4

10.1K 1.4K 127
                                    

Semenjak menyaksikan secara langsung kedekatan teman-temannya yang agak melewati batas normal, Yudha yang biasa ngga pedulian, mulai alert ke sekitarnya.

Duduk di kantin, berlima kayak biasa, tiap kali ada cowok sama cowok yang lewat ntah sambil rangkulan atau yang lain, ngebikin Yudha mulai berspekulasi macam-macam. Napasnya ia embusin pelan-pelan. Berusaha ngga bikin suara. Terus usap keringat yang muncul di pelipis.

Baru kali ini, dia ngerasa beban banget hidup di dunia. Bisa ngga sih ingatan terlarang tentang teman-temannya itu dihapus aja?

Yudha ngga masalah, mau mereka nempel-nempel kek, pacaran kek, apa kek. Tapi, tolong, jangan sampe Yudha ngeliat secara langsung 🥲. Sangat-sangat membuat tidak nyaman.

"Bosen banget liatin muka lo-lo pada mulu," keluh Arka.

Bikin Yudha pengen nangis karena dia punya muka paling plain. Ngga ada menarik-menariknya sama sekali. Seberapa bosen coba si Arka ngeliatin dia? Kan bukan salahnya juga punya paras kayak begini. Lagian, kalo ini di komik, figuran macem dia bakal digambar dengan wajah blank. Alias ngga ada wajah 🥲. Cuma kepala sama rambut doang. Kadang dikasi hidung sama mulut sih, tapi segaris aja.

"Tinggal cari tempat lain kan gampang," Wisnu kasi senyum paksa, "Lo kira gue mau liatin muka lo mulu?"

"Lagian isinya cowok semua, ngga ada yang bisa dijadiin penyegar mata. Masukin cewek kek ke sini."

Noah yang lagi asik makan, langsung noleh, "Hm?"

Arka ngalihin tatapannya, "Ya ngga, Yud?"

Kenapa pas gini aja, manggilnya nama Yudha sih?

"Ha-ha-ha," jadi Yudha mutusin untuk ketawa kaku aja. Ngga niat untuk jawab iya atau engga.

"Btw, gue ngga pernah liat Yudha deket sama orang selain kita," Arya buka suara.

"Eh, masa?" Noah alihin tatapannya ke arah Yudha yang cuma senyum kosong.

Kok jadi ngomongin dia?

"Ngga ah," balas Wisnu, "Yudha normal-normal aja kok sama yang lain. Cuma kalo ngumpul emang sama kita doang."

Bagus, Wisnu-sama. Emang ngga salah Yudha kasi Wisnu peringkat nomor satu di dalam pertemanan ini.

"Tiati, Yud. Ntar lo single seumur hidup," kekeh Arka.

"Kayak lo ngga single aja," gerutu Wisnu sambil muter mata sarkastis.

"Heh, sori nih ya, dengan paras gue yang begini ya gue pasti punya pacar lah. Emangnya lo? Dikit-dikit dijodohin, dikit-dikit dijodohin kek ngga laku."

Plis, rasanya Yudha mau pergi dari sini.

Arya yang keliatan ngga peduli sama adu mulut Arka-Wisnu karena emang selalu kejadian tiap kali mereka ketemu, noleh ke arah Yudha, "Lo gimana? Ada rencana nyari pacar?"

Pertanyaan itu ngebikin Yudha ngehela napas, "Gue ngga tertarik."

Arka noleh cepat, "Ngga tertarik sama cewek?"

Bikin Noah kesedak. Sementara, Wisnu nepuk dahinya ngga habis pikir.

"Ngga tertarik sama semua," perjelas Yudha lagi. Ngga penting banget ngomongin ginian.

Si anak manja itu nge-hmmm pelan, "Kalo suatu saat nanti lo tertariknya sama cowok gimana?"

Bisa ngga ya kalian stop ngomongin urusan Yudha? Dia ngga suka.

"Itu urusan diri gue di masa depan. Gue yang sekarang ngga mau mikirin."

Yudha udah nyerah buat mikir sesuatu ke arah sana. Dia capek. Dia mau berhenti peduli aja deh. Balik lagi ke dirinya semula. Sebelum mergokin Arka sama Noah.

