11

492 79 0
                                    

"Good morning.." Sakusa terbangun di pagi hari dan hendak mengecup kening Tobio. Namun saat tubuhnya hendak merangkul dan mendekat, si raven menepis dirinya seraya segera bangkit berdiri.

Sakusa terdiam, menatap Tobio dengan bingung karena aura laki-laki itu berbeda dari yang biasanya. Si blueberry meraih jaket dan mengepak barang-barangnya. "Sampai ketemu di sekolah.." Ia melenggamg pergi.

Cepat-cepat Sakusa turun dari ranjang dan berlari menyusul Tobio yang sudah menuruni anak tangga. "Hei, apa terjadi sesuatu? Ada apa?"

Genggaman tangan Sakusa mencegah Tobio keluar dari rumah. Lelaki manis itu begitu datar tanpa ekspresi bahkan terbilang lemas. Ia hanya menatap Sakusa sekilas. "Lepaskan.."

Melihat wajah Tobio yang serius, Sakusa menurutinya. Ia melepas tangan ramping itu dan membiarkan empunya pergi. Meski diliputi perasaan bingung dan khawatir, Sakusa bukan sosok pengekang, ia akan memberi ruang jika Tobio memang sedang ingin sendiri. Tapi kenapa harus pagi ini? Kenapa harus di hari setelah semalam mereka bercanda tawa?

Segala hal dan rasa bingung yang berkecamuk di dalam dirinya membuat Sakusa tersadar kalau dia belum mengenal Tobio sepenuhnya. Dia hanya mengetahui pemuda blueberry itu di permukaan.

Apakah selama ini keceriaan Tobio palsu? Atau dia hanya sedang mengalami mimpi buruk yang membuat moodnya turun? Sakusa tak tahu mana yang benar. Ia tak pernah tahu bagaimana yang sebenarnya tentang Kageyama Tobio.

.
.
.

Satu minggu Tobio tidak berangkat sekolah. Sakusa berusaha menelpon namun tak pernah diangkat. Ketidakjelasan ini membuatnya muak pada dirinya sendiri. Muak dengan dirinya yang tidak tahu apa-apa tentang orang yang sudah mewarnai hatinya.

Sebenarnya apa yang sedang dialami oleh Tobio?

Sepanjang hari Sakusa hanya duduk diam, sesekali menatap ke luar jendela mengharap Tobio akan tiba-tiba melambai dan mengajaknya kabur.

"Oi.. Nanti malam tampil lho." ujar Sachi di tengah jam makan siang. Motoya mengangguk lalu menepuk pundak Sakusa. "Kau ikut kan Omi? Sudah beberapa minggu ini kau tidak ikut."

"Entahlah.." Sakusa memainkan sumpit dan udon dalam mangkuk makan siang. Kelereng pemuda itu begitu kosong membuat Sachi dan Komori keheranan.

"Apa kau bertengkar dengan Tobio?"

"Tidak. Entahlah. Sebenarnya aku tidak tahu aku sudah melakukan kesalahan apa padanya. Dia pergi begitu saja.." Sakusa menghela napas berat. Dari yang semula satu minggu kini sudah jalan hampir satu bulan Tobio tidak berangkat sekolah. Selama itu juga Kiyoomi merenungi kesalahan apa yang sudah dibuatnya sampai jadi begini.

Komori menggaruk pipi sambil menatap sang sepupu. "Mm dia pernah bilang merawat ayahnya yang sedang sakit. Mungkin penyakit ayahnya sedang kambuh?"

Sachi mengangguk-angguk. "Ah iya bisa jadi.. Saat dia masuk semua pasti akan kembali seperti dulu lagi Omi."

Sakusa menggeleng hampa. Pemuda ikal itu pun bangkit berdiri tak menghabiskan makanan, ia langsung masuk ke kelas.

.
.
.

Malamnya, Sakusa tampil di cafe tempat ia biasa manggung. Namun hari ini ada yang lain dari dirinya. Dia kehilangan selera untuk menyakikan lagu-lagu blues ataupun jass yang amat ia gemari. Pemuda itu justru teringat dengan band kesukaan Tobio.

Perasaan rindu yang begitu besar di hatinya membuat Sakusa menyanyikan salah satu lagunya. 505 - arctic monkeys. Bayangan kenangan Tobio dengan dirinya berputar. Membuat hatinya semakin diliputi rasa sakit, galau, dan tanda tanya besar mengapa Tobio pergi darinya.

Poetry Love (SakuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang