🐰 huit 🐰

753 90 14
                                    

Gimana puasanya? Pada kuat dong pasti, hihi :)
Gak kerasa, lebaran tinggal 24 hari lagi ;)
Semangat guys!!!




















































Waktu berlalu begitu cepat tanpa terasa. Tak disangka, hubungan tanpa landasan cinta antara Suho dan Irene sudah berjalan dua tahun lamanya.

Bila kemarin-kemarin pasangan orangtua dari masing-masing mereka masih sering menanyakan perihal anak, sekarang keempatnya nampak menyerah dan membebaskan anak mereka menikmati hidup. Toh, asal keduanya bahagia dan hubungan mereka baik-baik saja harusnya sudah jadi sesuatu yang patut disyukuri para orangtua.

Namun, lain halnya dengan Irene. Karena ia kini mengerjakan pekerjaannya dari rumah, dirinya jadi lebih sering merasakan kesepian. Tak jarang, Irene berandai dirinya memiliki seorang bayi kecil yang akan membuatnya jauh lebih sibuk mengurus sang anak ketimbang hanya menanti Suho pulang ke rumah.

"Sayang," bisikan lirih di telinga berhasil membuyarkan lamunannya.

Irene sempat tersentak ketika tangan hangat itu meraih dirinya dalam pelukan.

"Kamu udah pulang?" tentu Irene bingung, sebab suaminya ini tak pernah pulang di bawah jam tujuh malam.

Suho balas mengangguk. "Aku daritadi panggilin kamu, gak denger?"

Suho tak bohong kala dirinya mengatakan bahwa ia kebingungan mencari keberadaan sang istri. Karena biasanya, Irene selalu berada di ruang baca bila sore hari begini―sssttt, tentu info ini Suho dapatkan dari maid di rumahnya. Namun sekarang, ia malah menemukan sang istri duduk melamun di bangku dekat kolam di samping rumah.

Irene tersenyum, "Maaf, aku lagi kepikiran sesuatu tadi."

"Mikirin apa, sih?" Suho mengecup masing-masing pipi sang istri tanpa merubah posisinya.

"Ada, soal kerjaan." Irene bergumam sambil mengeratkan pelukan, "Kamu sendiri, kok udah pulang?" kepalanya mendongak untuk menatap wajah sang suami.

Suho memasang ekspresi bingung, "Kamu lupa? Kita punya janji buat makan di luar malam ini."

"..really?" Irene meringis melihat ekspresi kecewa dari sang suami. "Ugh, i'm really sorry, aku beneran lagi pusing banget hari ini."

Tanpa kata Suho melenggang masuk ke dalam rumah dengan ekspresi kecewanya.

Irene setengah berlari untuk mengejar sang suami, "Sayang, maaf ya?" ucapnya ketika berhasil menahan lengan Suho.

"Udahlah, lupain aja."

"Enggak." tangannya masih betah menahan sang suami agar tak pergi. "Ayo siap-siap, kita berangkat sekarang juga."

"Kamu udah inget?"

Irene mengangguk mantap. "IYA! Our 2nd anniversary, right?"

Suho langsung luluh dengan tatapan berbinar sang istri. "Aight. Let's take shower together now!"

Setelah memantapkan posisi Irene dalam gendongan, dirinya melangkah cepat menaiki tangga menuju kamar mereka diiringi tawa dari istri tercinta.

🐰🐰

Keduanya sampai di lokasi tepat pukul tujuh. Dengan tangan yang saling bertautan, Irene tersenyum melihat kondisi resto yang sepi, tentu saja ini ulah sang suami.

Suho duduk di kursinya setelah memastikan sang istri duduk manis di hadapan.

"Gimana?"

Irene melempar tatap ke arah sang suami dengan senyum manisnya. "Suka, thank you so much!"

Suho meraih tangan sang istri yang ada di atas meja untuk digenggam. "Aku yang harusnya bilang makasih. Makasih buat semua yang udah kamu lakuin selama dua tahun ini. We've been through a lot together, so, let's walk together for a longer time, Amour."

Kecupan hangat di dahinya berhasil meluruhkan air mata yang berusaha Irene tahan.

I do love you, lirihnya dalam hati.

"Hey, kok nangis?" Suho terkekeh. "Maaf ya, malah bikin kamu sedih. Cup-cup-cup!" dibawanya tubuh itu berdiri untuk diberi pelukan hangat. Namun bukannya berhenti, tangis Irene malah semakin pecah.

Suho kembali tertawa kala mengurai pelukan mereka, "Kok makin keras, sih?" ia mendekatkan wajahnya sambil mengusap air mata yang masih mengalir di kedua pipi tembam sang istri, "Udah ya, nanti makin cantik malah bahaya, loh. Takutnya banyak yang jatuh cinta sama kamu."

Irene berhasil tertawa mendengar kalimat terakhirnya, "Huhuhu, kamu tuh!"

Suho melepas rangkulannya kala dirasa sang istri mulai tenang. "Ayo duduk lagi, kejutan dari aku belom keluar, loh."

Setelah kembali duduk dengan tenang, Suho menepuk tangannya dua kali hingga musik klasik diiringi piano dimainkan dengan lampu yang diremangkan.

"Ready for the surprise?" Irene mengangguk. Dan tepat setelah musik selesai, dua orang dari arah dapur berjalan pelan ke arah mereka.

Salah satunya membawa buket ukuran besar dengan kotak beludru seukuran telapak tangan terselip, sedangkan yang satu lagi mendorong meja beroda dengan kue red velvet dua tingkat di atasnya.

Suho kembali bangun untuk meraih kotak beludru berwarna merah kemudian berlutut di sisi sang istri, "Buat kamu."

Di dalamnya ada kalung dengan bandul snowflake yang tiap sudutnya dihiasi permata berwarna biru yang Suho yakin, akan terlihat lebih cantik bila Irene yang memakainya.

"Aku pakein." Suho meraihnya dengan hati-hati kemudian berdiri di belakang tubuh sang istri guna memasangkan hadiahnya yang dibalas Irene dengan pelukan erat sambil terus bergumam terimakasih.

Dan di sela-sela momen bahagia mereka, kemunculan seseorang yang tak diharapkan kehadirannya berhasil menghancurkan situasi yang Suho rancang sejak pagi dengan satu kalimatnya.

"Bang, Kak, Wendy hamil!"

"Bang, Kak, Wendy hamil!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ottae?

Regards,
LOEY'S QUEEN

Gonna Love You | Kim Junmyeon [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang