Tok tok tok
"Hmmm,"
Daun pintu bergerak terbuka dan sosok perempuan berumur pertengahan lima puluh muncul. Di tangannya ada tumpukan pakaian bersih yang baru saja dilipat. Sambil memerhatikan putranya, dia berjalan menuju lemari.
"Gimana janjimu?"
"Janji apa?" tanyanya tak mengerti
"Hmm, pura-pura lupa," kata sang ibu seraya menyusun pakaian di dalam lemari.
Dia mengangkat wajah dari ponselnya. "Janji apa, Ma?" dia serius. "Bawa Kukis ke dokter hewan?"
"Bukan itu. Kamu gimana sih?"
"Jadi, yang mana?"
"Ketemu anak teman Mama."
"Oooh," katanya dengan senyum lebar. "Nantilah,"
"Kamu kan," ibunya merajuk. "Janjinya minggu lalu, tapi kamu malah lembur. Bulan lalu, ada FGD luar kota. Banyak kali alasanmu, Zahn."
Lelaki itu berdecak seraya menarik tubuhnya untuk bersandar pada headboard.
"Nikahlah, Zahn. Biar Mama tenang."
"Loh, apa hubungannya?"
"Adekmu anaknya udah mau dua, kamu belum nikah. Mama jadi cemas. Kamu-"
"Ma, aku normal." dia tertawa. "Santai aja,"
"Nggak bisa!" sergah mamanya. "Mama nggak bisa santai. Zahn, di kompleks kita, rata-rata udah nikah semua anak mudanya."
"Ck, Ma, Zahn ini cowok, Mama nggak usah panik."
"Terus kalau kamu cowok, kenapa? Mama juga mau kamu segera nikah, Zahn,"
"Iya, Ma. Iya." ujarnya.
"Kamu kan ganteng, masa nggak ada yang bisa kamu deketin. Zahn, serius dong, nanti lagi mainnya."
Zahn menarik napas. "Nanti ya, Ma. Aku ada blind date akhir pekan ini. Kalau blind dateku gagal, aku mau deh ketemu sama anak temen Mama itu,"
"Ah, kamu janjinya manis di awal. Nanti pura-pura lupa. Hah? Kapan Zahn bilang gitu? Kapan Zahn janji?"
Zahn tertawa mendengar mamanya menirukan alibi-alibi yang kerap dilontarkannya. Dia menepuk punggung tangan wanita itu dan senyum mengembang.
"Tuh, masa dengan senyum ganteng gini, nggak ada satu cewekpun yang mau sama kamu!" mamanya kembali sebal.
"Ya, mereka aja nggak beruntung dapatin aku," kata Zahn. "Ma, aku janji ikutin mau Mama kalau blind dateku gagal. Oke? Janji nggak pake alesan apa-apa lagi. Tapi, kalau ntar kencan butanya berhasil, Mama berhenti ngajak aku ketemu anak teman Mama itu!"
"Ah, nanti kamu bayar kencan buta kamu itu,"
"Lah, ya ampun Bu Lidya, makanya jangan nonton sinetron melulu."
"Mama tahu dari adekmu. Akal-akalan kamu kan selalu kebaca sama dia."
Astaga, Rea!
"Coba, mana teman kencan buta kamu? Mana janjian mau kencan akhir pekan besok? Mama mau lihat chatnya,"
Mampus!
"Ada. Tenang aja,"
Zahn menggaruk tengkuk. Nampaknya, dia tidak bisa berkelit lagi kali ini.
Mamanya kemudian berdiri. "Kalau kamu ingkar janji, Mama nggak mau ngomong sama kamu."
"Ih, jahat." goda Zahn.
Tawa Zahn mengiringi mamanya keluar dari kamar. Setelah pintu tertutup, lelaki 32 tahun itu kemudian menutup permainan dan membuka aplikasi kencan.
"Siapa ini yang mau diajakin kencan?"
Dia terus menggeser foto-foto yang lewat di layarnya.
"Aduuh, gawat."
=====
=====
timeline
January 6, 2024 -
=====
"and you become like coffee;
in the deliciousness
in the bitterness
in the addiction"(Mahmoud Darwish)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wasted Time Pretending
RomanceSaat ada banyak cerita romansa dimana tokohnya terlibat dalam kisah cinta pura-pura atau drama rumah tangga kontrak, Zahn tak menyangka dia akan jadi salah satu aktornya. Bersama perempuan yang dianggap Mamanya pilihan tepat. Apa yang akan dia tawa...