Kisah masa SMA biasanya menjadi kisah paling manis dan menyenangkan. Bertemu gebetan atau bahkan sampai pacaran.
Ibaratnya SMA itu masa kita menjadi remaja sesungguhnya. Kenalan di masa orientasi yang berujung jatuh cinta. Kakak kelas yang memiliki banyak pesona membuat semua para adik kelas setiap bertemu selalu tersenyum berbunga-bunga.
Jangan harap! Itu semua hanya semu. Bayangan indah tentang menjadi siswa SMA itu hanya candaan belaka. Isinya hanya tugas, tugas, dan tugas. Itu, sih, presepsi gadis chubby yang selalu merasa terbelakang, Gashani Ahnastasya Kinanti. Gadis yang sering di sapa hangat Shani itu selalu insecure di setiap kesempatan. Pokoknya setiap waktu deh.
"Gue gak ikut deh, males gue. Gak percaya diri."
"Gak. Gue mau drakoran, lagian ngapain main sih anjir panas gini. Udah mah gue item tambah item."
"Lo aja yang maju biar dapet nilai plus, kalo gue sih yang ada dapetnya minus."
Itu semua belum seberapa dengan kalimat-kalimat Gashani yang insecure parah. Siklus hidup yang monoton membuat semua orang bosan melihatnya. Tetapi bagi hidupnya itu paling menyenangkan, apalagi setelah mengenal dunia K-Pop. Maka dari itu Gashani lebih suka bercengkrama dengan teman online nya dibandingkan Bersama teman di real life. Katanya, sih, lebih leluasa ngebacot di sosmed daripada di real life.
Bahkan selama 17 tahun hidupnya tidak pernah diisi dengan kata pacaran. Terlalu sakit hati ketika cinta pertamanya ternyata jatuh hati kepada teman dekatnya. Selang beberapa tahun kemudian, Gashani jatuh hati lagi. Kali ini jatuh hati kepada kakak dari temannya. Wajah yang sekilas mirip aktor tampan Korea Selatan, membuat Gashani menjadi gila ketika bertemu setiap ada kesempatan. Namun, lagi dan lagi ekspetasinya hancur ketika mengetahui sang pujaan hati malah terpesona kepada kakaknya.
Dunia percintaan terlalu kejam untuk seorang wanita polos seperti Gashani. Terlalu buta untuk sekedar sadar bahwa tidak pernah ada kata setia. Kadang Gashani tak habis pikir kenapa tidak ada sosok lelaki seperti Choi Ung, seperti Kang Tae moo, atau bahkan seperti Taek yang tulus menyayangi Duksun.
Di pikiran Gashani laki-laki itu cukup terdeskripsi dengan satu kata. Brengsek! Sudah tidak dapat kata lain lagi.
Di kehidupan sekolahnya tidak ada kata manis dan indah. Lagi dan lagi dideskripsikan dengan satu kata. Monoton! Bahkan siklus hidupnya ketika hari sekolah yaitu, berangkat, belajar, pulang, tidur. Sudah tidak ada kisah yang selama ini dirinya bayangkan. Bertemu cowok cuek yang ujungnya jatuh cinta padanya dan menerima apa adanya. Cih, bohong! Semua lelaki dari yang standar sampai high class pasti milih yang good looking. Cewek kaya Gashani sih cuman piguran yang bahkan tak pernah di pedulikan.
Sekarang adalah hari pertama dirinya menggunakan seragam putih abu yang selalu dirinya idam-idamkan. Namun ternyata rasanya sama saja, tidak ada hal yang istimewa. Mungkin karena mau melihat apa dari gadis biasa saja seperti Gashani.
Semangat paginya hilang setelah mendapat teriakan dari ibunya. Padahal sehabis shalat subuh langsung siap-siap tapi kenapa masih telat. Yang akhirnya berujung tablig Akbar Ibunya yang panjang lebar. Bahkan muka kusamnya terus Gashani tekuk, membuat orang-orang enggan menatapnya. Biarkan saja! Gashani tidak peduli.
Gashani menghembuskan napasnya sedikit kasar ketika melihat kakak kelasnya duduk diparkiran. Jiwa tidak percaya dirinya lagi dan lagi selalu datang di waktu yang kurang tepat. Harusnya tebar pesona. Ya, kalo dirinya cantik. Lah, ini? Kaya ogah mereka melihat Gashani.
Gashani mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan kelasnya. Untung saja semalam dia tidak sibuk drakoran dan masih sempat mengecek notifikasi dari grup. Kalo tidak mungkin sekarang sudah celingukan karena tak tahu dimana kelasnya.
Gashani melewati kakak kelasnya dengan kepala di tundukkan. Bukan apa-apa, tapi dirinya masih malu dan takut. Sampai beberapa langkah di dekat kakak kelasnya berkumpul ia mendengar suara godaan dari arah parkiran. Hatinya mendadak dag-dig-dug tak karuan. Bahkan pipinya sudah merah, tetapi untungnya tertutup rambut panjangnya. Tangannya mulai keringat dingin. Sesekali Gashani berusaha menetralkan degup jantungnya karena semakin mendengar jelas nada godaan dari para kakak kelas.
Sampai tiba-tiba celetukkan salah satu siswa yang berdiri tak jauh dari kumpulan kakak kelas itu. "Udah, dong, njing. Liat, tuh, anak orang sampe merah kaya kepanasan gitu pipinya." ucap salah satu siswa.
Gashani yang mendengar itu semakin menundukkan kepalanya dan merasa salah tingkah sendiri.
"Yaampun, Yira maafin kakak, ya. Aduh sampe merah gitu, haha."
"Eh?" Gashani kebingungan. Lalu dengan cepat menoleh ke belakang dirinya. Ternyata ada gadis cantik dan manis yang sedang tersenyum malu di hadapan sekumpulan siswa tersebut.
Gashani harusnya sadar diri tak usah terlalu percaya diri. Mana ada lelaki yang mau memandangnya.
"SADAR ANJIR! MUKA KAYA ADONAN DONAT BANTET JANGAN KEPEDEAN!" gerutunya sambil terus melangkah menuju kelasnya.
"Goblok!"
"Setan!"
"CIH, EMANG DUNGU GUE. AMPIR AJA BUKA AJANG MEMPERMALUKAN DIRI SENDIRI BARUSAN. DASAR HATI GEMBEL! GITU AJA KEPEDEAN!"
"Pantes, sih, cewek tadi digombalin. Orang cute gitu mana ada cowok yang gak naksir."
Gashani mengumpat karena harusnya sadar. Dirinya itu sosok piguran yang hanya lewat tanpa teguran. Terlalu berharap pada angan yang membuat dirinya mendapat kekecewaan.
Kurang lebih seperti itulah awal Gashani menjadi siswi SMA. Ekspektasinya sangat jauh dengan realita yang dijalaninya.
___
Akhirnya draf berdebu ini aku post xixixixixi:)
25 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion; Simple Beauty
Novela JuvenilTerkadang hal yang dianggap remeh dan di pandang sebelah mata itu lebih berharga di waktu yang tepat. Seperti hal-nya bunga dandelion, yang bahkan di lirik orang pun jarang. Sama seperti seorang gadis bernama Gashani. Gadis berpipi chubby yang terl...