3. buang-buang waktu

751 132 8
                                    

Forever Moment, tempat Citra bekerja, seharian ini penuh dengan dengan klien. Perusahaan party supplier merangkap organizer yang kini sedang naik daun itu menjadi tujuan bagi para calon empunya hajat untuk menggunakan jasa mereka. Apalagi, memasuki awal tahun dengan promo yang diberikan. Citra, tidak tahu dia harus bersyukur atau tidak. Karena, dengan derasnya klien yang datang, maka makin padat juga jadwal pekerjaan mereka. Mulai dari perayaan pernikahan, ulang tahun, acara tradisi keluarga, perayaan perusahaan besar maupun kecil.

"Cit, Mbak Alya bisa kamu gantiin sore ini nggak? Dia nggak bisa. Anaknya demam tinggi."

"Jam berapa, Gis?"

"Jam lima,"

"Kok-"

"Ya, mereka bisanya jam segitu. Sama Mbak Alya udah fixed hari ini." Gista menjelaskan.

"Aku ada janji jam lima."

Ya, janji temu dengan teman kencan dari aplikasi itu juga sudah fixed untuk sore ini. Please, Citra tak bisa membatalkannya begitu saja.

"Gitu, ya?" Gista kemudian memeriksa jadwal di tabnya.

Shit!

"Kamu nggak bisa?" tanya Citra.

"Aku ada jadwal ngecek venue."

"Ih, ngecek venue kan ntar malem. Bisa dong meeting jam lima."

"Nggak bisa. Kalau kamu juga nggak bisa, ya udah." Gista tersenyum tipis. "Aku mau ngabarin Mbak Alya."

"Meetingnya mau ngebahas apa?"

"Kalo dari catatan Mbak Alya sih ini close deal."

"Close deal beneran?"

Kalau cuma close deal, nggak akan lama kayaknya.

"Harus di kantor, ya?"

Gista menghadap Citra seraya mengerutkan kening.

"Ya, siapa tahu bisa di luar?" Citra mengedikkan bahu.

"Nih kontaknya. Kalau bisa di luar, ya nggak masalah. Jadi, kamu yang close nih?"

"Aku telpon dulu, kalau nggak bisa ketemu di luar, aku nggak bisa juga. Udah ada janji."

Gista mempersilakan Citra untuk menghubungi calon klien mereka. Samar-samar, bisa dia dengar bahwa Citra berhasil mengajak bertemu di luar.

"Bisa?" tanya Gista.

Citra mendengus.

"Makasih Nciit. Semoga janjian kamu jam lima dimudahkan,"

"Gini aja, baik-baikin aku!" dengusnya.

==

Tenang, tenang, tenang.

Citra memantrai dirinya sendiri, meski tahu itu tak mudah. Dia sudah sprint menuju pintu masuk dari tempat parkir dan detak jantungnya belum normal seperti biasa. Ngos-ngosan luar biasa. Dia mendorong pintu kafe dan tersenyum pada pelayan yang menyambutnya. Matanya cepat memindai ruangan. Harusnya, tak sulit menemukan pria berkemeja putih.

"Bisa dibantu, Mbak?"

"Saya mau ketemu teman," jawab Citra sambil berterima kasih.

Sepertinya itu dia. Duduk menekuri ponsel di tangannya. Citra membuang napas sekali lalu menelan ludah.

Jika dia memang jodoh, mudahkan Tuhan. Kalau bukan, semoga tetap bisa jadi jodoh.

Dia berdeham pelan saat berada di dekat meja pria berkemeja putih itu. Keduanya bertatapan.

Our Wasted Time PretendingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang