8

574 88 6
                                    

Tobio mengikuti Sakusa turun dari bus kemudian berjalan lagi beberapa langkah hingga tiba di rumah.

"Tidak ada orang?" tanya Tobio menengok pada yang lebih tinggi. Sakusa menggeleng. "Ada, tukang masak dan asisten rumah.."

Keduanya pun kembali lanjut melangkah, sebenarnya Sakusa merasa grogi. Ini adalah pertama kali baginya mengajak seseorang main ke rumah bahkan masuk ke kamarnya.

Sesaat dirinya menoleh ke belakang kala menaiki tangga marmer berpola spiral. Tobio mendongak dan tersenyum padanya membuat cepat-cepat Sakusa kembali melihat ke depan.

Krieet

Sebuah ruangan luas kamar seorang Sakusa Kiyoomi. "Wow.." Tobio melangkah masuk seraya netranya mengedar. Ruang kamar Sakusa bertema monokrom, dengan perabotan minimalis. Ada dua rak buku besar di di dinding, lukisan, kertas-kertas puisi, dan secara keseluruhan kamar pemuda itu begitu rapi.

"Aku merasa seperti sedang masuk ke kamar seorang CEO.."

Sebelah alis Sakusa terangkat. "Aku tidak tahu itu pujian atau tidak, tapi baiklah." Ia berjalan ke lemari seraya melepas dasi seragamnya.

Tobio duduk di kursi belajar Sakusa. Mengalihkan pandangan dari si pemuda yang sedang ganti. Bibir Tobio terbuka saat menyadari puisi yang pernah ditulisnya ditempel bersama karya-karya puisi Sakusa yang lain.

"Sekarang apa yang mau kau lakukan di sini?" tanya Sakusa membuat Tobio menengok. Pemuda manis itu tersenyum lalu mengedikkan bahu. "Entahlah, apa yang kau punya?"

.

"KOLAM RENANG?!" Tobio terbelalak saat Sakusa mengajaknya ke kolam renang di halaman belakang.

"Kalau kau mau yang air panas, di atas ada. Ja, ikut aku lagi."

Tobio kembali mengikuti Sakusa ke dalam rumahnya, di sebuah lorong panjang nan megah, Tobio menunduk menatap pantulan dirinya di ubin. Bahkan ubinnya sangat kinclong untuk sedikit berkaca.

"Sebelah kanan ruang bowling, di kiri theater mini, di depan sana ada gym dan di sebelahnya lagi perpustakaan. Katakan saja kau mau apa?" Sakusa berhenti melangkah, kedua tangannya masuk ke dalam sweatpants abu-abu.

"Semuanya." jawab Tobio sambil meringis. Sakusa maju selangkah mendekat padanya untuk mengusak rambut si blueberry. "Ja, kalau begitu.."

Dug

"Yak!" Sakusa yang barusan berbalik di kejutkan dengan Tobio yang melompat ke punggungnya. Lelaki manis itu melingkarkan kedua tangan mengitari leher Sakusa, membuat pemuda itu jadi menggendongnya. "Let's goo, Yoomi!"

Sakusa menggendong Tobio masuk ke ruang bowling. Dari pada saat pertama kali mereka main, meski sekarang hanya berdua, susananya lebih seru.

Tobio menyalakan radio di ruangan itu, memilih musik dari band kesukaannya, berbeda dengan Sakusa yang menyukai musik blues, Tobio lebih suka musik Rock, ia menyetel Arctic Monkeys - R U Mine? Sebagai pengiring permainan keduanya yang penuh gelak tawa.

"Strike!! Yosh!!" Tobio melompat kesenangan. Giliran Sakusa hendak menggelindingkan bola namun dengan sengaja si raven menyenggolnya, membuat bola tidak menyentuh pin sama sekali. "Hais.."

"Yeayy satu kosong!"

"Itu namanya curang."

Angka pada papan poin terus bertambah. Sebelum akhirnya Tobio dan Kiyoomi pindah ruangan lain.

"Hei ada Romeo dan Juliet! Ayo nonton film itu."

"Aku sudah sering menontonnya." jawab Sakusa.

Tobio menoleh lalu menggenggam tangan si pemuda. "Kalau nontonnya denganku belum pernah kan?"

Poetry Love (SakuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang