hoks hoks bestie👹🤟🏾 votmen dan ikutin terus cerita ini
—————
"Mas kerja?"
"Iya, ada meeting hari ini, yang."
"Yaudah mandi gih."
Lihatlah pasangan kekasih itu sudah seperti pasangan suami-istri saja. Si perempuan menyuruh si laki-laki untuk mandi sedangkan dirinya membereskan tempat tidur. Keromantisan dalam hubungan yang kurang tepat. Tetapi bukan urusan kita.
"Yang, baju mas udah siap?" teriak Bima dari dalam kamar mandi. Sudah tidak ada suara gemericik air mungkin laki-laki itu sudah selesai mandi.
Kebiasaan Bima, selalu saja setiap akan keluar dari kamar mandi selalu bertanya soal pakaiannya sudah siap atau belum. Shellena mulai terbiasa dengan hal itu.
"Udah mas." jawab gadis itu.
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Bima hanya mengenakan handuk putih sebagai penutup pangkal paha sampai lututnya. Perut kotak-kotaknya terekspos sempurna. Masih ada sisa-sisa tetesan air yang mengalir di tubuh laki-laki itu menambah kesan seksi. Belum lagi rambut-rambut yang tumbuh di dada dan dagunya. Beuh so sexy.
"Mas baru inget deh, yang." ucap Bima sambil memakai celana panjangnya.
"Inget apa mas sayang?"
"Wangi yang semalem itu dari kaos mas. Dua hari lalu kaos mas yang itu dipinjem temen, trus pas dibalikin wanginya gitu. Mas inget dia pernah bilang kalo istrinya tuh suka banget pake pewangi yang aromanya cewe, jadi ya gitu semua baju temen mas wangi parfum cewe." jelas Bima panjang lebar.
"Kamu ga perlu cemburu lagi, yang. Kan mas ga boong kalo ga peluk-peluk cewe lain." lanjut laki-laki itu.
"Idih, siapa yang cemburu coba? Mas pede banget sih." sangkal Shellena. Bima tertawa kecil mendengar sangkalan pacarnya itu.
Ia mendekati gadis itu dan memeluknya dari belakang. Ditaruhlah dagunya di bahu Shellena. "Masa sih ga cemburu?" Cup. Bima mengecup lama pipi kekasihnya itu.
"Mas tuh pede banget sih. Ngapain juga aku cemburu wleee." Bima hanya mengulum bibirnya. Lain ucapan kekasihnya semalam lain pula ucapan gadis itu sekarang. Padahal semalam terlihat jelas kalau Shellena cemburu.
"Oke, kamu ga cemburu ya."
"Huum."
"Kalo mas peluk cewe lain gimana?"
"Kan udah biasa itu peluk-peluk mba Alin." jawab Shellena mengerucutkan bibirnya. Ada sedikit kecemburuan jika mengingat Bima berpelukan mesra dengan Alin, tetapi sekali lagi di sini posisi dirinyalah yang salah.
"Yang lain, sayangku. Sekretaris mas misalnya."
"Yaudah peluk aja." jawab Shellena tak sesuai harapan Bima. Laki-laki itu akan protes tetapi terhenti karena kalimat lanjutan gadis itu. "Aku peluk supir mas."
Bima melotot kesal. "Berani ya? Mas cium nih." Ia memajukan bibirnya hingga menyentuh wajah Shellena. Mendaratkan banyak kecupan di wajah cantik gadis itu.
"Geliiiii." Shellena menggeleng-gelengkan kepalanya menghindari kecupan Bima yang seolah tidak mau berhenti. Laki-laki itu justru membalik tubuhnya hingga mereka saling menghadap. Tangan besar Bima melingkar erat di pinggang Shellena.
Keduanya saling menatap. Dengan senyum mengembang di wajah pasangan kekasih itu.
Tangan Shellena menangkup wajah laki-laki di depannya. Memberikan kecupan singkat di bibir Bima. Kontan mata manusia jantan di depannya itu membulat.
"Did you just kiss my lips?" tanya Bima tak percaya. Dengan santainya Shellena mengangguk.Did you just kiss my lips?
"Oh my God!! I can't believe it."
"Lebay deh mas." Gadis itu melepaskan rengkuhan tangan kekasihnya itu dari pinggangnya. Ia mengambil sisir dan kembali ke hadapan Bima.
Disisirnya rambut tebal Bima yang berantakan. Kemudian membantu merapikan dasi laki-laki itu. Sudah seperti istri Bima saja.
"Udah yuk keluar." ajak Shellena sambil menenteng tas miliknya. Bima mengangguk, menarik tangan Shellena agar nyantol di lengannya.
Bima mengembalikan kunci kamar terlebih dahulu sebelum menuju parkiran. Shellena sudah menunggu di dalam mobil sebab laki-laki posesif itu yang menyuruhnya.
"Pulang kan?" tanya Bima saat pantatnya baru mendarat di kursi pengemudi. Shellena mengangguk mengiyakan pertanyaan kekasihnya itu.
"Mau makan dulu ga, yang?"
"Aku makan di rumah aja. Nanti mas keburu telat kalo kita makan dulu."
"Gapapa telat kan mas yang punya kantornya. Bos kan bebas telat, yang." ucap Bima berbangga diri. Alis laki-laki itu naik-turun menunjukkan kesombongannya.
"Heleh sombong banget om. Udah ah jalanin mobilnya sebelum jalanan rame nanti malah macet." Shellena setengah memerintah laki-laki yang jauh lebih tua darinya itu. Kurang ajar memang tetapi Bima tetap menjalankan mobilnya.
Jalanan masih sangat sepi. Belum seramai saat jam-jam berangkat sekolah atau berangkat kerja sebab saat ini masih pukul setengah enam pagi. Belum terlalu ramai kendaraan berlalu.
"Tangan kamu sini, mau mas genggam." Shellena mengulurkan tangannya, diterima dengan senang hati oleh Bima. Laki-laki itu langsung menggenggamnya erat dengan sesekali mencium punggung tangan gadis itu.
"Kamu wangi banget sih, yang."
"Iya dong. Aku kan selalu mandi. Emangnya mas, ga pernah mandi tapi cuddle nomer satu." sindir Shellena dengan wajah yang ia buat sinis. Bima terkekeh kecil melihat ekspresi kekasihnya yang super duper lucu dan menggemaskan itu.
Bima mencubit gemas pipi gadis di sebelahnya itu. "Lucu banget sih kamu, yang."
Shellena hanya mencebikan bibirnya kesal. Pipinya terasa melar setelah dicubit Bima. Untung saja laki-laki itu berhenti melakukannya karena harus terus melajukan mobil.
Mobil mewah milik Bima berhenti di depan halaman sebuah rumah minimalis yang sederhana. Tetapi terlihat asri karena banyak tanaman dan bunga-bungaan yang menghiasinya.
"Aku turun ya mas, mas hati-hati nyetirnya. Jangan ngebut pokoknya. Terus nanti di kantor hati-hati juga. Jangan genit-genit!" Shellena menekankan kalimat terakhirnya. Ditambah dengan pelototan dan berkacak pinggang berusaha membuat ekspresi galak.
"Iya iya sayang. Mas kan cintanya sama kamu, jadi ga akan genit sama cewe lain lah."
"Huum bagus. Mas udah tua jangan kebanyakan genit sama cewe nanti ga ada yang mau sama mas."
"Iya bawel. Kamu kan masih mau sama mas. Buktinya ini masih pegang-pegang tangan mas." Bima menunjuk tangan Shellena yang menggenggam tangannya erat.
"Ih, ini tuh mau salim. Kan aku anak baik." ucap Shellena sambil mengecup punggung tangan Bima. Kemudian mencium cepat pipi laki-laki itu.
"Bye bye, mas." Shellena melambaikan tangannya akan keluar dari mobil Bima. Tetapi laki-laki itu menahannya, dan justru mengecup seluruh wajah gadis itu.
"Takut kalo kamu kangen mas jadi harus ada stok cium."
Shellena memutar bola matanya malas. Ada-ada saja modus Bima ini. Gadis itu tetap turun dari mobil dan melambaikan tangan beberapa kali sampai mobil kekasihnya itu hilang dari pandangannya.
Ia berjalan menuju rumahnya dan langsung masuk ke dalam rumah sederhana itu. Fyi, ia hanya tinggal sendiri. Orang tuanya sudah tiada dan mewariskan rumah ini hanya kepada Shellena sebab gadis itu adalah anak tunggal.
—————
masih part 3, sabar😢
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY SUGAR DADDY [END | SUDAH TERBIT]
Romance🚫 IF YOU'RE CHEATIN' PHOBIC JUST GET OUT OF MY STORY 🚫 ⚠️⚠️ *I know you all like this symbol😋 Bukan salah Shellena jika ia jatuh cinta dengan seorang pria yang lebih tua lima belas tahun darinya. Bukan salah Bima juga jika ia menyukai gadis yang...