1.

892 78 18
                                    

Tapi nyatanya keadaan tak memungkinkan memilih cinta atau keadaan

Tak bisa keduanya...

"102.2 fm ternyata rumit banget ya memiliki hubungan yang udah lama banget diinginkan tapi keadaan yang kurang tepat, kalo kamu bakal gimana nih?"

"Balik lagi bareng gue Ayran, semoga lagu galau tadi menemani kesenduan kalian yang sedang tidak baik-baik saja karena suasananya pas banget nih malam yang membingungkan dibalik hujan rintik-rintik."

"Iya bingung, antara mau jalan keluar atau rebahan aja yakan."

Keheningan dalam mobil ini masih membuatku menangis dengan diam. Ralat, keheningan jiwa yang sedang kurasakan.

Lalu lalang yang sedikit padat ramai karena memang ini menuju akhir pekan membuat sekeliling sangat pas. Hening ditengah keramaian.

"Sialan emang, radio kenapa lebih ngerti perasaan gue keknya."

Radio 102.2 masih setia menjadi teman perjalanan dari parkiran kantor hingga lampu merah yang tak kunjung hijau.

"Buat kalian yang lagi di perjalanan hati-hati, yang masih rebahan jangan lupa makan. Kali ini gue punya cerita dari Gina, kalo misal belum yakin buat ngajak serius seenggaknya ngeyakinin buat sama-sama bertahan dan berjuang lebih baik daripada engga ada kepastian apapun. Jadi cowok yang laki dikit dong."

"Waduh, Gina ini rupanya lagi ada di situasi yang sulit. Semoga buat para laki-laki diluaran sana dan khususnya cowok Gina lebih pinter dikit ya mas, cewekmu butuh kepastian nih. Hihi."

"Sebenernya bukan cewek aja sih yang butuh kepastian, cowok pun demikian. Tapi ya sebagai laki-laki selain omongan yang dipegang, bukti nyatapun harus diseimbangkan. Jangan cuma janji-janji tapi gak pasti. Dan jangan cuma nanti-nanti nanti malah jadi sakit hati."

"Anyways, hujan-hujan gini tuh kalo galau berasa didukung banget. Yang tadinya nangis sendiri jadi nangis barengan sama langit. Ini dari cerita si Ayu, bang, gue kesel banget sama cowok gue masa ya gue cuma ngebahas tentang masa depan terus nyerepet dikit buat ngajakin dia nabung buat modal nikah malah dicuekin. Menurut lu dia serius gasih sama gue? Atau gimana?"

"Berat banget kayanya hari ini, padahal besok weekend guys. Menurut gue sih ya gak salah sebagai cewek ngajakin cowok nabung buat modal nikah, toh yang nikah juga bakal 2 pihak. Cewek dan cowok. Tapi buat kasus Ayu ini gue rasa, cowok lu bisa jadi gengsi karena ngerasa misal dia itu penganut biaya nikah itu mutlak ditanggung cowok semuanya, atau bisa jadi karena cowok lu belum siap buat nyisihin duit, atau yang terkahir pandangan lu juga bisa jadi. Tapi besar kemungkinan sih menurut gue karena faktor mutlak tadi, dia penganut biaya nikahan cowok aja yang nanggung karena gengsi."

Kudengarkan dengan baik penyiar radio kali ini. Entah kenapa rasanya semua yang sedang jadi topik bahasan malam ini relate sekali dengan situasi yang sedang aku alami.

Apakah ini acara khusus bahas pernikahan? Aku baru kali ini mendengar radio 102.2 fm dengan pembawaan yang menarik.

"Dear cowok termasuk gue nih ya, daripada kalian gedein gengsi karena gak mau pihak cewek ikut bantuin biaya nikah, mending gengsinya diilangin bor. Cewek yang mau ikut bantuin nabung buat biaya modal nikah di zaman sekarang emang masih banyak. Tapi yang nawarin duluan tanpa paksaan susah nemuinnya. Ini udah dikasih nemu duluan masa disia-siain."

"Yu, Ayu daripada galau mikirin cowok yang model begitu mending dengerin lagu tulus nih yuk."

Suara penyiar hilang.

Lagu ini sering kali kudengar, dinyanyikan oleh Tulus dengan judul Jangan Cintai Aku Apadanya.

Tapi baru kali ini aku memahami maknanya.

Jangan cintai aku

Apa adanya, jangan!

Tuntutlah sesutau

Biar kita jalan kedepan

Sepenggal lirik ini membuatku membenarkan bahwa mencintai seseorang yang dimaksud apa adanya itu jangan melihat karena dia punya segalanya. Tapi ketika kamu mencintai seseorang itu pun jangan sekedar mencintai apa adanya. 

Memiliki hubungan yang bukan sebentar, dengan lingkungan yang sudah dikerumuni pernikahan membuatku merasa sebuah kepastian dari pasangan sangat penting.

Ya, bagi generasi milenial mungkin saat ini sedang berada di fase mencari kebahagiaan dengan pasangan. Itu pun jika ada.

Tapi yang ada pun belum tentu sih.

Tangisku masih tersisa dikulit pipi. Hanya sudak tidak terisak. Karena lapar, kutepikan mobilku disamping penjual pisang bakar.

"Om Nudi, kaya biasa satu ya." Teriakku masih dalam mobil.

"Siap mbak." Jawabnya.

Karena radio sudah berganti penyiar, aku matikan dan sedikit merapikan penampilan sebelum turun.

"Aduhhh.." Seseorang jatuh karena pintu mobil yang kudorong.

"Ehh mas, duh.. maaf-maaf, asli saya gak sengaja saya gak liat."

Kulihat dia masih diam, membetulkan kacamatanya.

"Mas, maaf ya. Asli saya gak sengaja."

Aku mencoba mensejajarkan tinggiku dengannya yang sedang duduk. Sepertinya dia kebasahan karena jatuh tepat digenangan air.

"Iya mbak, gapapa. Lain kali hati-hati." Dia berdiri dan membersihkan lengannya dengan menepuk-nepuk.

"Maaf ya mas, tapi itu celananya basah. Mau ganti dulu engga?" Sedikit ragu.

"Mbak Chika ini mau dibungkus atau makan disini?" Tanya Om Nudi si penjual pisang bakar.

"Disini aja Om. Minumnya sumur hazelnut anget ya om."

Saat ingin melihat kembali kondisi orang tadi, rupanya dia sudah berlalu dengan payung hitamnya.

"Ini mbak, barusan kenapa?"

Aku sedikit melamun memikirkan orang tadi. Suaranya tidak asing.

"Ah iya Om, makasih. Barusan gak sengaja pas buka pintu mobil malah nyenggol orang lewat gak keliatan."

"Terus orangnya mana mbak?"

"Udah jalan kesana pake payung."

"Oh yaudah deh ini selamat menikmati ya mbak."

"Thank you Om."

Pisang bakar disini adalah langgananku. Saking seringnya kesini, Om Nudi sudah hapal menu biasa yang sering kusebut biasa seperti tadi.

Setidaknya, galau pun butuh tenaga bukan?

RADIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang