13.

185 24 6
                                    

Ini baru hari pertama masuk pasca libur lebaran. Pekerjaan tidak terlalu banyak masih cukup terkendali meski pagi tadi sedikit hectic.

Siang ini sedang berlangsung acara kecil seperti halal bi halal semua staff kantor.

Ada beberapa KOL dan talent yang memang sering bekerja sama dengan agensi tempatku bekerja juga. Termasuk Ayran.

"Mbak Chika.." Seseorang yang kukenal memanggilku, bukan Ayran tapi Renia.

"Ehh bestie, hahah." Sapaku balik.

"Maaf lahir bathin ya, maaf-maaf aku kalo banyak salah." Aku mengulurkan tangan untuk mengajak Renia berjabat tangan lalu kami berpelukan dan cipika cipiki.

"Iyaa sama-sama Mbak, gue juga ya maaf lahir bathin." Aku mengangguk dan mengusap-ngusap lengannya.

"Dey kemana? Perasaan dari pagi bareng terus."

"Tau dah kemana, paling lagi gencar pdkt sama bagian finance." Kami saat ini sedang berada di taman rooftop kantor.

Aku celingak-celinguk mencari Dey ditengah-tengah banyaknya orang. Sebenarnya tidak terlalu banyak sih, lebih tepatnya ditengah-tengah warga kantor yang berkumpul di sini semua.

Sibuk dengan pandanganku yang kesana kesini aku melihat ada Ayran yang sedang menatapku.

Aku tersenyum melihatnya yang mendekat.

"Hai…" Sapaku.

"Hai Mbak, maaf lahir bathin ya." Ujar Ayran.

"Iyaa sama-sama, aku juga maaf lahir bathin ya." Dia mengangguk.

Kami sedikit canggung. Salah, maksudnya aku. Aku sedikit canggung saat ini, teringat obrolan dengan Dey pagi tadi yang mana Ayran sudah tahu aku memiliki pacar.

Kami saling diam. Renia pun sudah berlalu sejak aku kebingungan mencari Dey.

"Mau makan asinan Bogor gak mbak?" Tawarnya.

"Ehh gimana?" Aku tidak terlalu mendengar pertanyaan Ayran.

"Suka asinan gak? Mau coba?"

"Suka. Boleh."

Kami pun menuju buffet menu, ada banyak hidangan makanan di sini.

"Nih.." Baru saja ingin mengambil mangkok Ayran sudah memberikan satu padaku lengkap dengan sendoknya.

"Coba sini aku isiin. Mau segimana?"

Aku hanya menurut dan mengikuti arah tangan dia yang memegang sendok sayur.

"Airnya jangan banyak-banyak aku gak suka banjir." Candaku.

"Kalo kering nanti seret Mbak." Jawaban Ayran berhasil mengalihkan mataku dari asinan pada matanya.

"Tenggorokannya, maksudku."

Aku tertawa kikuk. Dia lebih dulu memberikan cengirannya.

"Mau kerupuknya?" Tawarnya lagi.

"Boleh, tap…" Belum selesai ucapanku Ayran sudah melakukan hal yang kuinginkan.

Kenapa laki-laki ini bisa tahu bahwa aku ingin kerupuknya diremukan.

"Kok kamu tau aku suka kerupuk diremukin gitu?" Tanyaku heran.

"Tau dong, aku juga tau mbaknya udah punya pacar. Aku keduluan nih."

Duhh.. kenapa ada perasaan tidak rela ya saat mendengarnya, padahal kan dari kemarin aku sudah bertekad untuk tidak baper pada pria satu ini.

"Emang kalo gak keduluan mau apa?"

RADIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang