Prolog

24 5 2
                                    

Yura menatap sesosok cowok berambut gelap dihadapannya yang lagi sibuk main PS. Mata cowok itu kelihatan awas, memperhatikan gerak-gerik lawannya. Bibirnya sesekali mengumpat tiap kali bola yang digiringnya direbut lawan atau tiap kali dia menendang tapi engga gol.
Cewek itu senyum sekilas.
Ini hari Minggu, dan Joshua seperti biasa menghabiskan waktunya dilantai dua rumah keluarga Yura, memainkan PS, satu hal yang sebenarnya bisa ia lakukan dirumahnya sendiri, tapi cowok itu lebih memilih mengacak-acak lemari kaset PS punya Arnesh--kakak Yura yang dua tahun lebih tua dibandingkan dirinya--juga menghabiskan persediaan camilan dilemari dapur Yura. Tapi, fenomena itu sudah jadi sesuatu yang biasa buat Yura. Dari kecil, dari bayi malahan, kelakuan mereka berdua memang sudah begitu adanya. Lalu, seiring tahun berganti, hal-hal itu berubah jadi rutinitas. Sampai mereka sebesar ini, Joshua masih muncul didepan pintu rumah Yura, entah itu buat mengganggu cewek fangirl itu atau buat mengacak-acak rumah kayak sekarang ini.
Meski kesal karena harus membereskan selusin kaset PS yang berserakan, Yura engga mau kalau rutinitas ini hilang begitu saja cuma karena ada satu atau dua orang yang datang ke kehidupan masing-masing, lalu menyebabkan mereka pisah begitu saja.

"Woi, ngeliatinnya gitu amat sih? Gue tau gue ganteng, tapi engga gitu juga kali Ra."
"Yee najis. Geer banget."
Joshua tertawa. Lalu cowok itu beringsut mendekat dan merebahkan kepalanya dipaha Yura.
"Ra."
"Hm."
"Pernah kepikiran ga sih, gimana kalo kita pacaran?"

Bukannya menjawab, Yura malah memukul kepala Joshua dengan ponselnya.
"Aduhh sakit Ra."
"Ye, abis lo abstrud banget tau ga sih? Ngapain lo nanya kayak gitu? Kita kan sahabat ege."
"Jawab aja sih."
"Ga kebayang,"ujar Yura "Geli iya." sambungnya lagi.
"Kok geli sih? Masa ga mau pacaran sama cogan kayak gue gini?"goda Joshua selaras dengan naik turunnya alis pemuda itu.
"Ra."panggil Joshua lagi.
"Hm."
"Kalo gue tiba-tiba suka lo gimana? Diterima ga?"
"Hah?"Yura nyaris melempar gelasnya. "Lo kesurupan apa sih Jo?"dia sama sekali engga pengen menganggap bahwa omongan Joshua itu serius, tapi sesuatu dalam nada bicara cowok itu membuat Yura deg-degan sendiri.
Joshua terkekeh dengan cara yang menyebalkan.
"Udah panik deluan ya Yur?"
"Yeeee,"Yura meninju bahu Joshua pelan.
"Lagian lo tuh sahabat gue. Dari dulu. Bakal aneh banget kalo kita sayang-sayangan," kata Yura seraya memainkan rambut Joshua yang ada di hadapannya.
"Lo sahabat gue kan Jo?"tanya Yura lagi, memastikan.
"Bukan, gue majikan lo."
"Serius Jo."
"Ya, iyalah, jadi selama ini lo anggap gue apa? Abang-abang batagor?"
"Janji ya, kita selamanya kayak gini. Meskipun lo udah punya istri, udah aki-aki sekalipun."
Joshua cuma tertawa, menutupi apa yang ada diotaknya. Joshua ga mau janji mereka sahabatan selamanya.

Engga mau janji bahwa persahabatan mereka engga akan berubah. Karena kalau boleh jujur, Joshua suka sama Yura.

Joshua mau Yura. Joshua mau sesuatu yang lebih dari sekedar persahabatan.

DisanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang