.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semua nya terlalu cepat.
Semua nya terasa begitu tiba-tiba untuknya.
Dunia nya hancur.
Hatinya lebih-lebih hancur lagi.
Kenapa harus secepat ini?
Kenapa harus secepat ini bidadarinya pergi?
Ia bahkan merasa bahwa ia belum sempat membuat sosok bidadari hidupnya itu bangga dan lebih bangga lagi pada dirinya.
"Wonwoo-ya..."
Panggilan bernada lembut itu, membuat sosok yang namanya dipanggil itu menoleh.
Dan ia disana menemukan sosok kekasih manisnya yang kini berpakaian serba hitam sama sepertinya.
Soonyoung diam ditempatnya.
Ia tidak berani bergerak untuk mendekati sosok Jeon Wonwoo yang kini hanya diam dengan mata sembab dan pandangan mata yang nampak kosong.
Lalu mata sipit itu kemudian beralih kedepan, menatap lurus sebuah foto yang terdapat didalam figura berukuran besar dan kini dikelilingi dengan banyak bunga duka disekitarnya.
Foto sosok perempuan paruh baya yang Soonyoung tahu sangatlah dicintai oleh kekasihnya itu.
Ya.
Cinta yang bahkan tidak bisa Soonyoung bandingkan dengan cinta yang Wonwoo berikan untuknya.
"Kau harus beristirahat, wonu." Ujar Soonyoung lagi dengan nada lembut.
Namun tetap saja, ia tidak berani mendekati Wonwoo.
Lebih tepatnya menghargai perasaan sedih yang kini Wonwoo rasakan karena kehilangan sang ibu.
Sudah sedari tadi Wonwoo tetap setia berada di tempatnya. Berada diruang penghormatan untuk menyambut tamu yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir mereka pada mendiang Nyonya Jeon.
Semuanya berawal sejak pagi dini hari tadi.
Mereka yang hendak memulai kegiatan di pagi hari itu harus dikejutkan dengan kabar meninggalnya ibu dari sosok tampan bernama Jeon Wonwoo.
Oleh karena itulah, ia dan juga member nya yang lain tidak menemukan keberadaan Wonwoo yang pasti sudah lebih dulu berada dirumah duka saat itu.
"Aku.... Ingin sendiri, Soonyoung-ah. Bisakah?" Pinta Wonwoo dengan nada datar namun terasa begitu memohon ditelinga Soonyoung yang mendengar nya.
Maka dengan helaan nafas panjang yang Soonyoung berikan, sosok Kwon itu mengangguk pelan.
"Aku mengerti." Balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALTE MEINE HAND
RandomLangit. Bumi. Angin. Matahari. Bulan. Bintang. Dan awan-awan hitam serta putih pun, menjadi saksi untuk ku dalam mencintaimu. Tanpa kau sendiri pun menyadari bahwa detikan sebuah jam pun tahu, seberapa banyak aku mencintai dari detik menuju menit hi...