7

8.5K 1.3K 103
                                    

Ditya itu kadang heran. Kok bisa, dia punya sodara yang tingkahnya aneh-aneh?

Dia tuh bisa dibilang, masih tergolong anak kecil lah ya. Masih tiga belas tahun. Tapi, kadang, Ditya ngerasa, dia yang otaknya paling dewasa di antara mereka bertiga.

Angga itu, tingkahnya kalah-kalah Ditya. Baik sih baik. Tapi, Ditya tuh curiga dia punya bipolar. Dikit-dikit ngambek. Dikit-dikit baik. Dikit-dikit diem. Aneh. Mana kadang mau-mau aja dimanfaatin adeknya.

Tapi, Angga tuh ngga pernah kerasin suaranya ke mereka. Semarah apapun dia, paling cuma main jitak aja. Yang paling sering dijitak ya Yudha. Ditya mah ngga pernah macem-macem. Lebih milih di kamar dari pada ngurusin mood swing abangnya yang ngga terprediksi.

Nah, lain lagi sodaranya yang kedua. Yudha. Sekilas, dia tuh normal-normal aja. Kayak anak SMA biasa. Kadang berantem sama Angga. Kadang ngatain Ditya juga. Tau lah ya, tipe-tipe anak SMA pada umumnya.

Dibandingkan Angga yang kalo kata orang, dia tuh saudara ideal karena mengayomi banget, Yudha tuh lebih kerasa 'abangnya', menurut Ditya. Kalo ada temen yang cerita tentang abang nyebelin, nah itu Yudha tuh. Suka ngatain, suka nyuruh, mageran, tapi baik ya baik. Seenggaknya, dia masih sadar lah kalo dia tuh lebih tua.

Hal yang bikin Yudha keliatan kayak alien di mata Ditya adalah, karena Ditya tuh ngga bisa nebak ni orang mikir apa. Kalo kata Angga mah, Yudha tuh orangnya simpel. Tapi, bagi Ditya, saking simpelnya sampe Ditya tuh meragukan kalo dia pernah mikir.

Kita kan, misal mau melakukan sesuatu nih, normalnya dipikirin dulu konsekuensinya gimana, kapan waktu baiknya buat ngelakuin itu, bikin persiapannya mateng-mateng, dipikirin baik-baik dulu deh. Nah, dia tuh engga. Bodo amat langsung gas.

Ditya cuma bisa doa aja, semoga Yudha ngga punya bibit-bibit psikopat. Kalo ntar dia kepikiran "Duh pengen tusuk Ditya pake piso," kan bahaya toh. Lagian otaknya Yudha tuh terlalu random buat Ditya tebak, kegiatan apa yang bakal dia lakuin selanjutnya.

"Kalo diliat-liat, Krishna sama Balaram ini agak-agak mencurigakan ya."

Dan akhir-akhir ini pun, tingkah Yudha makin aneh. Ditya ngelirik, "Mencurigakan gimana?"

Kayak ada sesuatu yang ngebikin dia ngga nyaman, tapi berusaha dia normalisasikan.

Cowok SMA itu lagi baring di atas karpet bulu, di ruang tengah. Dua kaki di angkat, naik ke atas sofa. Sampingan sama Ditya yang lagi duduk. Dua tangan megang hp, dan fokus nonton kartun Krishna.

Iya. Krishna kecil dari Vrindavan. Saudaranya Balaram. Anak asuh Nanda sama Yasoda.

"Perasaan Krishna Balaram biasa aja?" gumam Ditya.

Pintu apartemen dibuka.

"Kamu ngga bakal ngerti Kakak liat dari sudut pandang mana," ujar Yudha. Betisnya nyenggol lengan Ditya. Ngebikin anak itu balas dorong kakinya dengan sebal.

"Yudha! Sepatu kamu nih! Disusun yang bener coba!"

Angga yang baru pulang, ngomel.

"Iya," jawab Yudha. Tapi, ngga gerak dari posisi awalnya. Masih fokus liatin Krishna di episode dia masih bayi.

Kakinya yang ada di atas sofa, ditepuk lagi sama Angga yang lewat, "Sofa buat duduk, bukan buat kaki. Turunin."

"Bawa makan ngga, Bang?" tanya Yudha sambil awasin kakinya. Yang awalnya telentang, ganti posisi jadi ngeringkuk hadap samping.

"Masak telor kalo mau makan."

Walau jawabnya begitu, tapi Ditya sama Yudha tau, nanti juga pasti Angga beliin lauk lain buat mereka.

"Aku mau sushi," ujar Ditya.

Tatapan Yudha langsung tertuju ke arah adeknya itu, "Mau?"

"Iya."

"Bang, Ditya mau sushi!"

Di ujung sana, Angga langsung nyaut, "Mau sushi tempat mana?"

Tuh kan.

"Pfftt!"

Yudha noleh, karena denger suara asing. Rupanya ada orang lain di situ. Tangan kanan tutup bibir karena nahan ketawa. Mungkin ngerasa lagi ditatap, dia ngalihin pandangannya ke arah Yudha. Terus kasi senyum bikin satu lesung pipi di belah kanannya muncul.

"Angga lemah banget ngelawan adeknya," ujar cowok itu.

"Emang," balas Ditya langsung. Ganti saluran tv yang lagi dia tonton.

Sementara, Yudha balik nonton hpnya lagi. Walau dalam hati, dia udah ngerasa ada yang beda.

"Nonton apa, Yud?"

Ditanya gitu, Yudha ngelirik. Cowok tadi lagi numpuin dua tangannya di sandaran sofa. Ngebikin badanya agak ngebungkuk. Kacamata bulat ukuran besar yang dia pake, memperjelas satu beauty mark yang ada di bawah mata kiri.

"Krishna."

Dia ngerjap. Keliatan agak kaget dengernya, "Little Krishna dari Vrindavan?"

"Mh-hm."

Terus, mereka denger suara Angga yang manggil.

"Krishna."

"Oi?" Dan cowok itu bales.

"Lo ke kamar gue aja duluan. Yang itu," tunjuk Angga.

"Oke."

Oalah namanya sama.

Pas Krishna pergi dari ruang keluarga dan masuk ke dalam kamar Angga, baru deh Yudha bangkit dari baring. Dudukin badannya, dan tatap Angga yang lagi sibuk di dapur.

"... Cepet banget. Udah saatnya," gumam Yudha.

"Apanya?" tanya Ditya.

"Abang kita udah ada yang punya."

"Hah?"

Ibu jari, Yudha gigit ujungnya. Kedua mata tertuju ke pintu kamar Angga yang ketutup, "Dengan tampang begitu, pasti belok dia mah. Bang Angga ini pasti pasangannya. Gue ngga nyangka saudara gue secepet ini."

Ditya yang denger, ngerjap. Wait. Ini Kakaknya, Yudha, dia ngga lagi masangin Bang Angga sama temennya yang tadi kan?

Iya ... kan?

"Duh ponakan bayi gue dari si Ditya dong jadinya?"

Bibir Ditya kebuka, "... Kak," panggilnya pelan.

Yudha noleh, "Apa?"

"... Are you okay?"

Ngga sih. Ditya rasa, Yudha ngga baik-baik aja. Keknya keanehan Kakaknya satu ini nambah lagi.

Ngepasangin saudara cowoknya sendiri, sama cowok lain.

...

Oalah bambang. Ditya mijit pelipisnya ngga habis pikir. Pantes tadi dia ngomentarin hubungan Krishna sama Balaram. Ini toh.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang