Arkan menghentikan motornya didepan rumah Liana. Seperti biasa, dia memanggil Liana dari luar gerbang.
Liana keluar menghampiri Arkan, "lo ngeyel ya."
"Apanya?" Tanya Arkan.
"Kan gue bilang gak usah jemput gue dulu dan lo jangan bawa motor dulu," ucap Liana.
"Terus kalo gue gak naik motor, gue naik apaaa?"
"Ya naik apapun yang penting bukan lo yang ngendarain," ucap Liana.
Arkan yang semula duduk di jok depan, kini dia memundurkan tubuhnya sehingga duduk di jok belakang, "naik, kalo gitu lo yang ngendarain nih motor."
"Lo siap tinggal nama Ar? Kalo siap ya yaudah gue yang bawa motor lo."
Arkan kembali maju ke depan, "udah jangan ngomong terus, buruan naik apa nanti telat."
"Aman?"
"Aman dong."
Liana naik dan duduk di jok belakang, kemudian Arkan menjalankan motornya.
Keduanya tiba ditempat yang bernama SMA Bintang Angkasa. Disitulah mereka berdua menuntut ilmu.
Arkan menjalankan motornya hingga ke pelataran parkir, lalu memarkirkan motornya disalah satu barisan parkiran.
Mereka berdua kini menaiki setiap buah anak tangga untuk sampai ke kelas mereka.
Keduanya masuk, lalu melangkah ke meja mereka.
Melihat kedatangan Arkan dan Liana, seorang gadis yang memiliki nama Safara menghampiri meja Arkan.
"Arkan, lo udah sembuh?" Tanya Safara.
"Udah Alhamdulillah."
"Ar, gue ada sesuatu buat lo," lalu Safara menyodorkan kotak makannya ke hadapan Arkan.
"Ini apa?"
"Roti yang gue bikin untuk lo. Siang nanti saat istirahat lo makan ya," ucap Safara.
"Sorry Saf, tapi jam istirahat gue ke kantin sama Ana," ucap Arkan.
"Ar, plis terima ya?"
Arkan menghela nafas pelan, Arkan pun mau tidak mau menerima kotak makan dari Safara untuk menghargai pemberian Safara.
"Makasih."
"Sama sama," sahut Safara.
***
Bel istirahat berbunyi, Liana berdiri dari duduknya di ikuti oleh Arkan. Melihat itu, Liana mengernyitkan alis lalu bertanya.
"Lo mau kemana?" Tanya Liana.
"Kantin," sahut Arkan.
"Kan lo makan roti yang dikasih sama Safara, kenapa ke kantin juga?"
"Kan itu bisa dimakan nanti istirahat kedua, sekarang gue mau ke kantin sama lo," sahut Arkan. "Yaudah yuk ke kantin," ajak Arkan, kemudian melangkah keluar dari kelas. Berjalan bersisian dengan Liana.
Keduanya memijakkan kaki mereka di kantin. Menyusuri setiap warung yang berada dikantin guna mencari makanan yang pas untuk mengisi perut.
***
Sebelum bel pulang berbunyi, semuanya merapihkam alat tulis mereka. Memasukannya ke dalam tas, lalu berdoa sebelum pulang.
Tak lama, bel pun berbunyi. Semuanya berhamburan keluar dari kelas.
Sampai dibawah, Arkan mendongak melihat ke langit. Langit diatas sana terlihat mendung.
"Na, ayuk buruan," ucap Arkan.
"Iya Ar, mendung," sahut Liana.
Keduanya pun bergegas ke pelataran parkir. Kemudian setelah menemukan motornya diantara motor yang lain, Arkan mengeluarkan motornya lalu Liana duduk dibelakangnya. Arkan pun menjalankan motornya dengan sedikit cepat.
Diperjalanan, perlahan bulir bulir air dari awan mulai turun. Dan hujan pun mulai turun.
"Arkan, neduh dulu yuk," ucap Liana.
Arkan pun menepikan motornya untuk berteduh. Liana pun turun dari motor, disusul pula oleh Arkan.
Angin berhembus menerpa kulit. Liana menggosok gosokan kedua tangannya guna membuat tangannya itu hangat.
Melihat itu, Arkan meraih kedua tangan Liana. Dia ikut menggosokkan kedua tangannya lalu dia tempelkan tangannya pada tangan Liana.
"Mendingan?" Tanya Arkan, Liana hanya mengangguk. "Sebentar," lanjutnya, lalu Arkan mengeluarkan sesuatu dari tas nya. Dia mengambil jaket yang berada di dalam tas, kemudian memakaikannya pada tubuh Liana.
"Lo aja Ar yang pake, kan itu jaket lo dan lo baru aja sembuh," ucap Liana.
"Yang lagi butuh jaket ini sekarang itu lo, Ana."
"Tapi Ar---"
"Dipake ya, cantik?" Liana hanya mengangguk menanggapinya. Arkan tersenyum lalu, "Gak mau mukul gue?" Tanya Arkan.
Liana menaikkan satu alisnya, "buat apa?"
"Kan gue ngatain lo cantik. Lo bilang, kalo gue ngomong cantik ke lo, lo akan pukul gue."
Liana terkekeh, "apaan sih Ar, bercanda kali. Gak mungkin gue mukul lo."
Arkan ikut terkekeh mendengar itu, "bercanda apa salting?"
Liana menahan senyumnya, namun tidak bisa. Didekat Arkan dia selalu tersenyum bahkan tertawa, "tau ah gak jelas!"
Melihat Liana tertawa, Arkan pun ikut tertawa. Arkan senang jika melihat Liana tertawa seperti. Arkan suka tawa dan senyum Liana. Senyumnya indah bagaikan candu.
***
Hai, maacii udah baca😖💖
Jangan lupa votenya <33
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Berbeda [End]
Novela JuvenilPertemanan sejak kecil yang memiliki perbedaan, namun salah satunya memiliki perasaan. Perasaan yang seharusnya tidak ada dalam dirinya. Perasaan yang tidak mungkin menyatukan dirinya dengan seorang gadis yang didambakan hatinya. Keduanya tidak dapa...