Bagian Tujuh

40 3 0
                                    

Sinar matahari yang masuk melalui celah celah tirai kamar, membangunkan gadis yang masih terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari yang masuk melalui celah celah tirai kamar, membangunkan gadis yang masih terlelap.

Liana duduk sebentar guna mengumpulkan nyawanya, kemudian dia beranjak dari atas kasur.

Menghabiskan waktu beberapa menit untuk membersihkan diri dan juga memakai seragam sekolahnya.

"Liana, sarapan dulu sayang," ucap wanita yang merupakan mama dari Liana dari luar kamarnya.

"Iya ma."

Liana meraih tas nya juga ponselnya yang berada diatas nakas. Dia menyalakan ponsel tersebut, ternyata ada beberapa pesan yang belum terbaca. Salah satunya pesan dari Arkan.

Laki laki itu mengirimkan pesan sedari pagi. Mengabarkan bahwa dirinya tidak dapat masuk ke sekolah.

< Arkan💫

Liana hanya membaca pesan terakhir Arkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liana hanya membaca pesan terakhir Arkan. Laki laki yang merupakan temannya itu pandai sekali membuat dirinya tersenyum pagi pagi seperti ini.

Liana pun keluar dari kamar, lalu menuju ke meja makan untuk sarapan bersama mama dan papanya.

***

Disekolah, Liana duduk sendiri. Rasanya tanpa Arkan dirinya sangat bosan.

Biasanya disaat jam kosong melanda, Arkan selalu menghiburnya dengan cara apapun. Terkadang, Arkan mengajaknya ke perpustakaan.

"Arkan sakit apa?"

Seorang gadis yang diduga bernama Safara itu menghampiri Liana.

Liana menoleh, "gue kurang tau Saf, gua gak tanya itu. Setelah dia bilang kalau dia sakit, ya berarti intinya Arkan lagi sakit," sahutnya.

"Kenapa gak lo tanya?"

"Arkan perlu istirahat, kalo gue tanya nanti gue ganggu waktu istirahatnya," sahut Liana.

"Kan gak sampe lima menit," ucap Safara.

"Lima menit tetap waktu, dan waktu itu berharga."

***

Bel pulang berbunyi dengan lantang, membubarkan siswa siswi SMA Bintang Angkasa.

Liana melangkah menuju ke gerbang sekolah untuk menunggu taksi.

Tak lama, taksi melintas dihadapannya. Liana pun menaiki taksi tersebut. Kemudian sang supir menjalankan mobilnya.

Sebelum pulang, Liana mampir sebentar ke toko buah. Dia membeli satu parcel buah untuk dia bawa ke rumah Arkan.

Setelahnya dia kembali masuk ke dalam taksi dan melanjutkan perjalanan pulang yang tertunda sebentar.

Liana mengeluarkan ponselnya dari saku seragam. Dia membuka aplikasi chat dan dia mengetikkan pesan untuk mamanya. Dia meminta izin untuk menjenguk Arkan terlebih dulu.

Satu notifikasi muncul, mamanya mengizinkan Liana untuk menjenguk Arkan, toh rumahnya berdekatan dan Arkan juga temannya sedari kecil.

Taksi yang dia tumpangi menepi ke salah satu rumah yang mana itu adalah rumah Arkan. Liana membayar taksinya lalu turun.

"Arkan," panggil Liana dari luar. Tak lama, wanita paruh baya membuka gerbang rumahnya, itu adalah mama Arkan.

"Eh.. Ana, ayuk masuk," ucap mamanya Arkan.

Liana pun masuk ke dalam, "Arkannya kemana tante?" Tanya Liana.

"Di kamar, lagi istirahat. Kamu mau ketemu?" Liana hanya mengangguk, "sebentar tante panggilin Arkannya."

"Tante, biar Ana aja yang samperin Arkan."

"Yaudah, kamu duluan. Tante mau ke dapur dulu," ucap mama Arkan. Setelahnya Liana melangkah menuju ke kamar Arkan.

Dia mengetuk pintu kamar Arkan tiga kali.

"Masuk aja ma," ucap Arkan dengan suara yang lesu dari dalam. Mendengar itupun, Liana membuka pintunya.

"Ar," panggil Liana.

Suara itu, Arkan sangat kenal. Mendengar suara Liana, Arkan langsung membalikkan badannya yang semula memunggungi pintu.

Liana melangkah menuju tempat tidur Arkan, kemudian menaruh parcel buahnya diatas nakas.

"Gue kira yang ngetuk pintu tadi tuh mama, gak taunya Ana."

Liana terkekeh, "gimana? Lo udah mendingan?" Tanya nya.

"Mendingan sedikit, udah minum obat juga," sahut Arkan.

"Nih gue bawa buah, nanti di makan ya," ujar Liana, Arkan mengangguk seraya tersenyum.

"Makasih, Na."

Tak lama, mamanya Arkan masuk ke kamar membawa minuman dan cemilan untuk Liana.

"Ana, nih ada cemilan. Kebetulan ini tante tadi beli cemilan dan tante baru inget kalo ini cemilan kesukaan kamu sama Arkan. Dimakan ya," ucap mama Arkan.

"Tante masih inget aja," sahut Liana.

"Masih dong, kalian rebutan mainan aja tante masih inget."

Arkan terkekeh, "mama kok jadi nostalgia?"

"Eh iya ya," sahut mama Arkan disertahi kekehan. "Yaudah, mama kedepan dulu," ucap mamanya kemudian melangkah, "Arkan, pintunya dibuka aja," lanjutnya.

"Iya ma," sahut Arkan, kemudian mamanya menuju ke ruang tamu. Arkan beralih pada Liana yang masih berdiri didekat kasurnya, "sini duduk," ucapnya seraya menepuk nepuk tepi kasurnya.

Liana pun menduduki dirinya di tepi kasur Arkan, "eh Ar," panggil Liana.

"Hm?"

"Tadi Safara tanya ke gue, kata dia lo sakit apa," jelas Liana.

"Terus?"

"Ya gue jawab kurang tau, kan lo gak kasih tau," ucap Liana. "Emangnya lo sakit apa sih?" Lanjutnya bertanya pada Arkan.

"Meriang, merindukan kasih sayang."

Liana tertawa kecil, "gak jelas lo, merindukan kasih sayang dari siapa sih,hm?" Tanya nya dengan nada meledek.

"Dari lo."

***

Hai, makasih udah baca^^

Jangan lupa votenya ya, vote itu gratis<33

Kita Berbeda [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang