.
.
.Untuk pertama kalinya, Shikamaru tidak menyukai tawa Hinata. Untuk pertama kalinya Shikamaru tidak suka gadis itu merona malu.
Karena Hinata tidak sedang tertawa olehnya. Karena Hinata saat ini tidak sedang berada di dekatnya.
Hinata yang dua bulan ini berstatus sebagai kekasihnya, tengah duduk bersama Naruto di kedai ramen Ichiraku tempat favorite para shinobi Konoha.
Sialnya tidak ada pelanggan lain. Hanya mereka berdua dan nampak seperti pasangan yang sedang berkencan.
Pantas saja perasaannya selama perjalanan pulang misi jadi tidak enak. Ternyata ada seseorang yang paling harus dijauhi dari Hinata tengah dekat-dekat dengan kekasihnya.
Tadinya Shikamaru ingin langsung menghampiri mereka. Tapi sisi rasionalnya menghalangi, mengatakan jika Hinata juga berhak dekat dengan Naruto untuk memastikan perasaannya pada pemuda itu.
Bukankah itu yang menjadi alasan hingga akhirnya dia dan Hinata berkencan?
Maka Shikamaru mengalah, memilih mengamati dari jauh saja. Tapi, baru lima menit Shikamaru sudah tak nyaman. Apalagi ketika tangan Naruto menyentuh pipi Hinata. Sisi egoisnya berteriak-teriak mengatakan jika Hinata sudah jadi kekasihnya harusnya tidak dekat-dekat dengan pria lain apalagi Naruto.
Shikamaru mengerut kesal. Kepalanya terasa sangat berisik oleh perdebetan sisi rasional dan egoisnya, padahal biasanya ia begitu tenang dan terkendali.
'Jika kemudian aku sudah tahu perasaanku. Maka kita berpisah ya, Shika-kun?'
Perkataan Hinata yang terlintas dibenaknya menghentikan perdebatan hebat di kepalanya. Shikamaru jadi sadar, jika mereka akan berpisah nanti. Masalahnya, Shikamaru masih belum rela jika harus berpisah dan kembali menjadi teman biasa.
Shikamaru menghela napas. Ah, Sial. Terkutuklah perasaan!
Setelah memaki dalam hati. Shikamaru menghampiri Hinata dan Naruto yang masih menikmati ramen paman Ichiraku.
Tanpa aba-aba, atau pun salam terlebih dahulu, Shikamaru meraih tangan Hinata dan menariknya, membuat Hinata tersentak dan berdiri secara spontan.
"Shika-kun?" Hinata terkejut, ia tidak tahu jika Shikamaru sudah kembali dari misi.
Tidak hanya Hinata, Naruto juga hampir tersedak dengan kehadiran Shikamaru yang tiba-tiba.
"Oy, Shikamaru. Kau sudah pulang?" Naruto berucap susah payah sambil mengunyah. Namun Shikamaru tak menggubris, ia langsung menarik Hinata keluar dari kedai, meninggalkan Naruto yang kebingungan.
Entah mau dibawa pergi kemana, Hinata hanya diam mengikuti Shikamaru yang masih menarik tangannya. Panggilan-panggilannya sedari tadi seperti tak didengar pemuda itu.
Setelah menjauhi pusat Konoha, Hinata pikir, Shikamaru akan mengajak ke rumah keluarga Nara, tapi mereka tidak melalui jalan seharusnya, lalu ketika berpikir Shikamaru membawanya untuk pulang ke rumah Hyuuga lagi-lagi jalan untuk menuju kesana juga dilalui begitu saja oleh kekasihnya. Saat berpikir kemungkinan akan ke rumah Mirai, Hinata sadar jika rumah gurunya sudah terlewati jauh sedari tadi.
Hinata akhirnya menyadari jika Shikamaru menyeretnya tanpa tujuan.
"Shika-kun...!"
Hinata menghentikan langkahnya, sedikit mengeluarkan tenaganya untuk menahan pemuda itu, hingga akhirnya Shikamaru menoleh ke arahnya.
"Ada apa?" Hinata bertanya dengan raut khawatir. Shikamaru tidak pernah begini, ia biasanya menunjukan ekspresi malas dan tak tertarik pada apapun, lalu jika sedang bersamanya biasanya Shikamaru akan menjadi pria yang suka menggoda, ia juga mudah tersenyum, dan pasti suka menatapnya dengan intens seolah Hinata akan menghilang jika berkedib. Shikamaru tidak pernah terlihat marah dan kesal begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredicted ✔
Fanfiction[SHIKAHINA - FANFICTION] [FANON] Shikamaru ahli berstrategi, dia ahli membuat rencana pertarungan dan mampu memprediksi apa yang harus dilakukan nanti, bahkan untuk rencana kehidupannya di masa depan. Tapi, ada satu hal yang tak pernah ia sangka, ba...