10. ANDITA

25.4K 1.1K 55
                                    

Andita membuka pintu kamar hotel yang disewanya, mempersilakan laki-laki bertubuh tegap itu masuk. Pria itu berdiri di dekat ranjang berukuran besar itu, menunggu Andita mengunci pintu dan duduk di pinggiran ranjang. Mata wanita itu memindai tubuh pria itu seperti mendeteksi kekuatannya.

"Kata Riko, kamu orang baru ya? Siapa namamu?" Andita membuka percakapan.

"Nama saya Bobby," jawab pria itu mengangguk.

"Nama asli? Atau nama samaran?" tanya Andita tersenyum miring. Tentu saja ia sudah tau jika rata-rata mereka menggunakan nama palsu.

Pria itu tersenyum kikuk.

"Riko tidak memberitahumu kalau denganku harus menggunakan nama asli?" tanya Andita lagi, menaikkan kedua alisnya. Matanya tajam memandang pria yang duduk tidak jauh darinya.

Pria itu menunduk jengah. Ia menelan ludah berkali-kali.

"N-nama saya Bayu," akhirnya pria itu menjawab dengan terbata.

"Apa pekerjaanmu sebelumnya?"

Pria itu menggeleng pelan. Matanya menyiratkan kemuraman.

"S-saya... mmm... mahasiswa," ujarnya menunduk.

Mata Andita membola.

"Mahasiswa? Kenapa mengambil jalan seperti ini?"

Pria bernama Bayu itu menunduk.

"Saya harus membayar uang kuliah dan melunasi hutang ibu saya. Kami berhutang cukup banyak pada rentenir," Bayu makin dalam menunduk. Ia malu, namun jika wanita di hadapannya ini berkenan padanya, ia dan ibunya akan kembali hidup dengan tenang. Tidak apa-apa ia melepas keperjakaannya pada wanita bernama Andita ini demi membebaskan ibunya yang selalu ketakutan saat preman-preman suruhan Pak Rembo itu datang menagih hutang.

"Hmm... kamu sudah pernah melakukan sebelumnya?" tanya Andita.

"Melakukan a-apa?" tanya Bayu bodoh.

"Astaga! Lalu kamu datang untuk apa? Mengobrol? Main catur? Atau baca buku?" tanya Andita gemas.

Bayu mengutuk kebodohannya. Tentu saja wanita itu menginginkan pelayanan yang istimewa darinya.

"Maaf-"

"Jadi kamu belum pernah?"

Bayu menggeleng dengan wajah memerah.

Andita tersenyum geli. Ia mengulurkan tangannya, meraih tangan Bayu dan meletakkan di atas pahanya, lalu Andita menggeser duduknya lebih rapat. Dengan jarinya ia mengangkat dagu Bayu hingga mata mereka saling bersirobok. Sorot malu-malu Bayu bertemu dengan pancaran geli Andita.

"Cium aku," pinta Andita.

"Hah?"

"Ya ampun!" keluh Andita menahan rasa gemas. Ia ingin melucuti dan memperkosa Bayu jika laki-laki itu terus seperti ini.

Bayu menunduk lagi. Jantungnya berdebar-debar. Telapak tangannya yang menempel di paha terbuka Andita mulai berkeringat. Ia gugup. Ini pertama kali untuknya.

Andita berdiri. Ia memposisikan diri diantara kedua kaki Bayu. Tangannya dengan cekatan melepaskan kemeja Bayu, lalu melepaskan kimono satin tipis yang membungkus tubuhnya sendiri.

Bayu menelan ludah. Kain satin yang kini menutupi tubuh Andita hanya tersisa selembar bermotif sama dengan kimononya tergantung pada tali kecil di pundak wanita itu. Bayu berani bersumpah bahwa ia melihat bayangan puting wanita itu tercetak mencuat menantang dan menggodanya.

Andita mengangkat lagi dagu Bayu dengan jarinya, lalu ia sedikit membungkukkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke wajah Bayu, lalu menempelkan bibirnya ke bibir Bayu.

The 'A' One Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang