Just don't tell Grace about this

647 9 6
                                    

Denting jam terdengar sangat jelas, rintik air hujan yang mengenai genting juga meramaikan suasana pada malam itu. Riuh suara tapal kuda juga tidak mau kalah, mereka berlomba – lomba untuk menjadi siapa yang paling terdengar di telingaku malam itu. Kukira jika hujan sederas ini, orang – orang tidak akan melakukan kegiatan bepergian. Bukankah, kuda mereka perlu istirahat? Memang aneh kebiasaanku ini, membagi – bagi suara untuk kudengarkan secara fokus salah satunya. Kuhela nafas panjang, dan mulai ku tatap langit – langit kamar, dan merenung.

"Why is she so gorgeous?" batinku.

Aku harus mulai menyusun kata – kata untuk kasus yang sudah temanku ceritakan, agar bisa menjadi narasi yang menarik agar bisa membayar biaya hidupku. Untuk apa aku menulis? Itu adalah pekerjaanku, aku adalah seorang penulis. Awalnya, aku tidak cukup terkenal, hingga orang itu datang. Seorang yang mengagumi tulisanku, bahkan menyuruhku untuk membantunya. Uniknya, orang itu bukanlah seorang penulis yang lebih profesional, melainkan ia adalah seorang kepala kepolisian di Kotaku. Pangkatnya cukup tinggi, dan dia memiliki banyak pengaruh di sini. Bahkan, aku bisa mendapatkan berbagai hal yang tidak bisa didapatkan orang biasa, seperti memiliki Revolver. Benda itu cukup mahal buatku, karena aku membayar apartemenku saja kesulitan, untuk apa aku membeli sebuah pistol?

Oh ya, aku lupa cerita, namaku Joseph J. Fiddlethorne, seorang penulis. Aku tinggal di pusat kota, King's Pitt namanya. Tempat yang ramai, tempat orang – orang mengadu nasib, dan dengan kesenjangan sosial yang tinggi. Terkadang aku mendapatkan ide saat menyelesaikan kasus bersama temanku polisi itu. Disamping menulis, aku adalah seorang konsultan. Kenapa bisa begitu? Akan kuceritakan sedikit tentang bagaimana aku bisa menjadi "detektif konsultan" seperti sekarang ini.

Pertama kali aku menulis, aku menulis cerita pembunuhan seorang artis oleh temannya sendiri. Setelah itu, secara aku mengirim tulisanku pada koran harian lokal di kotaku. Ada seorang yang tertarik dengan tulisanku, dan langsung mendatangi rumahku. Memang, awalnya orang membeli koran itu karena ada ceritaku, tapi semenjak datangnya polisi ini, orang – orang jadi lebih ingin membeli koran itu demi bisa membaca tulisanku.

Hari itu hujan sangat deras. Aku duduk bersama induk semangku di ruang tamu depan. Terdapat satu teko teh, tiga buah cangkir, dan sepiring biskuit coklat di atas meja. Bukan makanan favoritku, tapi kau harus tahu, biskuit buatan Induk semangku adalah yang terbaik di King's Pitt. Sedikit cerita, seorang bupati saja sampai mau repot - repot datang kemari hanya karena ingin memakannya lagi setelah sekian lama tidak memakannya karena hadiah yang diberikan induk semangku ke bupati itu pada saat acara ulang tahun kota. Kami berdua duduk dan meminum teh, dan bercerita tentang bagaimana hari – hari kita jalani selama ini. Dia bercerita tentang usaha restorannya yang sekarang sudah mulai berkembang, bagus kataku. Induk semangku sudah cukup tua, tapi sangat semangat saat menjalani bisnis. Aku juga cerita kalau tulisanku berhasil di muat di koran dan mendapatkan sedikit uang untuk persediaan. Saat yang kubenci tiba, induk semangku menagih uang bayar sewa apartemen karena mendengar ceritaku itu. Tidak bisa mengelak, akhirnya kubayarkan saja. Dia adalah orang baik, toh untuk makan aku bisa menumpang di sini.

Tak lama, kudengar suara kereta kuda dari kejauhan. Makin lama makin mendekat, dan berhenti di depan rumah kami. Aku mendengarkan dengan seksama, suara langkah kaki dengan sepatu boot kulit yang keras. Kupikir itu bukan tamuku, aku tidak mengenali siapapun di Kota ini, karena aku orang baru. Orang itu mengetuk pintu, dan aku izin untuk membukakan pintu pada induk semangku.

"Selamat sore!"

"Sore?" jawabku sedikit ragu.

"Apakah benar ini rumah Joseph J. Fiddlethorne?" tanyanya.

"Lebih tepatnya, aku hanya tinggal disini. Ini adalah rumah milik Mrs. Duncan. Aku hanya menyewa di sini. Ada perlu apa denganku? Mari, kubantu melepaskan mantelmu, dan taruh topimu di samping pintu. Duduk dulu, diluar hujan, kau pasti kedinginan."

One Shot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang