Sejak pagi sampai hari sudah berganti malam, Hera tidak bisa lagi tenang setelah sang ayah datang dan memintanya berkemas. Hera tidak tau kapan ia akan pergi, bahkan dinegara mana ia akan pergi Hera tidak tau.
"Aish ! Aku harus bagaimana." Umpatnya marah, dengan air mata ketakutan yang sudah siap menetes.
Yang Hera pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar sang ayah tidak mengirimnya ke luar negeri.
Langkahnya yang mondar-mandir seketika berhenti, maniknya menangkap sesuatu di meja belajarnya tanpa berpikir panjang Hera merampas cutter yang tergeletak manis ditempatnya.
Hanya ini yang bisa ia lakukan. Hera tau ini pikiran paling bodoh yang pernah hinggap diotaknya namun ia bisa apa, jika tidak melakukannya sang ayah akan tetap mengirimnya pergi dan Hera tidak mau itu terjadi.
"Maafkan aku Oppa."
Jantungnya berdegup tak karuan saat mata pisau itu mulai terlihat. Sesekali Hera menoleh kebelakang melihat kearah pintu memastikan tidak ada yang masuk kedalam kamarnya.
Ia semakin mendorong keluar mata pisau itu, lengan kirinya mulai terangkat. Seluruh tubuhnya dingin bak es batu, Hera tidak tau ini akan sakit atau tidak tetapi jika ini membantu ia akan sangat bersyukur.
Matanya metutup dan tangannya bergerak akan mulai mengiris pergelangan tangannya sendiri.
Sret...
Tak !
"Apa yang kau lakukan !" Suara penuh penekanan itu memenuhi gendang telinga Hera.
Cutter yang ada ditangannya sudah jatuh kebawah saat tangannya dicengkram kuat oleh Baekhyun yang entah datang dari mana. Baekhyun menendang jauh jauh cutter yang jatuh disamping kakinya.
Amarahnya semakin meningkat saat melihat Hera berniat melukai dirinya sendiri.
"Aku bertanya apa yang kau lakukan ?!" Manik Hera semakin bergetar antara ketakutan dan rasa bersalah.
Isakkannya tidak tertahan. "Maaf-kan aku Oppa."
"Maafkan-aku."
Baekhyun merengkuhnya erat, saking eratnya sampai membuat tangisan Hera teredam. Tubuhnya sedikit oleng saat hera mendorong dadanya agar pelukan mereka terlepas, Hera mendongak menatap Baekhyun dengan sorot nelangsanya.
"Oppa aku tidak ingin pergi." Ujarnya cepat. Baekhyun bisa melihat ketakutan dimanik berair itu.
"Apa yang harus aku lakukan agar ayah tidak mengirimku pergi Oppa." Baekhyun diam mendengarkan semua yang Hera katakan dengan linangan air mata yang terus turun.
Hera mengusap air matanya kasar. "Haruskah kita pergi ?" Bola matanya bergerak seperti mencari sesuatu, cengkraman tangannya pada lengan Baekhyun yang masih memeluk pinggangnya semakin mengerat, "Ya benar. Ayo Oppa kita pergi kemanapun, bawa aku pergi, aku-aku akan ikut kemanapun Oppa membawaku."
Kebungkaman Baekhyun membuat Hera semakin frustasi. Diguncangnya lengan Baekhyun kuat, "Oppa ayo kita pergi. A-ku tidak masalah jika harus keluar dari rumah ini, aku tidak perduli kita akan tinggal dimana nantinya tapi aku mohon bawa aku pergi bersama mu." Ia menatap wajah Baekhyun yang juga melihatnya, tanpa kata Hera melepas lingkaran tangan Baekhyun dari pinggangnya lalu berjalan menuju lemari dan mengambil tas ranselnya. Memasukkan beberapa barang yang ia butuhkan, lalu merampas jaket yang tergantung didalam lemari yang masih terbuka.
Seolah baru tersadar akan apa yang dilakukan Hera, Baekhyun melangkah cepat menarik lengan gadis yang sudah siap akan memakai jaketnya. Baekhyun mencengkram kedua lengan Hera kuat, membawa tubuh mungil itu agar menghadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE [END]
FanfictionWattpat X Karyakarsa[END] "Jika kita tidak bisa bersama, mengapa takdir menghadirkan perasaan seperti ini diantara kita. Bukankah itu tidak adil." Hubungan sedarah. Apa yang bisa diharapkan dari itu? • • • Fyi : ini hanya funfaction, tidak ada unsu...