Anisa menoleh ke belakang. Kakinya sudah pegal berlari, namun pria itu belum juga berhenti mengejarnya. Jantung Anisa berdegup kencang. Ada rasa takut yang memacunya untuk semakin menjauh, namun apa daya, pria itu lebih cepat menyusulnya dengan kakinya yang lebih panjang dari kaki Anisa.
"Akh... lepaskan!" Anisa meronta berusaha melepaskan diri.
"Tidak akan!" suara serak pria itu membuat bulu kuduk Anisa meremang.
"Nisa mau pulang, Mas," Anisa memutar pergelangan tangannya berharap agar cekalan pria itu terlepas. Namun apa yang ia lakukan kembali sia-sia.
"Ikut aku!"
"Nggak mau!"
"IKUT!" bentak pria itu membuat nyali Anisa menciut.
Dengan tersaruk-saruk, Anisa terpaksa mengikuti pria itu hingga sampai ke satu unit apartemen yang cukup besar.
"Mas Rasya, tolong lepaskan Nisa," pinta Anisa mulai gentar dan menangis.
"Kalau kamu tidak membuatku marah, aku tidak akan seperti ini, Nis!" sentak pria yang dipanggil Rasya itu.
"Maafkan Nisa, Mas," gadis itu mulai panik melihat Rasya melepaskan kemeja dan celana jeans pria itu, menyisakan brief hitam dengan tonjolan besar yang nampak keras.
"Aku harus miliki kamu, Nis! Aku cinta kamu! Kamu tidak boleh jadi milik orang lain!" gerung Rasya berjalan pelan menyudutkan Anisa.
"Tapi Mas Alfi sudah melamar Nisa ke Ibu," suara Anisa tercekat ketika dengan sekali dorong, tubuhnya memantul di atas ranjang milik Rasya.
"Kamu milikku Anisa. Hanya aku yang boleh!"
"Jangan, Mas!" Anisa berusaha menepis tangan Rasya yang mulai melepasi pakaiannya.
Rasya meraup bibir Anisa dan menciumnya berlama-lama. Ia tidak rela gadis itu menjadi milik orang lain.
Kepala Anisa terasa pusing. Ciuman Rasya sangat memabukkan. Anisa tidak bisa menyangkal, ia juga mencintai Rasya. Namun Ibunya mempunyai pilihan sendiri. Dan selama ini Anisa tidak pernah membuat ibunya kecewa.
"Anisa sayang... mmmhhh," tangan Rasya masih bekerja dengan cekatan sementara bibirnya kembali membuai Anisa, hingga gadis itu mulai melupakan perlawanannya.
Tubuh Anisa sudah polos sepenuhnya. Rasya mulai meremas dada membukit yang nampak menggiurkan sebelum kemudian mulutnya melahap puncak ranum itu sepenuh hasratnya.
Anisa melentingkan tubuhnya ketika jemari Rasya mulai menyentuh lipatan kewanitaan Anisa yang sudah basah. Tangan Anisa meremas rambut tebal Rasya ketika pria itu menyusupkan satu jarinya mengorek miliknya di bawah sana.
"Eenghhh... Mass... " erang Anisa menjepit kuat jari Rasya.
Bibir dan jari Rasya masih menggoda Anisa, membawa gairah gadis itu semakin naik, menggiringnya hingga mencapai puncak.
Anisa terengah. Satu orgasme baru saja ia lalui. Matanya menatap sayu pada Rasya.
Rasya mencium bibir Anisa sekilas, lalu melebarkan kaki gadis itu, menempatkan dirinya di antaranya. Anisa hanya terengah menatap seringai Rasya yang mengarahkan miliknya, menggesek permukaan kewanitaan Anisa yang sangat basah.
"Mas Rasyaaa..." rengek Anisa ketika hasratnya mulai menggulung lagi.
Rasya menyelipkan miliknya, dan mulai mendorong memasuki tubuh Anisa. Peluhnya membanjir dengan jantung berdebar keras. Ini pertama kalinya untuk Anisa, tapi Rasya tidak bisa menunggu lebih lama.
"AAAAKHHH....SAKIIIITT MASSS!"
"Kamu milikku, Anisa! Hanya milikku!" Rasya memejamkan matanya, mendesis ketika kewanitaan Anisa begitu ketat dan sempit menjepit kejantanannya di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 'A' One Shoot Stories
Short StoryKumpulan cerita pendek dengan judul berawalan huruf A Cerita bergenre dewasa, 21++ dengan konflik ringan dan kadang sedikit aneh. Bukan konsumsi anak dibawah umur. Bukan pula diperuntukkan bagi kaum yang bermental anak-anak yang tidak bisa mengharg...