Pagi buta para panitia sudah siap di sekolah, bersiap untuk upacara pembukaan event. Thea dan Dita — sahabatnya berjaga di meja depan menyambut para peserta untuk mengisi daftar kehadiran.
Lumayan bisa cuci mata. Apalagi kan ini upacara semua peserta dateng dengan setelan jersey. Thea jadi bisa puas lihat cogan-cogan SMA sebelah.
Setelah beres dengan daftar hadir, Thea ke barisan panitia tepat sebelum upacara dimulai. Ia melihat Revan yang menjadi pemimpin upacara. Gak heran, kan dia ketua paskibra yang kebetulan juga anggota basket, sudah pasti ditunjuk untuk jadi pemimpin upacara.
Pertandingan pertama sangat seru karena diawali oleh tuan rumah yang kemudian dibuahi kemenangan. Thea yang berada di tenda juri bersorak atas kemenangan SMAnya sampai-sampai Yuki, kakel yang berada satu seksi dengannya menariknya untuk duduk.
"Kita juri harus tenang dodol, netral," katanya penuh peringatan.
Thea mengulum bibirnya, menampar kedua pipinya. Ya abisnya ia tidak pernah menjadi juri skor, taunya hanya menonton pertandingan yang seru.
Yuki menyobek lembar scoresheet hasil pertandingan untuk diberikan kepada kedua tim yang baru saja bertanding sebagai bukti akurasi pertandingan.
"Sekarang gantian lo yang nyatet."
"Ha?!"
Thea kelabakan di tempatnya, tiba-tiba merasa panik. "Tapi gue takut salah, kak. Belum pernah.."
"Kan udah gue ajarin juga sebelumnya. Tadi juga lo dah liat gue nyatet kan," kata Yuki berkacak pinggang.
Yah, kalau boleh jujur yang daritadi Thea lihat cuma cogan-cogan yang berkeringat waktu mendrible bola.
"Eung.. anu, cuma.. itu, tapi.."
"Anu itu tapi, apaan si? Udah nih sekarang lo duduk." Yuki mendorong Thea duduk, "Gue kasihin ini dulu ke pendamping tim. Tar gue balik lagi buat awasin lo, kalem aja," katanya langsung berbalik badan pergi begitu saja.
Thea melemas di kursinya, mengambil pulpen dengan kaku sambil berharap waktu untuk pertandingan selanjutnya masih lama dan juga Yuki cepat kembali.
"Kamu masih kelas 10, ya?" tanya pengawas yang duduk di sebelah Thea. Seorang bapak-bapak kisaran 30an, alumni dari SMA Harapan.
Thea tersenyum sopan, "Iya, pak."
"Kenalkan, ya, nama saya Mamat. Panggil aja Om Mamat," katanya memperkenalkan diri.
"Nama saya Theala, om. Panggil aja Thea," balas Thea sama-sama memperkenalkan diri.
"Oke, nanti kamu santai aja, kan ada saya. Gausah sungkan buat tanya, ya?"
Thea tersenyum lega. Akan ada yang membantunya jika ia mengalami kesulitan nanti.
"Iya, om."
***
Thea melakukan hal sama setelah pertandingan selesai, menyobek lembar scoresheet untuk diberikan pada pendamping.
Thea menoleh ke belakang, tak ada pendamping yang duduk di belakangnya. Lalu ia ke belakang tenda panitia dan menemukan sosok Revan yang berjalan mendekat.
'Apa dia yang lagi tugas?' tanyanya dalam hati. Yang Thea tau Revan memang seksi pendamping.
Duh, samperin jangan? Thea jadi bimbang sendiri di tempatnya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
So, I Married With My Ex
Teen FictionBalikan sama mantan? Hell, nope. BIG NO! Buat seorang Theala Zemira Muza, balikan sama mantan adalah perbuatan tidak terpuji alias buang buang waktu banget. "Gue sih anaknya paling anti ya balikan sama mantan," ucapnya saat masih menjadi seorang ga...