Tujuh tahun telah berlalu. Waktu berlalu begitu cepat. Banyak hal yang berubah, termasuk kota Seoul yang dulunya sangat Hera hapal. Sekarang kota kelahirannya itu terasa begitu asing. Kakinya bahkan ragu hanya untuk melangkah keluar dari pesawat, sampai seorang pramugari harus menegurnya sopan.
Ya, sudah tujuh tahun berlalu sejak hari itu. Kejadian yang mana membuat luka tersendiri dihatinya, dimana Baekhyun banyak terluka karena kebodohannya.
Hatinya masih terasa ngilu jika mengingatnya. Maka Hera memejamkan matanya sebentar, kemudian melanjutkan langkahnya di antara orang orang yang juga berlalu lalang di bandara.
Tangannya mencengkram pegangan kopernya erat. Dari kejauhan ia bisa melihat Paman Han yang rambutnya sudah banyak memutih. Pria paruh baya itu menghampirinya mengambil alih koper yang Hera seret.
"Mari Non."
Hera mengangguk canggung. Sudah lama sekali ia tidak mendengar suara pria paruh baya itu.
Dalam perjalanan Hera menyandarkan tubuh lelahnya. Menatap kota Seoul yang sedang diguyur hujan. Kota ini tidak banyak berubah namun menjadi sedikit asing baginya.
Dua hari lalu sang ayah menyuruhnya pulang setelah sekian lamanya ia merasa dibuang dinegara asing. Tanpa adanya komunikasi, tanpa adanya pertemuan. Selama tujuh tahun ia hidup sendiri dinegara asing yang sebelumnya tidak pernah ia kunjungi. Dari seorang gadis 18 tahun yang sekarang sudah berubah menjadi gadis berumur 25 Tahun.
Sekarang ia sedang menempuh studi S2 dibidang business di Kanada.
Negara yang selama ini ia tinggali selama tujuh tahun adalah Kanada. Tidak jauh memang dari Korea tapi tetap saja tidak menguntungkan baginya.
Mobil sedikit bergolak saat menaiki sebuah gundukan, tubuhnya menegang saat melihat rumah besar yang bahkan tidak pernah berubah sejak tujuh tahun lalu. Masih begitu terawat, warna cat putih yang tidak pernah luntur, rumput taman yang masih pendek, bahkan gerbang hitam besar itu tidak berkarat.
Hanseok lebih dulu turun dan membawa koper Hera masuk kedalam rumah, sementara sang empu masih diam didalam mobil. Sampai ia melihat seorang wanita paruh baya yang sangat ia rindukan.
Hera bergegas turun lalu Nyonya Byun langsung berlari kecil memeluk putrinya. Mengecup pelipis Hera berkali kali, "Kau pulang sayang." Suara itu sudah bergetar.
Hera mengangguk kecil dalam pelukan mereka. Nyonya Byun menghapus air matanya yang menggenang dipelupuk sebelum benar benar jatuh.
"Ayo masuk nak."
Degup jantung Hera begitu cepat saat masuk kedalam rumah. Entah, ia mengharapkan seseorang juga telah menunggunya didalam. Nyatanya hanya kesunyian seperti biasa yang ia dapat.
"Istirahatlah nak, kau pasti lelah. Ibu akan memanggilmu saat makan siang." Hera mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya yang sudah tidak ia tempati selama 7 tahun.
Saat sampai dilantai dua. Langkahnya terhenti tepat didepan pintu kamarnya yang tertutup, tanpa diperintahkan tubuhnya berbalik untuk menatap pintu kamar yang tertutup rapat. Manik itu menyendu saat segala memori delapan tahun lalu berlomba lomba masuk. Dalam hati Hera berharap seseorang keluar dari sana, tidak perlu terlalu jauh, ia hanya ingin melihat—Baekhyun.
Tarikan napasnya Hera ambil untuk mengalihkan perhatian, setelahnya ia melenggang masuk kedalam kamarnya.
<>
Waktu sudah menunjukan pukul 1 dini hari saat Hera keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum didapur. Sebagian lampu dirumahnya sudah mati, menyisakan lampu ditempat tempat tertentu. Seperti tangga, pantry, halaman belakang dan beberapa lampu taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [END]
FanfictionWattpat X Karyakarsa[END] "Jika kita tidak bisa bersama, mengapa takdir menghadirkan perasaan seperti ini diantara kita. Bukankah itu tidak adil." Hubungan sedarah. Apa yang bisa diharapkan dari itu? • • • Fyi : ini hanya funfaction, tidak ada unsu...