Dengan bibir yang terlipat dan air mata yang menggenang. Nyonya Byun mengobati luka dipunggung, wajah, dan lengan putranya. Ringisan Baekhyun bagaikan pisau tak kasat mata yang menusuk jantungnya.
Tangannya hati hati mengompres lebam disekujur punggung sang putra sembari sesekali mengusap air matanya yang turun. Baekhyun hanya diam tidak mengatakan apapun sejak sang ibu memapahnya masuk kedalam kamar dan mengobati lukanya.
Usapan lembut dikepalanya Baekhyun rasakan membuat kelopak matanya yang berat terbuka. Dengan posisi tidur yang telungkup Baekhyun bisa melihat manik sang ibu yang berada disisi ranjang, manik yang memancarkan luka didalamnya.
"Baekhyun." Panggilan lirih dari sang ibu tidak bisa membuat Baekhyun menahan air matanya lagi.
Ia merasa bersalah namun tetap saja jika harus meninggalkan Hera dan menghentikan perasaannya dia tidak akan mau.
Ibu jari sang ibu mengusap air mata yang beralir. Dikecupnya pelipis sang putra sayang.
"Maafkan Ibu."
Hanya itu yang Nyonya Byun katakan sebelum menyelimuti sang putra dan meninggalkan kamar. Bersamaan dengan itu mata Baekhyun sudah tidak kuat untuk tetap terjaga, kelopak matanya itu menutup secara perlahan dengan seribu luka yang tertutup dengan baik.
Waktu terus berputar sampai menunjukan pukul dua dini hari. Baekhyun tersadar dan merasakan sakit disekujur tubuhnya, bahkan tenaganya tidak cukup hanya untuk bangkit.
"Argh."
Erangan kesakitan tak urung keluar dari bibir tipis itu kala sang empu mengubah posisi tidurnya menghadap langit langit. Tubuhnya yang masih bertelanjang dada dibiarkan begitu saja, matanya kembali memejam menetralisir rasa sakit yang amat sangat.
Teringat sesuatu, pria itu meraba sekitar mencari sesuatu sampai menemukan apa yang dicari. Ponsel. Dengan tenaga yang tersisa Baekhyun mendial nomor satu diponselnya.
Nada sambung terdengar. Satu kali, dua kali, tiga-
"Oppa." Suara lirih itu menghantam Baekhyun telak.
Baekhyun memperbaiki posisi ponselnya, "Kau baik baik saja, sayang?" Suara lemah Baekhyun membuat Hera kembali terisak.
"Hey jangan menangis." Ia menutup matanya mendengar isakan dari seberang sana.
"Sayang jang-an menangis."
"Sakit."
Manik Baekhyun sontak terbuka, tubuhnya menegak dengan sendirinya.
"Apa yang sakit sayang? Katakan padaku, ayah memukul mu?"
Diseberang sana Hera menggeleng dengan isakan.
"Pasti sakit."
Baekhyun langsung lega bukan main. Tubuhnya kembali rileks, ia berusaha menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang dengan susah payah tanpa meringis.
"Tidak sayang, tidak apa."
"Berhenti menangis, karena aku tidak bisa menghapus air matamu." Gumam Baekhyun lemah.
Ia bisa mendengar dari seberang sana Hera menuruti perintahnya, walau sesenggukan masih tersisa.
"Kenapa belum tidur, besok Hera ku akan melaksanakan ujian nasional."
"Bagaimana aku bisa tidur jika Oppa terluka karena aku."
Baekhyun tersenyum tanpa sadar.
"Aku baik baik saja sayang."
"Eoh punggung mu?"
"Sudah tidak sakit."
"Baguslah."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [END]
FanfictionWattpat X Karyakarsa[END] "Jika kita tidak bisa bersama, mengapa takdir menghadirkan perasaan seperti ini diantara kita. Bukankah itu tidak adil." Hubungan sedarah. Apa yang bisa diharapkan dari itu? • • • Fyi : ini hanya funfaction, tidak ada unsu...