[Cukup banyak narasi daripada biasanya, semoga tetap bisa enjoy ya.]
Just when you think it can't get any worse, it can. And just when you think it can't get any better, it can.
- Nicholas Sparks
❁❁❁
Devian
Dang, today is a bad day.
Minggu lalu, gue ajak Delyn untuk datang ke rumah Andaru karena jadwal terakhir monitoring keluarganya adalah besok. Reynan bilang, orang tua Andaru udah memenuhi semua syarat sehingga Metta Karuna akan sepunuhnya menyerahkan hak asuh Andaru pada keluarga barunya. Jadi Reynan bilang gak apa kalau gue aja yang datang bersama Delyn.
Karena kita enggak mau datang dengan tangan kosong, Delyn mengajak gue ke Toys Kingdom di di Kokas soalnya itu mall yang paling dekat dari kantor kita berdua. Karena kita juga sama-sama bawa kendaraan, jadi Delyn bilang gak apa, gue enggak perlu jemput dia dan langsung ketemuan aja di sana.
Cuma, kayaknya emang hari ini lagi bukan hari gue aja.
Berawal dari pagi tadi pas gue mau berangkat ke kantor. Gue baru sadar kalau ban belakang motor gue kempas and turns out ban gue bocor total karena banyak steples gede tertusuk di ban motor gue. Enggak cuma satu, ada enam biji sampai-sampai tukang tambal ban ogah menambal ban gue karena bannya enggak bisa ditambal lagi dan harus ganti.
Karena gak mungkin gue ganti ban di pagi itu juga, gue berakhir memakai motor scoopy pink kesayangan Mama. Enggak, gak ada yang salah dengan scoopy pink ini. Gue juga oke-oke aja dengan motor pink ini. Sampai gue balik kantor buat jalan ke Kokas pun gak ada yang masalah.
Semua masih baik-baik aja sebelum gue akhirnya mengecek hp setelah selesai mengisi bensin. Pesan teratas Delyn jelas-jelas membuat gue langsung meneleponnya.
"Lima belas menit baru bisa sampe sana. Nanti lo kelamaan nunggu sendirian di halte itu. Gue suruh orang bengkel aja ya ke sana? Biar lo enggak nunggu lama. Anginnya lumayan kenceng Lyn, kayaknya mau ujan. Jadi gue suruh orang bengkel aja ya sekarang ke sana?"
"Devian," suaranya terdengar tenang di situasi kayak gini, "i am okay."
Benar-benar tenang seakan hujan yang akan datang bukan lagi hal menakutkan yang menggentayanginya. Dan gue harap memang itu yang benar-benar Delyn rasakan sekarang.
"Lima belas menit gak lama kok, take your time. Jangan ngebut ya supaya bisa sampe sini lebih cepet. Safety comes first, okay?"
Entah gue harus bernapas lega atau malah menambah kekhawatiran gue yang udah ada ini. Sehingga gue cuma bisa mengatakan hal ini pada Delyn, "Tunggu gue, ya? Kalau ada apa-apa langsung telepon gue, ya."
"Aye, Captain!" Dan gue yang udah panik ini malah masih mendapatkan suara tawanya sebelum akhirnya gue menutup telepon.
Situasi ini membuat gue ingin melajukan motor lebih, tapi suara Delyn yang mengatakan keselamatan adalah yang utama membuat gue berusaha mengendalikan laju motor di batas wajar. Perjalanan gue lancar-lancar aja menuju lokasi mobil Delyn mogok. Gak ada yang salah────
BRAKKKK.
Nah ini, dari sini salahnya.
Gak ada gue yang pasang sign ke kanan, tapi malah tikung ke kiri, atau pun gue yang mengendari motor dengan lambat di tengah ruas jalan. Enggak ada yang aneh sampai akhirnya motor kesayangan Mama ini terpental bersama diri gue yang berada di atasnya sejauh dua belas meter dari posisi awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playlist: Gemercik
Ficción GeneralSebab dari bunyi air hujan yang jatuh melukiskan sebuah kisah yang baru. [Playlist ; Collaboration project 2.0] ©Written by Pitachynt January 4th, 2021