Tapi, ternyata emang hidup itu susah ya. Niatnya ngga mau peduli, cuma kalo begini dia bisa apa?

Sekarang dia lagi kejebak di lift. Bertiga sama dua orang yang Yudha tau sebagai tetangganya di apartemen ini. Tangan kanan pegang tali tas dengan erat. Mukanya dibikin datar kek biasa. Bertolak belakang sama reaksi tubuh yang deg-degan dan keringat dingin.

"Jangan gitu anjir. Ada orang."

"Ngga bakal tau kalo kamunya diem."

"Ngga usah gitu. Lo napsuan banget sih jadi manusia."

Tolong, walau kalian bisik-bisik sambil mojok kek gitu pun, Yudha tetep bisa dengar! Rasanya pengen nangis. Malah bakal aneh kalo dia ngga denger berhubung liftnya sepi dan hening.

Kenapa juga gerak liftnya lambat banget?

Dan paling penting, KENAPA PULA MEREKA MESUMNYA DI DALAM LIFT DAN PAS LAGI ADA ORANG LAIN?

'Ting!'

Puji Tuhan, akhrinyaaaa 😭

Pintu lift kebuka pelan-pelan. Yudha langsung ambil langkah cepat buat keluar. Ngga noleh-noleh lagi ke tetangganya, dia langsung masukin kode pintu dan masuk ke dalam.

Dia kirain dua orang yang tinggal di samping itu sodaraan. Abang sama adek, macem dia sama saudara-saudaranya. Tapi, kalo diliat dari perilaku tadi, keknya bukan. Apes banget ngga sih. Berasa abis ngebongkar satu hubungan (Arka sama Noah), yang lainnya jadi muncul secara otomatis ke permukaan.

Yudha kira, dia cuma bakal ngehadepin tingkah homo temen-temennya doang. Ternyata sampe ke tetangga-tetangga pun begitu juga. Salah Yudha apa coba sampe bisa begini?

"Jangan diem di depan pintu. Orang mau lewat."

Denger itu, Yudha cemberut, "Abang mau ke mana?" Tapi, dia nurut, minggir dari depan pintu. Buka sepatunya dan simpan ke rak sepatu.

"Kerja kelompok. Di kulkas ada Dum Dum buat kamu."

Bibirnya otomatis senyum. Abangnya tuh kadang agak tsundere emang. Hehehe. Dia pasti ngerasa ngga enak karena ngebiarin Yudha pulang naik angkot beberapa hari ini.

"Abang pulang malem keknya."

Cowok itu berdiri. Rapiin bagian bawah baju sekilas, terus buka pintu.

Dan sebagai abang yang baik juga, dia kasi peringatan lagi, "Kalo nanti ada orang yang ngga dikenal dateng, jangan dibukain pintu."

"Iya," Yudha ngekor sampe nyaris keluar, "Bang Angga, pas pulang bawa makanan ya."

Terus, dia agak kaget karena ternyata tetangganya yang tadi masih di luar. Berdiri di depan pintu apartemen mereka di samping. Yudha buru-buru sembunyi di balik pintu. Angga cuma natapin dia aneh.

"Masih ada kelas, Ngga?"

Tetangga mereka nyapa basa-basi.

Angga senyum, "Udah ngga ada. Ini mau kerja kelompok," balasnya. Dorong kepala Yudha sampe anak itu mundur selangkah, dan tutup pintu apartemen mereka. Tapi, Yudha masih bisa denger suaranya di luar.

"Yuk, Van. Gue pergi."

"Yoi. Tiati."

Oiya, Yudha lupa kalo tetangga mereka itu satu kampus sama abangnya. Beda jurusan doang.

"Itu adeknya Angga sadar ngga sih pas di lift tadi?"

Yudha diem di tempat. Telinga kiri langsung nempel di pintu. Pengen denger lebih jelas.

"Engga lah. Kalo pun sadar, yauda biarin aja."

"Kebiasaan sih lo."

"Loh, kok——heh! El tungguin!"

Tolong ya abang-abang, CUMA ORANG NGGA WARAS YANG NGGA BAKAL SADAR KALO KALIAN MESUM DI LIFT YANG SEPI DAN HENING GITU!

Tuhan, Yudha nyerah deh.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang