2

771 130 30
                                    

Jam pertama pelajaran telah dimulai. Sakusa bertopang dagu kebosanan menatap pada guru di depan papan tulis yang tengah mengajar.

Grekk

"Sumimasen.." Tobio yang barusan kembali dari perpus membungkuk dan meminta izin mengikuti kelas. Dibantu dengan seorang teman sekelas membawakan buku-buku pelajaran, si anak baru melangkah masuk menuju tempat duduknya.

"Ah murid baru, siapa namanya?" tanya sang guru geografi.

Brukk

Tobio meletakkan tumpukan buku mapel ke atas meja sebelum mendongak. Senyumnya melebar begitu pula dengan sorot matanya yang cerah. "Kageyama Tobio desu!" jawabnya.

Dari samping, Sakusa melirik diam-diam. Mengamat-amati bagaimana raut muka manis itu selalu terlihat riang dan bersemangat. Semoga saja Tobio bukan orang yang cerewet karena Sakusa bukan tipe lelaki yang menyukai kegiatan sosialisasi.

Ketika si raven duduk, Sakusa pun cepat-cepat mengalihkan pandangan sampai-sampai pulpen di tangannya tak sengaja jatuh dengan ceroboh. Tobio membantu membungkuk namun berakhir pucuk kepala mereka berdua bertebenturan.

Dug

"Agh."

"Aw.."

Kageyama dan Sakusa sama-sama mendesau dan sekilas saling menatap di bawah meja. Yang lebih tinggi buru-buru mengambil pulpen dan duduk dengan benar.

"Buka halaman 56, di sana ada bacaan. Setelah selesai membaca kerjakan latihan soal yang ada di baliknya ya." ujar sensei di depan.

"Kageyama Tobio, kau?" Sang empunya nama berbisik pada Sakusa seraya menempelkan tangannya di atas meja, seperti sedang mengajak berkenalan.

Kening Sakusa mengerut. Ia melirik pada Tobio yang tersenyum dan duduknya sedikit mepet padanya. Laki-laki biru itu masih menanti sebuah jawaban sambil netranya mengerjap namun respon yang dia dapat adalah Sakusa menggeser kursi menjauhinya.

"..."

Melihat Sakusa yang seperti tengah merengut di balik masker dan menjauh membuat Tobio mengendus aroma badannya.

Seragam atau rambutnya sedang baukah sampai-sampai Sakusa menjauh begitu? Mana suara geseran kursi besi tadi lumayan keras membuat beberapa anak menatap pada mereka.

Sakusa membuka buku paket dan segera membaca halaman yang diperintahkan. Suasana kelas begitu sunyi membuat keadaan hatinya berangsur-angsur kembali tenang. Sampai-

Tuk

Sebuah kertas lipat berbentuk burung diletakkan di atas halaman yang tengah ia baca. "Ck." Yang benar saja. Sakusa mendecakkan bibir dan menjadi sebal. "Apa maumu?" Sakusa menggeram namun masih bisik-bisik. Belum pernah seumur-umur dia dirusuhi begini.

Tobio tersenyum. "Bukalah.." Dagunya menunjuk pada origami burung diatas lembar buku Sakusa.

Si pemuda ikal menghela napas. Meski malas, ia tetap mengikuti permainan Tobio untuk membedah origami burung di hadapannya. Saat dibuka terdapat sebuah sajak.

{If you want to run to a quite place at the end of the world, just run with me.- Alexandra Vasiliu}
(

Jika kau mau berlari ke suatu tempat yang tenang di ujung dunia, larilah denganku.)

Poetry Love (SakuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang