Author pov
Lima hari setelah menjalani perawatan khusus di rumah sakit, akhirnya Dion diperbolehkan untuk pulang. Waktu itu Cika menjemputnya dengan mobil. Saat keluar dari rumah sakit Dion berjalan dengan penuh karisma. Dari style-nya seperti bukan habis dari rumah sakit, tetapi lebih ke fashion show.
Tin tin tiiiinn
Cika memencet klakson mobil karena tidak tahan dengan Dion yang terlalu lelet dan banyak gaya.
Saat Dion membuka pintu mobil langsung kena semprot hujatan Cika.
"Sok iye banget gaya lu. Inget tuh penyakit."
"Jahat banget lu kalau ngeroasting."
"Makanya jangan banyak gaya. Pahala noh, cari yang banyak-banyak."
"Pms, lu?"
Sambil menjawab Cika mulai menyalakan mesin mobil dan melaju dengan kecepatan sedang," mau pms atau nggak siapa yang ngga kesel liat lu kayak gitu."
"Ya, iyalah gimana mau nggak kesel orang Dion ganteng banget gini"
"Iyain aja biar lo hidup sentosa."
"Btw, lu laper ngga?"
"Ngga. Eh, tapi aku mau es krim."
"Ya udah ayo beli."
"Siappp ngeng!"
Mereka berhenti di salah satu supermarket dan membeli beberapa es krim yang menjadi favoritnya masing-masing. Mereka melahap es krim sambil menghabiskan waktu di depan supermarket.
Sampai tergila-gilanya dengan es krim, Cika sampai menjilat tutup dari es krim karena tidak mau kehilangan sepersen pun. Dion yang melihatnya merasa heran.
"Gila, sampai dijilat itunya. Tinggal beli lagi yang banyak, napah?"
"Kebiasaan gue dari kecil. Kayak sayang banget mau dikit apa banyak."
"Nanti gue beliin tiga kardus."
Cika langsung membeku di tempat. Lalu matanya menatap terharu ke arah Dion.
"Tapi boong."
Tatapan haru itu langsung beruba menjadi benci. Cika pun kembali makan es krimnya dengan lahap. Begitu selesai mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah.
"Lu duluan masuk mobil, gue mau beli lagi sebentar. Nanti gue yang nyopir."
"Oke."
Sekeluarnya dari supermarket, Cika yang melihat Dion membawa tiga kardus es krim kesukaannya dari dalam mobil tercengang. Cika pun siap-siap untuk bersikap imut untuk berterima kasih.
Tiga kardus es krim tadi dimasukkan ke bagasi kemudian Dion masuk ke mobil dan mendapati Cika menatapnya dengan manis. Dion langsung membuang muka ke arah lain. Cika memang benar-benar terlihat manis kalau ada apa-apa, giliran yang lain mulutnya seperti gas meleduk.
"Dion yang dermawan dan rupawan ini makasih, ya. Cika seneng banget dibeliin es krim."
"Najis."
Sesampainya di rumah Dion, dengan semangat Cika langsung membawa es krim itu dengan tangannya sendiri dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Hati-hati ngga usah gusrak-gusruk gitu nanti jatoh."
Peringatan itu seperti angin berlalu di telinga Cika. Dion hanya tersenyum tipis melihat saudaranya terlalu riang gembira dengan es krim itu.
Karena tumpukan kardus itu Cika tidak bisa melihat arah depan dengan jelas sehingga membuatnya menabrak tubuh seseorang. Untung saja Cika masih bisa mengontrol keseimbangannya, namun tidak dengan amarah seseorang yang ia tabrak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like Him
Teen FictionDi sini kehidupan memang nampak baik-baik saja. Namun semakin jauh saat diterawang canda dan tawa hanyalah perumpamaan bagi Cika. Tak terlepas memiliki keluarga atau tidak, ada seseorang yang selalu bersamanya. Hingga arti keluarga menjadi hal lain.