Gadis bermata bulat dengan rambut pendek seleher, memakai hoodie hitamnya yang kebesaran dengan celana pendek yang hampir tertutup oleh hoodienya. Langkah dari kaki kurusnya membuat ia mendekat pada toko roti besar yang bahkan antriannya masih panjang.
Dengan santainya, ia mengambil nampan dan mulai memilih roti. Ia sama sekali tidak perduli dengan sekitarnya yang rata-rata berkunjung ke mall bersama dengan pasangan, entah statusnya hanya pacaran atau bahkan suami isteri muda.
Seketika, matanya berbinar setelah melihat slice cake yang sejak beberapa minggu lalu menjadi keinginannya, hanya saja ia selalu kehabisan akhir-akhir ini.
Dan hari ini, hari kamis, ia merasa beruntung sebab keinginannya untuk memakan cake tiramisu akhirnya akan segera terwujud.
Namun ketika tangannya sudah hendak mengambilnya, tangan lain yang lebih besar darinya lebih dulu mendapatkannya dan membuat ia segera menoleh cepat untuk menatap kepada 'pencuri' cake miliknya.
Seorang lelaki yang lebih tinggi darinya tengah berdiri di sampingnya, juga menatap ia dengan terkejut.
Ia menunjuk cake yang masih ada di tangan lelaki tersebut, "Itu punya gue, kembaliin." ujarnya dengan suara pelan, matanya menatap sedikit mohon sembari was-was jikalau lelaki tersebut hendak langsung pergi membayar.
Lelaki yang ia ajak bicara, menatapnya aneh terlihat dengan munculnya kernyitan di dahi lelaki tersebut. "Tapi gue yang ngambil duluan?" Tanya lelaki tersebut dengan sedikit bingung.
Ia menelan salivanya dengan kasar, "Gue yang liat duluan." ujarnya, masih bersikukuh untuk mendapatkan cakenya yang selama beberapa minggu ini ia idam-idamkan.
"Tapi yang dapet duluan 'kan gue." ucap lelaki tersebut, masih memperjuangkan hak belinya.
Lisa terdiam, ia memikirkan kata lelaki tampan di sampingnya ini yang memang benar dan tak dapat membantahnya. Apakah ia harus merelakan slice cake yang selama beberapa minggu ini ia idam-idamkan dan membeli slice cake yang lain, atau tetap egois untuk mendapatkan slice cake tersebut?
Ah, otaknya terlalu penuh karena disisi lain ia ingin egois dan merebutnya, di sisi yang lainnya lagi ia sudah mengikhlaskannya karena ia juga yang kalah cepat.
Akhirnya Lisa menatap lelaki tampan yang masih berdiri di sampingnya sembari menatapnya dengan aneh, "Oke, sorry ya." ujar Lisa yang kemudian beralih untuk mengambil beberapa roll cake karena kesal tidak mendapatkan yang ia inginkan, lalu masuk ke dalam antrian untuk melakukan pembayaran.
Suasana hatinya sedikit memburuk, namun kali ini ia menyadari bahwa kejadian kecolongan kue itu memang salahnya sendiri yang terlalu lama.
Tiba saat di depan casier, Lisa segera memberikan nampannya untuk dihitung total pembeliannya. "Mbak Seulgi, slice cake tiramisu udah ready atau masi dibuat?" Tanya Lisa yang memang sudah akrab dengan casier Bread Talk satu ini.
Yang ia panggil dengan sebutan Mbak Seulgi itu bertanya pada rekannya mengenai kue tiramisu yang Lisa tanyakan. "Tinggal dihias Lis, kalo nunggu bisa limabelas ampe duapuluh menit kayaknya, gimana?" Tanya Mbak Seulgi.
Lisa mengangguk, "Sisain dua ya, nanti Lisa kesini lagi." ujar Lisa setelah mendapatkan kartu debitnya dan segera pergi menuju Chatime yang tak jauh dari Bread Talk.
Suasana hatinya sedikit lebih membaik mengingat ia hanya perlu menunggu beberapa menit untuk mendapatkan kue yang ia inginkan, dibandingkan harus menunggu beberapa minggu.
Ia segera memesan minumannya dan duduk untuk menunggu minumannya selesai dibuat serta nongkrong sebentar sembari menunggu tiramisu yang ia tunggu-tunggu selesai dihias lalu siap dijual.
Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas membentuk lengkungan tipis, dengan mata memandang ke arah layar tipis ponselnya yang memperlihatkan live Instagram dari artis kesukaaannya.
Belum lama dari ia terduduk di kursi yang disediakan oleh pihak Chatime dengan satu meja bundar untuk dua kursi itu, tiba-tiba di kursi hadapannya ada seseorang yang dengan sengaja bahkan tanpa permisi padanya duduk disana, membuat ia terusik dan segera mendongak untuk menatap siapa yang dengan lancangnya duduk tanpa permisi.
Matanya sedikit melebar menangkap lelaki tampan yang tadi sempat berebut tiramisu di Bread Talk bersamanya, namun ia bertanya-tanya mengenai kenapa lelaki itu berada di hadapannya sekarang?
Lelaki tampan tersebut mengambil kotak kertas berwarna putih berisikan slice cake dari Bread Talk, dan menyodorkannya pada Lisa. "Ini buat lo aja, gak usah nunggu kuenya selesai dihias." ujar lelaki itu, semakin membuat Lisa heran.
Lisa tersenyum tipis menatap lelaki di hadapannya sembari menggeleng pelan, "Enggak papa santai aja, lo keliatannya butuh kue itu juga." ujar Lisa, ia merasa tidak enak kalau menerima kue dari lelaki di hadapannya ini secara cuma-cuma seperti itu.
"Gue yang gak papa." ujar lelaki itu yang kemudian beranjak dari posisi duduknya kemudian pergi begitu saja meninggalkan Lisa tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Lisa semakin mengernyit tidak mengerti, ingin berterimakasih pun lelaki itu sudah berjalan jauh dari dirinya dan apakah ini dibuat gratis untuknya? Atau siapa tahu suatu saat lelaki itu menghampiri Lisa untuk menagihnya, 'kan?
Lisa menghela napas pelan, "Thanks." ujar Lisa yang terdengar seperti gumaman, karena tahu bahwa lelaki tampan tadi tidak akan mendengar ucapan terimakasihnya dan ia tidak mungkin berteriak untuk berucap terimakasih di mall yang ramai ini.
Setelah minumannya jadi, Lisa akhirnya pergi untuk pulang ke rumahnya dan menikmati tiramisu yang selama beberapa minggu ini inginkan.
Ah, sepertinya dewi keberuntungan tengah berpihak padanya, padahal hari ini adalah hari kamis yang menjadi musuhnya sejak dulu. Namun hari ini berbeda, ia dapat menikmati kue tiramisu dan juga meminum minuman favoritnya, ditambah lagi bertemu dengan sosok lelaki tampan yang sepertinya seumuran dengannya, dengan baik hatinya memberi ia kue tiramisu tersebut.
Ujung bibirnya semakin tertarik ke atas membentuk lengkungan yang lebih lebar, ia ingin bertemu dengan lelaki tampan tadi untuk mengucapkan terimakasih dan memberinya sesuatu untuk membalas kue tiramisu ini.
+×÷
KAMU SEDANG MEMBACA
Key Suspect! [Local AU] | END ✓
Fanfiction- Jinx [noun]: orang yang membawa sial. Apakah kalian percaya terhadap nasib sial? Bagaimana jika kesialan yang kalian alami merupakan siklus yang kontinyu? Terlebih lagi, seolah bukan kebetulan jika kesialan yang kalian alami bertepatan setelah ka...