Sebenarnya, kita berdua tidak saling mengenal. Tapi, kita adalah dua orang yang saling mengerti satu sama lain. Entah ini bisa disebut saling mengerti atau tidak, tapi hanya aku yang bisa memecahkan teka – tekinya, dan teka – teki buatannya hanya ditujukan untukku. Aku merasa menyesal, karena dia selalu ada satu langkah di depanku. Setiap kali dia membuat rencana, aku pasti gagal. Belum pernah aku mengejarnya sampai sejauh ini. Dia sudah membunuh banyak sekali orang. Sempat dia membuat rasa keadilanku goyah karena ambisinya. Dia ini seorang maniak keadilan, sangat tergila – gila akan keadilan. Dia sudah membunuh banyak sekali orang, terlebih lagi seseorang yang tidak pernah tersentuh hukum. Aku sudah melihat banyak sekali para pejabat – pejabat yang korup, atau para orang kaya yang congkak itu dibunuh olehnya. Awal mula aku mengidentifikasi kasusnya adalah pembunuhan pada seorang artis yang ternyata adalah seorang pedofilia. Kupikir, kasus ini adalah kasus yang sempurna, tidak ada bekas dan jejak pembunuhannya. Tapi jika begitu, bagaimana aku bisa mengetahuinya jika dia pelakunya jika tidak ada bekas dan jejak pembunuhannya? Setiap pembunuhan yang dia lakukan memiliki ciri khas yang hanya aku yang mengetahuinya. Awalnya, hal itu kukira adalah hal yang tidak disengaja, tapi itu terus terjadi ke kejadian – kejadian selanjutnya. Setiap penyidik yang ditugaskan untuk mengusut kasus ini, tidak ada yang peka terhadap tanda – tanda itu. Mulai dari kasus ketiga atau ke empat aku lupa, dia mulai dengan sengaja melakukan hal ini. Tanda – tanda ini lebih mudah diketahui daripada dijelaskan. Ah, pokoknya seperti itu tandanya.
Sudah sekitar dua tahun aku mengejarnya, dan tibalah aku pada hari ini. Di sebuah rumah kuno besar milik seorang yang kaya raya. Bagaimana aku bisa mengetahui jika tujuannya selanjutnya bisa kesini? Karena acara ini adalah acara tahunan yang dihadiri para orang – orang korup, aku yakin salah satu dari mereka, atau bahkan pemilik mansion ini adalah targetnya selanjutnya karena kemarin baru saja dia mengeluarkan kebijakan yang bodoh sekali. Aku cukup takjub dengan orang ini, dia bisa dengan berani menjalankan rencananya padahal seperti yang kalian tau, pejabat seperti ini memiliki back up yang cukup besar. Tapi orang – orang itu cukup bodoh untuk mengetahui kebenaran di balik semua ini, jadi mereka semua mengejar sesuatu yang bahkan mereka sendiri tidak tau apa itu. Aku bisa melihatnya menggunakan gaun berwarna merah tua. Bibirnya yang ia balur dengan lipstick berwarna merah yang tentu senada dengan gaunnya. Ia memegang wine glass dengan tangan kirinya. Rambutnya sepanjang pundak dan berwarna coklat bercampur dengan hitam terlihat cocok dengannya. Aku tidak pernah melihatnya secantik ini. Oh ya, kalian tidak salah, dia adalah seorang wanita, mengejutkan bukan? Dia sedang menyapa orang – orang dengan sikapnya yang ramah, tetapi dengan tatapan setajam serigala. Anggun sekali dia dengan setelan seperti itu. Anindhita Rahma Cahyadi, seorang yang kujuluki sebagai Ratu Kriminal.
Seperti yang sudah kujelaskan tadi, dia juga selalu menyiapkan panggung yang megah untuk setiap kematian para korbannya. Kalian benar, aku adalah seorang penyidik kepolisian. Aku memiliki ambisi tersendiri untuk menangkapnya. Tapi tiap kali aku ingin menangkapnya, ia bisa dengan sangat lihai untuk menyembunyikan bukti dan fakta bahwa ia pelakunya. Jika kamu tidak teliti, kupastikan kamu tidak akan menemukan apa - apa. Saat aku mengawasinya dari tempatku berdiri, kulihat, dia membalas tatapanku. Akhirnya, kedua pasang mata kita saling bertemu untuk pertama kalinya. Aku yakin, dia pasti tahu jika aku mengawasinya sedari tadi. Dia juga bukan orang sembarangan, dia pasti juga tahu jika akulah orang yang selama ini mengejarnya. Sambil terus saling bertatapan, aku menghampirinya. Ia masih terus memegangi wine glass itu sambil terus berbasa - basi dengan orang lain, dan sesekali ia kembali menatapku lalu ia sedikit menyingkir dari orang - orang itu. Setelah beberapa langkah, akhirnya aku bisa menjangkaunya untuk pertama kalinya juga.
"Kau tau, ini pesta yang menyenangkan bukan?" aku memulai pembicaraanku.
"Indeed, sir. Ini adalah pesta yang menyenangkan." dia membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Collection
FanfictionCuma oneshot gabut doang. Kalo ada kaya inspirasi, langsung dituangin kesini. Entah Fanfiction, atau sekedar cerita yang sekelebat lewat di otak. Enjoy!