Sekolah baru

56 9 0
                                    

-Selamat membaca-

Matahari bersembunyi di balik gerombolan awan yang semakin lama semakin menghitam. Namun tidak disadari oleh gadis cantik berseragam putih abu-abu dengan kerudung menjulur.

Zahratul Ameera. Ya, nama itu terjahit rapi pada Kerudungnya.

Tetesan air hujan mulai mengenai tangannya yang sedang memegang buku Non Fiksi, ia mengangkat pandangannya yang sedari tadi menatap buku sambil menunggu bus lewat. Buru-buru ia memasukkan bukunya ke dalam ransel sedangkan orang-orang mulai berlarian mencari tempat berteduh.

Tak lama setelah itu bus yang mengarah ke rumahnya datang, buru-buru ia meninggalkan halte dan melangkah ke dalam bus.

"Ayah, nanti sampai rumah kita rakit mainannya ya, terus nanti ayah bacain cerita ini sebelum tidur"
"Iya sayang nanti sampai rumah kita sama sama rakit mainannya, adek mau berapa cerita dongeng nanti"
"Sekali banyak ayah"
"Haha, banyak sekali nak bukan sekali banyak"

Tak sengaja Zahra mendengar percakapan anak dua tahun an dan bapaknya yang duduk di depan kursinya, tanpa sadar ia meneteskan air mata,

"andai saja waktu itu.. Eh astaghfirullah nggak boleh gitu Ra" Batinnya.

Perjalanan memakan waktu sekitar 15 menit karena kebetulan tidak macet.

Sampai di tujuan Zahra turun dari bus, membuka payung dan berjalan menuju rumahnya yang berada di perumahan Sultan indah.

"Assalamu'alaikum Zahra pulang"

"Wa'alaikumussalam, alhamdulillah non sudah pulang, bibi khawatir soalnya hujan deras banget"

"Hehe, makasih bi"

"Mandi terus ganti pakaian dulu biar nggak masuk angin, abis itu sholat ashar jangan sampai lewat ya non, bibi masakin makanan sama siapin vitamin"

"Oke bi pasti, Zahra ke atas dulu ya"

Tin tin

"E.. Bibi buka gerbang dulu ya Non itu suamik bibi sudah datang alhamdulillah mobilnya beress non"

Zahra mengangguk

Tak heran jika Bi Narsih begitu perhatian pada Zahra, karena dari kecil Zahra juga diasuh oleh Bi Narsih, karena Bunda dan Ayah Zahra tidak selalu di rumah karena pekerjaan. Bi Narsih sudah menganggap Zahra sebagai anak kandung begitupun dengan Zahra, sudah menganggap Bi Narsih sebagai Ibunya sendiri"

Anak tangga satu persatu mulai dilewati, rumah terasa sepi hanya ada Zahra, bi Narsih dan suaminya yaitu Pak Yo yang bekerja sebagai satpam sekaligus supir dirumah Zahra.

45 menit kemudian Zahra keluar kamar kini ia memakai setelan piyama tidur dengan hijab biru muda yang terjulur menutup dada dan punggungnya, tak lupa ia juga mengenakan kaos kaki.

Ia melangkah menuju dapur dengan perut lapar. Kerennya, Zahra kalau lapar tidak seperti singa yang marah.

"Silakan"
Bi Narsih menyajikan nasi dan makanan berkuah yang masih hangat.

"Wah, makasih bi"

"Woke non"

"Oh iya non, tadi gimana di sekolah baru?" Lanjut bi Narsih

"Asik kok bi, malah Zahra udah dapet temen akrab loh"

"Oh ya? Wah syukur alhamdulillah kalau begitu, akur-akur terus ya non kalau main, kalau bercanda pun jangan kebablasan, jaga perasaannya ya non, tapi bibi sih yakin orang modelan kayak non Zahra gini nih nggak mungkin macem-macem kalau sama temennya"

"Hihi, iya bi pasti, makasih bi." Jawab Zahra sambil menyengir diakhir kalimat

* * *

Udara malam ini terasa dingin, angin berhembus menyapu kulit Zahra ya sedang duduk di kursi balkon kamarnya. Matanya yang sayu menatap layar laptop dan tangannya dengan cepat menekan huruf-huruf keyboard.

Tak lama layar ponselnya menyala menandakan ada notif masuk. Dengan sigap ia menyambar ponselnya.

"Belum sayang, kamu terus do'a in Ayah ya"

"Ya Allah, pasti bun pasti"

"Kamu lagi ngapain?, udah makan?, sekolah hari pertama mu lancar kan?"

"Lagi ngerjain tugas Bun, sudah bun, Alhamdulillah lancar kok bun"

"Alhamdulillah, jangan begadang ya sayang langsung tidur kalau tugas sudah selesai, nggak bagus malam-malam mata pantengin layar terus😃"

"Iya Bunda cantik, ini juga sudah selesai"

"Okey Selamat Malam, assalamu'alaikum cantiknya bunda"

"Malam bund. Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

Zahra meneguk segelas susu hangat, menutup Laptop dan merapikan buku-bukunya.

Ponsel yang ia genggam berdering tertera nama Kak Fadgham Ganteng.

Sebenarnya bukan Zahra yang memberi nama kontak seperti itu tapi itu hasil ketikan kakaknya sendiri.

Buru-buru ia meletakkan buku dan laptopnya di atas meja belajar begitupun dengan cangkirnya.

"Assalamu'alaikum, halo kak"

"Wa'alaikumussalam, halo dek udah makan?"

"Sudah kak, kalau kakak?"

"Alhamdulillah.. Rencananya kakak mau pulang 2 hari lalu tapi nggak jadi, untung aja belum kasih tau kamu"

"Oh ya? Jadi kapan pulang ke Indonesia? Zahra kangen pengen cerita banyak sama kakak"

"Iya, cerita apa, mau cerita monyet dan kancil, atau monyet dan buaya nih?"

"Saya serius pak" Jawab Zahra datar.

"Haha iya iya maaf, in syaa Allah kakak pulang besok"

"Ha besok serius?"

"Iya Dek seriuss"

"MasyaAllah seneng banget, sampai kapan ya? Zahra sama pak Yo jemput di bandara yah"

"Hari sabtu pagi jam 9 InsyaAllah udah sampai bandara. Harus dong haha"

"Hati-hati ya kak jangan lupa berdo'a"

"Pasti"

"Oleh olehnya juga jangan lupa"

"Waduuh, ya udah kalo gitu buruan tidur gih"

"Iya ini juga udah selesai nugas"

"Sip. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

Syukron katsiron.

Lillahita'alaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang