Getting Closer

4 1 4
                                    

"Woi Jo." Gilang menepuk bahunya.

"Wei."

"Nathan ama si Yura?" tanyanya to-the-point. Gilang emang engga begitu suka basa-basi.

"Au, tanya aja sendiri sama orangnya. Emang kenapa?" tanyanya.

Gilang menatap Joshua dengan pandangan terluka, lantas menaruh tangan didada, seolah baru saja tersakiti. "Joshua, yang kamu lakukan ke saya itu jahat!" katanya.

"Apa sih nyet?"

"Lo ngizinin Yura sama Nathan kan?"

Joshua engga menjawab. Sejujurnya, dia engga tau harus merespon apa begitu mendengar berita kalau Yura dekat sama Nathan. Dia engga bisa dibilang merestui, tapi engga bisa juga dibilang ngelarang. Ya gitulah, bingung.
Tapi kali ini Gilang engga peduli sama diamnya cowok itu.

"Tau gitu, mending gue pepet aja dari dulu," ujar Gilang, disambut tawa Joshua yang melenggar ke seisi ruang kelas.

"Aelah Lang," katanya. "Yura juga engga bakal mau sama lo."

"Uasem."

Dan sejujurnya lagi, Joshua engga tau kenapa dari sekian banyak cowok, Yura harus milih Nathan.

.
.
.
.
.

"Dek! Adek!" pekikkan mama dari luar pintu membuat Yura terpaksa melepas earphone-nya. Yura beranjak ke pintu dan membukanya, nelihat figur wanita berumur 40-an yang masih lumayan cantik.

"Apa sih ma?"

"Itu didepan ada yang ganteng. Nyariin siapa? Pacar yah? Kok engga cerita-cerita sih?" mama penasaran.

"Hah? Siapa?"

"Lihat lah, mama mana tau." Wanita itu masuk ke kamar Yura, lalu mengintip melalui jendelanya. "Mama suruh masuk engga mau, katanya disitu aja."

Begitu melihat siapa yang ada dibawah, Yura nyaris keselek angin. Nathan ada dibawah, duduk diatas kap mobil Jeep-nya dengan tangan dimasukan ke saku celana. Engga lama, cowok itu mendongkak dan dadah-dadah ke Yura sambil tersenyum.

"Anjir, anjir, anjir." Yura langsung panik.

Emang sih, belakangan ini dia sama Nathan lagi deket. Tapi selama itu, Yura belum pernah mengenalkan Nathan ke mamanya. Selain karena Nathan baru sekali ini ke rumah Yura, Yura juga engga mau jadi bahan ceng-cengan seisi rumah waktu makan malam.

"Siapa dek?"

"Ehmm... Itu..."

"Pacar baru ya?" mama kelihatan excited. "Kenalin kek, ih, kamu mah."

"Siapa juga yang pacaran? Itu Nathan, temen."

"Oh, temen?" mama menarik-turunkan alisnya. "Temen apa temen?"

"Apa sih ma. Udah ah, Yura mau turun aja." Yura setengah berlari ke teras rumahnya, menghampiri Nathan yang masih setia menunggunya.

"Hai," sapa cowok itu ketika melihat Yura.

"Hai, kenapa?"

"Engga apa-apa sih. Gue cuma mau ketemu lo, emang ga boleh ya?"

"Yaa, bukan gitu sih..." Yura terdiam sesaat. "Kenapa engga bilang kalau mau dateng?"

"Biar surprise lah." Nathan tersenyum. "Ah iya, gue bawa ini." Dia mengeluarkan dua buket bunga berwarna putih dan ungu, lalu menyodorkannya kepada Yura.

"Ni apaan?"

"Ya bunga lah, deuh cantik-cantik tolol ya."

"Bukan bego, maksud gue buat apaan? Gue kan engga lagi ulang tahun."

DisanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang