"Tuan muda sudah waktunya anda bangun"
Ron kepala pelayan dari kediaman Henituse saat ini sedang berusaha membangunkan tuan muda pertama, Cale Henituse."Tuan muda anda harus bangun"
"Ini sudah siang tuan muda, anda harus bangun"
Setelah percobaan berkali-kali, Cale Henituse akhirnya membuka matanya dan bangun.
Sinar matahari yang seharusnya menghangatkan tidak terasa hangat baginya.
"Jika aku tidak bangun, apa kau akan terus berusaha membangunkan ku?"
"Tentu saja tuan muda, kerena itu pekerjaan pelayan ini. Dan air mandinya sudah siap tuan muda."
Mendengar hal itu Cale berdecak.
"Seharusnya kau tinggalkan saja aku, kamu mengganggu, tahu tidak?"
dia harap semuanya cepat berakhir.
"Seperti yang sudah saya katakan, itu sudah menjadi tugas saya"
"Iya ya, terserah apa katamu, sudah sana keluar aku akan melakukannya sendiri"
Dia hanya berharap semua orang meninggalnya sendirian apakah itu sulit (dia tidak)
"Baik tuan muda"
Setelah kepergian Ron, Cale menatap langit-langit kamarnya.
Peti mati di turunkan.
Orang-orang memberinya ucapan duka.
Ayah menangis seolah dunia sudah berakhir.
Mama sudah tiada.Setelah selesai bersiap Cale mendengar ketukan di pintu.
"Masuk"
"Tuan muda ini sarapan anda, yang secara teknis adalah makan siang"
Cale menatap hans wakil kepala pelayannya itu dengan tajam, melihat hal itu membuat hans tersentak dan tertawa canggung.
Mereka takut kepadanya tapi kerena kewajiban mereka disini.
"Dimana Ron?"
Cale sedikit bingung, mengapa wakil kepala pelayannya yang ceroboh datang? Ron jarang memberikan tugasnya pada orang lain kecuali, sesuatu yang tidak bisa dia tunda datang.
"Tuan Ron dipanggil oleh Count belum lama ini"
Cale hanya mengangguk mendengarnya.
Melihat hans yang masih berdiri dikamarnya membuat Cale mengernyitkan dahi.
"Mengapa kau masih disini? Pergi, kau merusak mood ku"
Kapan? Kapan semuanya dapat selesai.
Mendengar hal itu hans tersentak, hans lupa dia masih dikamar tuan muda Cale.
"Ah...saya akan pergi, jika anda butuh sesuatu anda bisa memanggil saya."
"Aku tidak butuh apa pun, sana pergi"
Entah sejak kapan dia mulai tidak ingat hari-hari kehidupannya.
Cale menatap makanan miliknya dengan tidak minat.
Setelah selesai makan, Cale memutuskan untuk pergi keluar.
Di lorong yang mengarah ke pintu utama Cale bertemu dengan hans.
"Makanannya sangat buruk, mengapa mereka tidak berhenti saja menjadi koki dari pada membuat sampah seperti itu?"
Dia menyakiti mereka tapi dia harus.
Hans yang mendengar hal itu menunduk dalam, dia dapat merasakan aura yang tidak menyenangkan dari tuan muda.
Semua tampak sia-sia baginya, apa alasan dia hidup? Dia hanya menyakiti orang-orang jadi mengapa dia masih disini?
Cale melihat sebuah foto di dinding lorong utama.
Foto dimana terdapat dia, count Deruth, countess Violan, Basen dan Lily.
Cale mengejek melihat foto itu, "benar-benar merusak sekali, seharusnya kau menghilang saja. Itu lebih baik kerena kau hanya penganggu" ucapnya datar. (Aku satu- satunya yang memiliki rambut merah)
Pertemuan yang dia tunggu-tunggu setelah sekian lama, berakhir dengan cara yang tidak terduga.
"Apakah ayah sudah tidak mencintai mama" adalah apa yang ingin dia katakan.
Ayah tampak bahagia di samping perempuan itu. Dia tidak sanggup menghancurkannya.
"Selamat ayah" hanya itu hal yang mampu dia katakan.Berjalan melalui pintu utama, Cale melihat para kesatria dan pelayan tersentak melihatnya. Itu bukan hal yang baru, tidak perlu di pikirkan.
Seharusnya ayahnya belajar dari hal ini dan tinggalkan dia sendiri.
Tapi terkadang ayahnya keras kepala ditempat yang salah.
Tanpa memperdulikan perlakuan bawahnya Cale pergi ke kota.
Dia berharap semuanya cepat berakhir.
Ini buruk bukan? Aku tahu itu, tapi aku sudah menulis ulang selama 2 bulan dan ya......ini keputusan akhir ku.
Tapi terimakasih karena sudah menyempatkan membaca fanfiction ini.
Semoga kalian menyukainya!!
Kritik dan saran aku tunggu.Sampai jumpa di chapter selanjutnya, dadah
Tertanda bucinnya Cale Henituse
KAMU SEDANG MEMBACA
the first young master of a noble family
FanficJika kamu bertanya siapa itu Cale Henituse? Orang-orang akan menjawab. "Putra sulung keluarga Henituse" "Sampah dari dari timur laut" "Pembawa masalah Sungguh, count terlalu baik membiarkan anak seperti itu tinggal" "Aib keluarga count" "Anak bangsa...