berdua."
Zean bersandar pada dinding balkon depan kelas menghadap Thea yang juga sedang bertumpu tangan menghadap lapangan.
"Dih apaan sih timbang gue sama Juan aja."
"Lah beneran. Anak-anak kelas lain ada tuh yang nanyain lo berdua ke gue," kata Zean dengan serius.
"Apanya yang dibingungin sih lagian? Namanya juga orang pacaran. Putus udah biasa kali," jawab Theala cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
So, I Married With My Ex
Teen FictionBalikan sama mantan? Hell, nope. BIG NO! Buat seorang Theala Zemira Muza, balikan sama mantan adalah perbuatan tidak terpuji alias buang buang waktu banget. "Gue sih anaknya paling anti ya balikan sama mantan," ucapnya saat masih menjadi seorang ga...