7. GWS

6.4K 498 161
                                    

.
.
.

"Hinata, ayo menikah..."

Sebuah ajakan tiba-tiba keluar dari bibir Shikamaru tanpa aba-aba apapun terlebih dahulu.

Tidak bisa dibilang tiba-tiba juga sebenarnya, karena Shikamaru sudah memikirkannya sejak dua hari yang lalu, setelah menerima saran dari Ino.

Dua hari lalu, Ino yang jengah menyarankan hal itu pada Shikamaru, setelah pemuda itu curhat padanya.

Seorang Shikamaru menceritakan curahan hatinya pada sahabat wanitanya. Tindakan langka yang luar biasa bukan?

Awal pertama kali Shikamaru tanpa sengaja melakukannya, Ino mengejeknya habis-habisan. Tapi kemudian hal itu malah jadi kebiasaan, dan Ino jadi jengah dan bosan karena kegundahan hati Shikamaru hanya itu-itu saja.

Berputar soal 'Bagaimana jika Hinata sadar ternyata dia memang mencintai Naruto', 'Bagaimana jika Hinata membenci Shikamaru karena membodohinya' dan bagaimana-bagaimana lain yang sangat menyebalkan.

Secara garis besar Ino memang tahu kisah awal mereka akhirnya berkencan. Meski sudah memprediksi jika Shikamaru akan jatuh hati duluan, tapi Ino tidak menyangka jika dalam hubungan yang mendadak akibat ide sahabatnya ini, membuat Shikamaru sendiri yang keluar dari karakter aslinya.

Shikamaru itu hanya akan melakukan hal yang pasti akan berhasil, namun jika menyangkut Hinata entah bagaimana dia seolah sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan, dan mendadak tak bisa menebak atau memprediksi apapun untuk kelanjutan hubungan mereka ke depan.

Ino harus berkali-kali memutar bola matanya melihat Shikamaru yang terus berkutat dengan emosinya sendiri. Padahal Ino tahu hubungan Shikamaru-Hinata yang sudah lebih dari tujuh bulan itu sudah sangat jauh dan malah menjurus yang iya-iya.

Bahkan Ino cukup kaget kalau ternyata Shikamaru belum menabung duluan. Pengendalian diri sahabatnya patut diacungi jempol, tidak seperti Sai yang kurang sabar.

"GWS, Shika..."

Menurut Ino Shikamaru sudah tak tertolong, jadi tidak ada saran lain yang bisa ia berikan lagi pada sahabatnya.

"Get Wedding Soon..." katanya sambil memberikan satu tangkai mawar putih.

Memikirkan perkataan Ino dua hari lamanya, membuat dirinya tersadar. Saran tersebut tidak ada salahnya. Mungkin juga sebagai awal dirinya memberanikan diri untuk tahu perasaan Hinata sebenarnya.

Pernikahan bukan hal main-main. Itu adalah jenjang yang lebih serius bagi sepasang kekasih. Hinata tidak mungkin akan menerimanya begitu saja. Dia pasti akan memikirkannya dengan matang. Dan saat itu, apapun jawaban gadis itu Shikamaru akan menerimanya.

Meski artinya mungkin mereka tak akan pernah bisa bersama.

"Tidak perlu menjawabnya sekarang Hinata. Kau bisa memikirkannya."

Shikamaru masih duduk bersandar pada meja makan di dapur rumahnya. Menatap lurus punggung Hinata yang mendadak menegang karena pertanyaannya tadi.

Hinata tengah menyiapkan makan siang untuk mereka berdua dan Shikamaru membantunya. Dan entah bagaimana, Shikamaru tiba-tiba mengajaknya menikah.

Ajakan itu terdengar spontan. Tidak ada kata-kata maupun tindakan romantis seperti yang biasa Hinata baca di novel-novel. Shikamaru mengatakannya di dapur rumahnya dan bahkan tanpa menatap ke arahnya.

Jujur saja, Hinata sedikit merasa kecewa?

Apa Shikamaru benar-benar serius, atau hanya main-main saja. Tapi dia juga meminta Hinata untuk memikirkannya.

Unpredicted ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang