🐰 neuf 🐰

705 91 3
                                    

Ternyata kejutan dari WenYeol tak cukup hanya dengan mengacaukan acara semalam. Karena pagi ini ketika Irene mengunjungi butik, dirinya menemukan surat pengunduran diri dari sang manajer kesayangan.

"Eh, Kak Irene udah dateng." Wendy muncul dari celah pintu dengan kedua tangan penuh menggenggam jajanan kesukaan.

Wendy masuk dan mendudukkan diri di sofa dengan perlahan sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku tadi niatnya mau ke rumah buat kasih suratnya, tapi malah ketemu Kakak disini." cengiran khasnya masih melekat di pipi yang perlahan terlihat semakin mengembang.

Irene memperhatikan lamat-lamat gerakan Wendy yang meletakkan jajanannya sedangkan tangan yang satu lagi ia gunakan untuk mengusap perutnya yang terlihat sedikit membuncit, terlihat aktif namun tetap berhati-hati khas adik kecilnya.

Dirinya perlahan mendekat untuk duduk di sisi sang manajer, masih dengan mata yang memperhatikan setiap gerakan yang dibuatnya.

"Kakak jangan liatin aku terus, dong!" omel Wendy dengan mulut penuhnya.

Irene menggeleng dengan senyum khasnya, "Ini yang mau jadi ibu?" masih tak menyangka, jika sosok mungil di sampingnya ini akan menjadi seorang istri dan ibu dalam waktu dekat.

"Iya, dong. Kakak nyusul cepetan, biar anakku ada temennya nanti." balasnya tanpa jeda.

Eh?

Wendy langsung menghentikan kunyahannya begitu menyadari jika kalimat yang barusan diucapkannya adalah salah. Takut-takut dirinya menoleh ke arah Irene yang sudah menanggalkan senyum dari wajah ayunya.

"Kakak, maaf!" lengannya dengan cepat meraih tubuh yang lebih tua untuk dipeluk dari samping, "Aku gak maksud gitu, huhu.." sesalnya dengan bibir mencucu, cemberut.

Irene menggeleng. Tangannya beralih mengusap bahu tegang sang manajer, "Gapapa." ucapnya dengan bibir yang kembali menampilkan senyum meski jauh lebih tipis dari sebelumnya.

"Oh iya, nikah nanti mau konsep gimana?" Irene mengurai pelukan dari Wendy guna mendengar balasan dari yang lebih muda.

Wendy menggeleng, "Gak tau. Nurut Mami sama Mama aja." bibirnya masih menekuk ke bawah, merasa tak enak dengan sosok kakak di hadapannya.

"Okay," Irene mengangguk paham. "kalo gitu, aku boleh siapin gaun sama jasnya? Buat wedding present kalian."

Wendy terkejut, "Kakak serius? Acaranya dua minggu lagi, loh!"

Irene mengangguk mantap, "Aku bisa kebut nanti. Demi adek kesayangan, apa sih yang enggak." tangannya menarik pelan pipi mengembang Wendy.

"Kamu tinggal kabarin aku mau warna apa, bahan apa, konsepnya gimana, nanti aku yang turun langsung buat belanja bahan dan bikin desain. Pokoknya kamu sama Chanyeol bakal jadi pasangan terbahagia tahun ini."

Wendy kembali memeluk Irene, namun kali ini lebih erat. "Uhuhu, aku sayang banget sama Kak Irene!" lebaynya.

🐰🐰

"Gimana, Cey?"

Suho menatap ke arah sang adik yang sibuk mencoret-coret kertas kosong di hadapan dengan pandangan serupa.

"Hoy!" tangannya mendarat ringan di bahu sang adik yang menghasilkan ringisan dari sang empunya.

"Apa sih, Bang?!"

"Diajak ngomong juga, malah bengong gitu." kesal Suho. Adiknya ini, kenapa bersikap seolah beban dunia ditumpukan pada pundaknya hingga tak fokus begini?

"Jadi gimana, mau diambil gak proyek di Bali?" lanjutnya.

"Ya.. terserah lah. Lagian 'kan lo bosnya disini." nada sewotnya kembali terdengar.

"Gue tuh niatnya mau ngirim lo kesana, buat surprise anniversary lo sama Wendy minggu depan. Tapi, malah gue yang lebih dulu dikasih surprise semalam, mana pake ngacauin acara gue lagi!" Suho menunjukkan senyum segarisnya.

Chanyeol meringis. Dirinya 'kan tidak tau kalau sang kakak tengah makan malam romantis dengan istrinya, ia pikir itu hanya makan malam biasa.

Lagipula, pikiran Chanyeol sedang kacau semalam. Kalau dirinya langsung mengadu pada mama atau papa tanpa Suho sebagai tameng, bisa habis dirinya dirajam oleh sang mama.

"Ya sorry, gue kalut banget semalem." kepalanya menunduk.

Suho mencibir, "Makanya, lain kali mau apa-apa tuh dipikir dulu. Ini kepala dikasih otak 'kan supaya mikir, kalo lo bikin ulah, kedepannya bakal gimana!" tangannya menoyor pelan kepala sang adik hingga Chanyeol hampir terjungkal dari duduknya.

"Ya udahlah, proyeknya gue tolak aja. Atau lo mau ambil proyeknya sekaligus honeymoon sama Wendy nanti?" Suho beranjak dari posisinya, hendak keluar ruangan dengan diikuti Chanyeol.

"Calon istri gue hamil muda, Bang. Gak bisa diajak naik pesawat!"

Kakaknya ini, kenapa hobi sekali memancing emosinya, sih?!

"Ya sorry," Suho merangkul bahu sang adik yang lebih tinggi darinya, "gue 'kan gak punya pengalaman jadi suami siaga." senyum tipisnya terpatri dengan pandangan menerawang.

"Belum, bukan enggak." Chanyeol ganti merangkul bahu sang kakak kala merasa Suho kesulitan mengimbangi langkahnya. "Makanya, mulai buka hati lo buat Kak Irene. Kalian berdua tuh udah saling cinta, cuma masih nahan diri karena gengsi." Chanyeol mengacak pelan rambut sang kakak kemudian melangkah cepat setelah melepas rangkulannya.

Suho memikirkannya. Saling cinta, ya?

Tuh, mamam tuh gengsi! Hihi ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuh, mamam tuh gengsi!
Hihi ;)

Regards,
LOEY'S QUEEN

Gonna Love You | Kim Junmyeon [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang