⚜️ {02} Kenyataan Tetaplah Kenyataan ⚜️

144 31 0
                                    

Di dalam kamar serba berwarna abu terdapat seorang remaja laki-laki yang tertidur di kasurnya dengan posisi yang tidak berubah dari semalam, tetap dalam keadaan meringkuk dan satu tangan yang memeluk lutut.

Tak ada tanda-tanda remaja itu akan terbangun, kendati cahaya matahari yang menerobos masuk dari celah-celah jendela yang tidak tertutup gorden mulai mengusiknya.

Hingga beberapa menit kemudian pintu kamar remaja itu terbuka dari luar dan menampilkan sosok wanita cantik dengan tubuh rampingnya serta wajah yang terlihat awet muda kendati usianya kini telah menginjak kepala empat.

Wanita dengan dress panjang selutut berwarna sage itu tersenyum miris melihat bagaimana posisi tidur anak tengahnya, ia dengan langkah pelan berjalan menghampiri kasur putranya kemudian mengguncang tubuh atletis itu dengan pelan.

"Ori bangun, Nak," kata Wanita bernama Yuna tersebut tepat di samping telinga Orion.

Belum ada tanda-tanda Orion akan bangun, hal itu membuat mata Yuna berkaca-kaca tatkala memperhatikan bagaimana raut letih Orion tak lupa mata sembab anak itu yang terlihat jelas.

Yuna tau putra tengahnya itu sedang berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, pun halnya dengan dirinya juga. Kepergian putra bungsunya yang tiba-tiba menjadi pukulan tersendiri untuk Yuna dan keluarga. Memangnya siapa yang akan baik-baik saja ketika kita harus kehilangan orang yang kita sayang untuk selamanya?

Rasanya kejadian kemarin hanyalah sebuah mimpi, rasanya yang kemarin di kebumikan bukanlah Asean dan Yuna merasa bahwa putra bungsunya itu belum pergi dia masih ada di sini di tengah-tengah keluarganya yang tengah dirudung duka.

Tapi sayangnya kenyataan tetaplah kenyataan, seberapa kuat Yuna berusaha menyangkal bahwa putranya masih hidup namun kenyataan mengatakan sebaliknya, ia bisa apa? Ia tau ia tidak boleh terpuruk seperti ini, ia harus mengikhlaskan kepergian putra paling kecilnya itu dan ia harus menjadi sosok yang tegar agar bisa menguatkan kedua putranya yang sama terpuruknya.

Berat memang tapi Yuna harus terlihat baik-baik saja demi keluarganya.

Maka dari itu, setelah menangis semalaman menyuarakan kesakitan atas kehilangan. Ibu tiga anak itu kini tengah berusaha mengikhlaskan semuanya dan menjalani keseharian seperti biasanya meskipun rasa sakit atas kehilangan itu akan terus tertinggal di hatinya.

"Or--"

Baru saja Yuna hendak kembali membangunkan Orion, tapi rupanya putranya itu sudah lebih dulu membuka mata sipitnya dan kini tengah menatapnya dengan wajah sayu.

Yuna tersenyum hangat seraya memandang paras rupawan putranya yang hampir mirip dengan suaminya.

"Selamat pagi," sapa Yuna ketika Orion sudah merubah posisinya menjadi duduk di ujung ranjang.

Orion belum menjawab, remaja 18 tahun itu tengah mengucek matanya guna memperjelas penglihatan yang sedikit memburam.

Saat tengah fokus mengumpulkan kesadarannya yang masih belum terisi 100%, tiba-tiba Orion dikejutkan oleh usapan lembut seseorang di kepalanya membuat ia terlonjak kaget dan Yuna si pelaku usapan itu pun ikut terkejut juga karena tak menyangka mendapatkan respon tidak terduga seperti itu.

"Loh, Mama kenapa ada di sini?" tanya Orion dengan suara serak, ada rasa tidak menyangka di nadanya ketika mendapati keberadaan Yuna.

"Bangunin kamu, takutnya kamu kesiangan. Bukannya hari ini sekolah 'kan?" jawab Yuna dengan senyuman tipis.

Raut terkejut Orion perlahan memudar tatkala rungu nya mendengar jawaban tak biasa dari sosok wanita yang telah melahirkannya. Tidak biasanya Mamanya itu membangunkan Orion karena setau Orion jika pagi begini Yuna pasti sedang berada di kamar Asean.

UTOPIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang