23

10.3K 1.2K 191
                                    

Sepanjang jalan, keheningan penuhin isi dalam mobil. Krishna udah telfon Angga untuk ngasi kabar kalo Yudha sama dia. Sesekali, dia juga ngelirik ke arah Yudha yang dari tadi cuma diam dan liatin luar jendela. Memar di muka, warnanya makin keliatan mencolok. Laju mobil sengaja Krishna pelanin. Sekalian cari apotek terdekat. Pas ketemu, setir mobil dia puter ke arah sana. Parkir dan keluar bentar. Biarin Yudha tinggal di dalam sejenak. Beli beberapa obat-obatan buat luka yang Yudha punya.

Lagi nungguin pegawai apoteknya masukin barang-barang yang dia beli, Krishna noleh ke arah mobil untuk mastiin keadaan Yudha. Tapi yang dia dapetin, isi mobil malah kosong. Anak itu ngga ada di sana. Kedua mata Krishna langsung liat ke sekeliling dengan panik. Dia cuma alihin perhatian sebentar dan Yudha udah ngga ada.

Buru-buru bayar semua obatnya, pria berkacamata itu langsung nyariin keberadaan Yudha lagi di sekitar. Untungnya kali ini ngga perlu waktu lama. Karena ternyata, di samping apotek ada orang yang jualan jus buah. Yudha lagi di situ. Beli jus alpukat.

Krishna langsung ngehela napas lega. Apapun keadaannya, Yudha tetep aja Yudha.

Satu tangan sibuk pegangin gelas jus yang lagi asik diminum. Satunya lagi ambil uang kembalian.

Yang lebih tua berkacak pinggang. Yudha balik badan. Mereka saling tatap.

"Ngga usah ilang-ilangan bisa ngga?" tanya Krishna.

Suara yang berasal dari sedotan tiap kali Yudha minum jusnya kasi jeda omongan mereka. Sampai akhrinya sedotan itu lepas dari belah bibir.

"Haus."

"Iya. Tapi, lain kali kasi tau dulu. Jangan main pergi aja."

Ucapan itu dibalas dengan anggukan doang. Satu tangannya Krishna tarik buat balik ke mobil. Duduk di tempat semula, isi kantong obat Krishna ubek-ubek.

"Berhenti dulu minumnya. Gue obatin dulu."

Lampu dalam mobil dinyalain karena hari emang udah gelap. Raih dagu Yudha biar tatap ke arahnya. Perhatiin lekat dan sadar kalo bagian pelipis mulai agak bengkak. Rencananya mereka bakal ketemuan sama Angga-Ditya di toko boba abangnya Krishna. Mungkin di sana nanti, bagian bengkaknya bisa sekalian dikompres pake es.

"Kenapa lo bisa sampe dipukulin gini sih?" gumam Krishna pelan.

Sedotan masuk lagi ke dalam mulut. Ngebikin Krishna tatap Yudha sebal.

"Aku bilang ke mereka kalo aku gay," balas Yudha. Dahi agak ngerut pas lukanya ditekan pelan.

"Lo gay?"

"Bukan."

"Lo straight?"

"Bukan."

"Terus? Lo amoeba? Membelah diri nanti?"

Yudha muter bola mata sarkastis. Bikin Krishna ngedecak karena kepala anak itu gerak. Satu tangan, tahan dagu Yudha biar ngga gerak-gerak.

"Aku ya aku. Orientasi seksual doang ngga bisa ngegambarin aku siapa," ujar Yudha.

Krishna ngekeh pelan. Pasang plester luka di beberapa bagian wajah.

"Lo tadi pergi karena emang mau pergi atau diusir?" tanya Krishna lagi.

"Diusir."

"Terus ntar gimana?"

Bahu Yudha terangkat ngga peduli, "Kan besok mereka pergi. Ya besok aku pulang."

Lagi, pria yang lebih tua ketawa.

Selesai ngurusin luka Yudha, mesin mobil dinyalain lagi. Ponselnya bunyi dari tadi. Dicek Krishna, ternyata telfon dari Angga. Tapi sengaja ngga dia angkat. Anggep aja, ngga liat karena dia lagi di jalan.

Sesuai rencana, dia bawa anak ini ke toko boba. Mobil Angga udah terparkir manis di situ. Turun dari mobil, Yudha buang gelas jusnya dulu. Abis itu baru ikutin Krishna buat masuk ke dalam.

Liat muka adeknya yang ngga baik-baik aja, Angga langsung berdiri dari duduknya. Ngelangkah ngehampirin anak itu, dan ngecek bagian tubuhnya yang lain.

"Aku mau popping boba yang biasa dong."

Angga ngedelik. Bisa-bisanya ini anak masih mikirin mau popping boba.

"Kamu tadi minum apa? Abang ada liat," ujar Angga. Ngga mau adeknya kebanyakan minum minuman manis kek gini.

"Tadi minum jus."

"Kamu duduk. Abang pesenin," ujar yang lebih tua sambil tepuk punggungnya pelan.

"Snacknya juga ya, Bang. Aku laper."

Yudha ngedudukin diri di depan Ditya yang lagi nunduk. Sampingan sama Krishna. Ngeliat minuman di depan adeknya, bikin dia pengen minta, tapi ngga jadi. Isinya ada boba kenyal yang dari tapioka itu sih. Yudha ngga suka. Dia ngga suka harus sibuk ngunyah boba gituan. Yudha sukanya yang langsung pecah di mulut dan rasa buah.

"Kalo besok baru pulang, malem ini lo tidur di mana?" tanya Krishna.

"Di jalan?" jawab Yudha ngasal.

"Kakak ngga pulang?" Ditya langsung dongakin kepalanya.

Yudha ngegeleng, "Besok pulang tapi."

"Kenapa?"

"Kakak diusir."

Ditya ngerjap, "Aku mau ikut Kak Yudha aja kalo gitu malem ini."

Dua sudut bibir Yudha naik. Walau agak perih karena di situ ada yang luka. Dua tangan dia lipat di atas meja. Terus, tatap Ditya lurus.

"Beneran mau?" tanyanya.

"Iya," angguk Ditya.

"Tidur di depan toko orang tapi."

"Iya, gapapa."

"Iya iya apaan iya?" sahut Angga sebal. Duduk di samping Ditya dan tatap dua adeknya, "Kita bertiga malam ini cari hotel aja. Besok Abang telfon wali kelas kalian buat minta izin ngga masuk sekolah."

Ubah posisi tubuhnya, Yudha sandarin punggung dengan rileks, "Terus besok yang ngurusin dua orang itu siapa? Mereka mau ke bandara kan?"

"Besok pagi Abang pulang duluan."

Yudha ngangguk. Terus, dia noleh. Tatap Krishna yang cuma dengerin mereka doang. Habis itu nawarin, "Mau ikut ngga Kak?"

Krishna agak kaget. Tumben-tumbenan ni anak mau ngajakin. Terus ngelirik Angga yang kasi dia tatapan mematikan. Ngga pengen Krishna ikut karena dia pengen bertiga aja sama adek-adeknya. Tapi, Krishna mah ngga peduli. Ingat. Yudha itu gebetannya. Segala kesempatan harus dimanfaatkan.

"Boleh. Gue ikut deh," ujar Krishna sambil senyum. Tunjukin lesung pipinya. Di bawah meja, dia udah perang tendang-tendang kaki sama Angga.

"Ntar Kak Krishna pulang dulu tapi," ujar Yudha. Alihin tatapan karena minuman sama snacknya dateng.

"Kenapa?"

"Ambil baju banyak-banyak. Aku mau ganti baju soalnya. Terus, buat Ditya sama Bang Angga. Buat besok juga sekalian."

Sekali lagi. Apapun keadaannya, Yudha tetep aja Yudha. Dia nawarin hal-hal ginian kalo lagi ada maunya doang.

Well, Krishna ngga masalah sih. Soalnya, mereka belum pacaran, tapi dia udah bisa liat Yudha pake bajunya. Apa Krishna harus kasi Yudha kemejanya? Sweater? Hoodie? Terus, walau ngga mungkin, tapi kalo Yudha ngga pake bawahan pasti lebih bagus ngga sih?

'Duk!'

Krishna ngeringis. Tendangan Angga kuat banget barusan. Krishna ngedelik.

"Mikir apa lo?" tanya Angga tanpa suara.

Padahal Angga ngga tau kalo dia lagi ngegebet adeknya, tapi insting Angga tajam juga.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang