Kronologi

9 5 0
                                    

a day

"Assalamu'alaikum Ayah" gadis itu mencium tangan Ayahnya.
"Wa'alaikumussalam"
"Ayah udah lama?" Tanya gadis itu sopan sampul memasang seatbelt
"Belum sayang, ready?"
"Ready Yah"
"Kita nggak lewat jalan utama, soalnya macet terus Ayah ada online meeting setengah jam lagi"
"Oke terserah Ayah"

Mereka melewati jalanan yang sepi untuk menghindari kemacetan karena bertepatan dengan jam pulang kerja.

Perjalanan terasa tenang dan baik-baik saja, nampunsditengah perjalanan pulang, pengendara motor ugal-ugalan menyalip mobil dan menghadangnya.

Duak duak

"Buka kaca! Keluar lo sekarang!"

"Ayah siapa mereka?"
"Ayah juga nggak tau, kamu yang tenang ya" Jawab Ayah mencoba menenangkan.

Tidak bisa memutar stir mobil karena mobil sudah mepet dengan trotoar didepan ada motor dan disamping ada preman.

Pyarr

Terdengar pecahan kaca yang cukup keras dari kaca bagasi.

"Astaghfirullah"
"Astaghfirullah Ayah kenapa ini Yah?"
"Tenang ya nak berdoa"

Pak Herman keluar mobil dan meladeni para preman suruhan orang itu.

"Tunggu sini ya nak, InsyaAllah Kita aman"

Zahra tidak bisa berkutik sedikitpun, ini seperti mimpi, mimpi di malam hari yang sunyi dalam lelap tidur.

Ayah Zahra keluar mobil dan meladeni preman-preman itu.

"Apa mau kalian?"

"Argh nggak usah banyak tanya"

Duak

Tubuh Ayah Zahra terpental setelah mendapat satu jotosan.

"AYAHHHHH!"

Zahra keluar mobil dan menghampiri ayahnya yang telah sempoyongan.

"Po-li-si tel-pon"

Zahra mengerti dan mengeluarkan ponsel nya.

"Eh!.." Ponsl Zahra disahut kasar oleh salah satu preman gondrong.

"Jangan coba coba. Bocah ingusan kalo lo ikut campur gua bakal lukain lo" Sambil menodonhkan golok tepat di wajah Zahra.

"Aw sakit" Ucap Zahra saat preman gondrong akan menyingkirkan golok dari wajah Zahra namun tak sengaja mengenai punggung tangannya. Namun tak dihiraukan oleh preman itu dan langsung menghampiri preman cepak yang sedang mengurus Ayah Zahra.

Hati Zahra sangat tertekan dan seperti dicabik-cabik. Ia menangis melihat ayahnya di pukuli tanpa bersalah dan hanya bisa berdoa dalam hatinya.

"Bangun lo"
"Pindah posisi aja bos berabe kalo dilihat orang"
"Jangannn, jangan sakiti ayahhh udah cukuppppp!!! Kalian, Azab, pa-pqsti diazab kalian sama Allah"

Omongan Zahra tidak dihiraukan oleh para preman itu.

"Saat ayah Zahra dipapah kasar oleh preman itu untuk menyeberang mencari tempat yang lebih sepi, tiba tiba sebuah mobil melaju menabrak ayah Zahra dan hanya menyerempet si pereman cepak.

"Ayahhhh!"

Melihat kejadian itu hati Zahra terasa seperti teriris-iris menjadi seperti cincangan bawang putih untuk memasak sop.

Pipi Zahra dibasahi air mata yang bercucuran, memangku kepala ayahnya yang berlumuran darah.

Benar mobil tadi adalah komplotan preman yang mencelakai ayah Zahra.

Tak lama setelah kejadian itu ada tukang bakso aci yang kebetulan lewat, kang aci langsung menekan rem nya hingga berhenti disamping Zahra.

"Innalillahi, neng kenapa ini Ya Allah"
"Hiks-hiks t-tolong Ayah"

"Tapi gimana cara bawanya masa iya mau di dudukin digerobak?"

"Saya pesankan gerobak saja ya neng"

Wiu wiu wiu

"Selamat siang"

"Siang Pak"

"Kenapa ini?"

"Waduh saya kurang tahu pak tadi pas saya lewat sudah seperti ini"

"P-pak polisi t-tolong Ayah di keroyok preman" Jawab Zahra dengan nafas tersengal-sengal.

Zahra memegang dada kirinya lalu pingsan.

* * *

"Selamat siang, benar ini dengan Bunda ananda Zahra?"

"Siang, iya benar ada apa ya pak?"

"Begini, saya dari kepolisian satlantas, mengabarkan bahwa Suami dan Anak ibu mengalami kecelakaan dan sekarang dirawat di Emergency Hospital"

"A-apa pak? Kecelakaan?!"

"Saya sarankan ibuk kesini dengan sopir atau dengan kerabat, selamat siang"

Tut tut

"Pak Yono! Bik Narsih! Ayo sekarang ke rumah sakit, pak Herman sama Zahra kecelakaan"

"Innalillahi, baik Nyonya"

Perjalanan memakan waktu setengah jam untuk sampai di rumah sakit tujuan, mereka memarkirkan mobil dan tergesa-gesa untuk mencari nama pasien untuk menuju kamar rawat.

Terlihat polisi satlantas dan seorang bapak-bapak masih menunggu di depan ruang rawat.

"Selamat sore bapak dan ibu, apakah keluarga dari pasien?"

"Iya Pak benar bagaimana keadaan suami dan anak saya?" Tanya Bunda Zahra sambil bercucuran air mata.

"Tenang ibu, kami juga menunggu hasil Dokter"

Melihat Bunda Zahra yang sudah lemas pak Yono pun menanyakan kronologi kejadian, pak Polisi dan pak aci pun menjelaskan kronologi kejadian yang mereka tahu, dan akan menindaklanjuti kasus ini"

"Bagaimana keadaan suami dan anak saya dok?" Tanya Bunda Zahra setelah Pak Dokter keluar ruangan.

"Begini ibu, suami anda mengalami luka yang cukup serius, beliau sedang mengalami koma untuk beberapa minggu kedepan jika keadaan memburuk bisa sampai berbulan-bulan, semoga saja Allah selalu menolong beliau. Kalau anak ibu dia tidak mengalami luka cukup serius hanya saja sedikit goresan luka di kulit dan..."

"Dan apa dok?" Tanya bi Narsih

"Dan kemungkinan, anak ibu mengalami depresi ketakutan akan hal tertentu"
Bi narsi mengangguk sambil memeluk Bunda Zahra.

"Terimakasih dok" Sahut Pak Yono.

Lillahita'alaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang