4. Aku Mengerti

953 157 22
                                    

Aku, "apa yang kau lakukan?"

Xiaocao, "ambil bukti."

Aku merenung sejenak, mengeluarkan ponsel, dan dengan tegas menelepon temanku dan memintanya untuk menghubungi administrator BBS untuk menghapus posting.

Laoer masih menertawakanku.

Aku menampar meja, "Kau bisa menghina kepribadianku!"

Xiaocao menoleh ke arahku dengan samar.

Kalimat berikutnya adalah 'Jangan menghina seksualitasku'.

Namun dibawah tatapannya, aku tiba-tiba tidak bisa mengatakannya, dan berkata dengan murung, "Tapi jangan menghina ... pencipta karya."

Postingan ini segera dihapus.

Tapi legenda tentang aku dan xiaocao mulai menyebar di sekolah.

Sekelompok teman sekelas yang menganggur ini dengan senang hati mendiskusikan topik ini. Bahkan direktur kantor yang pinggangnya terkilir karena menari tidak dapat menutupi antusiasme tentang aku dan xiaocao.

Sejujurnya, aku juga merasa bahwa xiaocao ingin meng anu ku.

Maksudnya menghajarku, bukan melakukan hal semacam itu.

Sudah lama kami saling membenci, dan bukan aku yang berinisiatif untuk mengobarkan api. Anak ini yang berada di meja yang sama, tetapi sikapnya yang panas dingin membuatku tidak bahagia.

Ada apa dengan xiaocao, bisakah xiaocao sok di depanku?

Namun, perasaan dikelilingi oleh orang-orang di mana pun kau lewat bukanlah perasaan yang baik.

Untungnya, akhir semester segera tiba, dan para siswa yang terlalu sibuk terkena dampaknya, dan semua orang mulai terburu-buru melakukan persiapan.

Dibandingkan satu sama lain, kamar asrama kami jauh lebih ceria. Sebelum liburan musim panas, semua orang setuju untuk bepergian. Pada saat ini, Laosi tengah merangkulku dan memilih hotel.

Ketika Xiaocao kembali dari luar, dia secara alami melepas rangkulan Laosi dan mencondongkan tubuh ke arahku, "apa kau sudah membuat pilihan?"

Aku dengan cepat menghitung anggaran dan pengeluaran semua orang.

“Ayo menginap di sini, reviewnya bagus, dan dekat dengan tempat wisata.” Aku mendorong kacamataku dan sedikit menyipitkan mata, “Tapi kalau mau bersenang-senang, kita hanya bisa memesan dua kamar, satu untuk dua orang, bisa saling menjaga. Bagaimana menurutmu?"

Xiaocao menjawab dengan tenang, "aku pikir itu bagus."

Aku memesan dua kamar dengan puas, dan ketika melihat ke atas, aku perhatikan bahwa Laoer dan Laosi memiliki ekspresi yang salah.

"Ada apa? Punya pendapat?"

Laoer dan Laosi saling berpelukan, menggigil saag memandangi xiaocao di belakangku.

Aku menolehkan kepalaku dengan bingung.

Xiaocao tersenyum tanpa bahaya padaku.

Hm, sepertinya itu suara bulat yang sempurna.

---

Aku sangat gugup saat ujian.

Aku kalah dari xiaocao semester lalu, jadi aku tidak bisa kalah lagi semester ini.

Xiaocao dan aku menyerahkan kertas bersama-sama. Dia melirikku, seolah-olah dia bisa melihat pikiranku, dan tersenyum, "Jangan khawatir, kau pasti nomor satu semester ini."

Aku bertemu dengan tatapannya yang seakan 'ayo tanyakan mengapa aku begitu yakin', aku terdiam beberapa saat, dengan bangga membusungkan dada, "Tentu saja!"

[END] Most HandsomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang