Shikamaru dikenal dengan si ahli membuat strategi. Ia jenius yang mampu memprediksi pergerakan lawan dalam sekejap observasi dan mampu membuat perencanaan matang dalam pertarungan.
Tak hanya soal pertarungan, misi dan peperangan, Shikamaru juga ahli membuat perencanaan soal kehidupan.
Dalam hidupnya Shikamaru selalu memiliki rencana masa depan. Ia akan menjadi shinobi, menikah, memiliki anak, bekerja di posisi yang jauh dari bahaya tapi tetap berguna bagi desa, kemudian pensiun dan menghabiskan banyak waktu bersama keluarga.
Terlihat malas begitu, Shikamaru selalu memikirkan rencana masa depannya itu. Apalagi setelah perang usai dan dunia ninja mulai pulih. Shikamaru mulai memikirkan untuk mempercepat rencananya. Meski hidup melajang seperti Kakashi juga terlihat menyenangkan, tapi memiliki orang terkasih seperti guru dan ayahnya terlihat penuh kehangatan.
Mungkin orang tidak akan percaya, tapi demi rencana masa depannya itu Shikamaru sering berpikir mengenai calon istrinya kelak. Sejak dulu, Shikamaru memprediksi bahwa kemungkinan yang akan menjadi istrinya adalah Ino, satu-satunya sahabat wanita yang dekat dengannya, atau mungkin Temari dari Suna yang sejak melawannya di ujian chunin mereka menjadi sedikit akrab. Atau jika bukan dua wanita itu, kemungkinan dengan wanita biasa yang dijodohkan oleh ibunya.
Dari semua kemungkinan-kemungkinan yang selalu ia pikirkan sejak lama. Shikamaru tidak pernah menyangka jika dia justru mengajak berkencan Hyuuga Hinata. Si hime dari klan Hyuuga yang di kenal orang menyukai Naruto Uzumaki, si jinchuriki kyuubi –sahabatnya.
Shikamaru sepertinya sudah gila.
Tapi tak masalah kan? Toh Hinata dan Naruto juga bukan sepasang kekasih, dirinya juga masih menjomblo begini. Jikapun Hinata menolak, dia juga tidak rugi. Ah, sedikit rugi sih pasti, hanya bukan masalah besar yang dapat menghancurkan rencana masa depannya.
Hinata berkedip, menatap mata coklat Shikamaru dengan bingung. "Kenapa aku harus berkencan dengan Shikamaru-kun?"
"Kau bilang sedang bingung dengan perasaanmu."
Hinata mengangguk seperti anak TK yang sedang diberi pengetahuan baru.
"Kebingunganmu itu karena selama ini hanya ada Naruto di kepalamu, kau tidak pernah memikirkan pria lain. Kau tidak memiliki pembanding."
"Jadi, cobalah dekat dengan pria lain dan bandingkan bagaimana perasaanmu saat dengan Naruto dan dengan lelaki lain yang memiliki status spesial denganmu."
"Apa tidak masalah untuk mu, Shika-kun?"
Shikamaru mengedikkan bahu.
"Tidak harus denganku, kau bisa berkencan dengan Kiba atau Shino."
Hinata menggeleng. "Tidak bisa. Perasaanku pada Kiba-kun dan Shino-kun sudah jelas. Itu tidak akan berhasil."
Shikamaru mengerti. Perasaan Hinata pada teman satu timnya itu, pasti sama seperti yang dia rasakan pada Choji dan Ino. Makanya, meski Ino ada dalam kandidatnya, Shikamaru tak pernah berharap jika Ino menjadi istrinya. Bukankah aneh jika dia menikah dengan teman satu tim yang sudah seperti adik sendiri?
Angin malam berhembus lembut menerbangkan helaian anak-anak rambut Hinata. Hinata yang tengah menunduk sambil berpikir mendadak terlihat begitu cantik dimata pemuda Nara yang sedari tadi memperhatikan struktur wajah samping kanan gadis itu yang sempurna.
Ah, sepertinya ruginya akan jadi bertambah jika Hinata menolak idenya tadi.
"Ayo berkencan, Shika-kun."
Tapi, Hinata yang menerima idenya dan mengajaknya berkencan dengan tekad di mata bulatnya, juga jauh dari yang diperkirakan Shikamaru.
Berkencan dengan Hyuuga Hinata akan jadi kenyataan? Dia akan melakukan sesuatu yang tak pernah ada dalam prediksinya?
Bahkan Shikamaru yang jenius mendadak tertegun. Dia sendiri yang memberikan ide begitu, tapi dia pula yang kaget sendiri.
Shikamaru berdehem, menutup mulutnya dengan buku-buku jari tangan kanan untuk menutupi seringai di wajahnya.
Sekarang, Shikamaru jadi seperti pria licik yang berhasil menipu gadis polos yang tengah kebingungan.
"Jika kemudian aku sudah tahu perasaanku. Maka kita berpisah ya, Shika-kun?"
Hinata tak sepenuhnya polos, dia paham peraturannya tanpa perlu Shikamaru jelaskan.
Shikamaru mengangguk. Meski getir, tapi memang harusnya seperti itu kan?
"Bagaimana jika nanti aku tidak ingin melepasmu?"
"Hm?"
"Lupakan."
"Ayo pulang," Shikamaru meraih tangan kiri gadis itu. Menggengam dan menautkan jari-jari mereka.
Hinata yang masih mencerna ucapan lirih pemuda itu, dikejutkan dengan Shikamaru yang menggenggam tanggannya dengan erat. Gadis itu melihat dengan pipi merona kedua tangan mereka yang bertaut. Kemudian menatap pemuda itu lekat.
"Kita sudah berkencan. Begini sepasang kekasih berpegangan tangan."
Hinata membuka mulutnya lucu seolah menyadari sesuatu. Dulu dia juga pernah digenggam tangannya oleh Naruto. Tapi tidak dengan cara seperti yang Shikamaru lakukan sekarang.
Ternyata dia juga bisa digengam dengan erat begini. Hinata tersenyum, dengan pipi merona, mendongak menatap Shikamaru dengan kilau indah di matanya.
"Aku menyukainya, Shika-kun." ucapnya antusias.
Lagi, Shikamaru harus tertegun.
Ah, gawat. Bagaimana jika dirinya benar-benar tak bisa melepaskan gadis ini nanti?
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicted ✔
Fanfiction[SHIKAHINA - FANFICTION] [FANON] Shikamaru ahli berstrategi, dia ahli membuat rencana pertarungan dan mampu memprediksi apa yang harus dilakukan nanti, bahkan untuk rencana kehidupannya di masa depan. Tapi, ada satu hal yang tak pernah ia sangka, ba...