3. ALIN

36.9K 1.6K 47
                                    

Pria berkulit putih itu melengkungkan bibirnya ke atas, sontak pekikan para wanita yang menjeritkan namanya terpesona, terdengar riuh. Pria berhidung mancung itu melambaikan tangan, dibalas teriakan histeris oleh gadis-gadis pemujanya.

Pria itu Caraka Naresh, seorang idola yang tengah melejit namanya. Selain wajahnya yang tampan, ia juga pintar, baik dan kaya raya. Sempurna? Tentu. Itu gambaran seorang Caraka Naresh di mata penggemarnya.

Naresh masuk ke dalam mobil mewahnya dan kendaraan beroda empat itu segera melaju mulus di jalan raya.

"Rantika minta ketemu. Gimana?" tanya Jevo. Matanya masih menelusuri deretan chat di ponsel canggihnya.

"Oke. Dimana?" tanya Naresh mengusap bibir bawahnya dengan ibu jarinya.

"Reddish," sahut Jevo malas.

"Ya udah, gue turun di Reddish aja. Lo langsung balik ke rumah," putus Naresh.

Jevo menarik nafas berat.

"Jangan terlalu manjain tuh cewek. Ntar dia bisa ngelunjak," kata Jevo mengingatkan.

"Nggak lah. Gue gak sebodoh itu," sahut Naresh menyeringai. Banyak perempuan yang nerelakan tubuhnya untuk dicicip Naresh dengan gratis. Dan tidak semua gadis bisa dipilih Naresh karena pria itu pemilih.

"Yah... terserah. Gue cuma ngingetin lo aja," Jevo mengangkat bahu. Ia sudah capek mengingatkan Naresh.

Naresh benar-benar turun di Reddish Hotel. Saat ini ia sudah membawa keycard yang Rantika titipkan di resepsionis.

Kamar 1224 sudah tepat di depan matanya. Tanpa menunggu, Naresh menempelkan keycard-nya dan membuka pintu. Di sana, di tengah kamar, seorang wanita tengah tersenyum menggoda, dalam balutan lingerie merah tengah menantinya.

Senyum miring Naresh terbit. Ia berdiri agak jauh dari perempuan bernama Rantika itu dengan kedua tangan terentang.

Rantika tersenyum makin lebar, lalu berlari menubrukkan dirinya pada Naresh.

Tanpa kesulitan, Naresh menangkap tubuh Rantika yang langsung mengaitkan kedua kakinya ke pinggul Naresh dan kedua tangannya melingkar mengunci leher pria itu.

"Kangen," rengek Rantika.

Naresh hanya terkekeh, membawa Rantika ke ranjang dan menjatuhkannya di sana.  Ia membuka pakaiannya satu persatu, sementara Rantika menanti dengan senyum menggoda.

Tubuh Naresh sudah polos tanpa sehelai benangpun yang menutupi. Ia merangkak naik ke atas tubuh Rantika. Tangannya menyentuh dada montok perempuan itu.

"Lo tidur ama siapa aja? Udah berapa laki-laki yang lo puasin?" tanya Naresh meremas dada membusung milik Rantika.

"Ahhh... cuma lo sama Gani doang," desah Rantika menyentuh milik Naresh dan mengelusnya

"Dasar jalang lo! Coba aja calon mertua lo lihat kelakuan lo ini, bisa batal nikah lo," ejek Naresh.

"Kalo lo tutup mulut, mereka gak akan tau," sahut Rantika memijat lembut kejantanan Naresh.

Naresh menggeram menahan gairahnya yang mulai naik. Miliknya sudah mulai membesar dan tegang. Dengan beringas, Naresh mengoyak lingerie yang melekat di tubuh Rantika dan membuang sobekan kain itu ke lantai.

"Shit! Lingerie baru gue!" pekik Rantika kesal.

"Beli lagi. Buat apa duit Gani kalo bukan buat lo?" balas Naresh acuh.

"Itu hadiah dari Gani!"

"Persetan dengan lingerie lo! Gue masuk!" Naresh segera menyentakkan miliknya ke dalam kewanitaan Rantika.

The 'A' One Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang